Mengidap Hipospadia, Mantan Atlet Voli Perempuan Ini Ternyata Laki-Laki
Jenis kelamin mantan atlet voli Aprilia Manganang memang beberapa kali sempat diragukan. Setelah melalui pemeriksaan, Aprilia dinyatakan mengidap kelainan hipospadia dan berjenis kelamin laki-laki.
Mantan atlet bola voli nasional Aprilia Manganang kini menjadi sorotan publik. Ia yang kini bergabung di bawah naungan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dengan pangkat Serda telah dipastikan jenis kelaminnya sebagai seorang laki-laki. Rupanya Aprilia mengidap kelainan hipospadia.
Sejak awal kemunculannya pada tim bola voli putri, Aprilia dikenal sebagai seorang perempuan. Namun karena ciri-ciri fisiknya yang tidak terlihat feminim, banyak pihak yang meragukan jenis kelaminnya.
Mengutip dari CNN Indonesia, pada tahun 2011 silam tim Popsivo Polwan di Liga Bola Voli Indonesia (Livoli) mengajukan keberatan untuk bertanding dengan tim Aprilia saat itu, Alko Bandung, lantaran jenis kelamin Aprilia masih diragukan.
Tak hanya satu kali, di Livoli tahun 2013 kejadian serupa terulang kembali. Tim Bank Jatim Surabaya dan Petrokimia Gresik melancarkan protes dengan alasan yang sama. Meskipun begitu, Aprilia tetap berprestasi hingga berhasil meraih perunggu pada SEA Games 2015.
Artikel Terkait: Proses Perkembangan Jenis Kelamin Bayi dalam Kandungan, Kapan Bisa Mulai Diketahui?
Mengidap Kelainan Hipospadia, Aprilia Manganang Dipastikan Sebagai Laki-Laki
Seusai menyatakan bahwa dirinya pensiun sebagai atlet di tahun 2020, Aprilia direkrut oleh TNI. Karena masuk melalui jalur khusus kabarnya ia tak melalui pemeriksaan fisik yang ketat seperti orang lain.
Pada hari Selasa (9/3) lalu, dalam sebuah konferensi pers Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) TNI, Jenderal Andika Perkasa mengumumkan bahwa jenis kelamin Aprilia ditetapkan sebagai laki-laki. Penetapan tersebut dilakukan atas dasar pemeriksaan medis yang sudah dijalaninya pada bulan Februari lalu.
“Saat dilahirkan, Aprilia Manganang mengalami kelainan dalam sistem reproduksinya. Dalam terminologi kesehatan, kelainan itu disebut sebagai hipospadia,” ungkap Jenderal Andika.
Lahir dan besar di Tahuna, Sulawesi Utara, keluarga Aprilia Manganang mengalami keterbatasan ekonomi sehingga ia tidak mendapatkan perawatan dan pemeriksaan medis yang memadai. Selama ini jenis kelaminnya ditetapkan sebagai perempuan hanya dari tampilan fisik saja.
Para pejabat TNI melihat ada kejanggalan pada tampilan fisiknya, sehingga memutuskan untuk memeriksakan Aprilia di RSPAD Gatot Subroto. Hasilnya, kadar hormone testosterone dalam tubuh Aprilia cenderung lebih tinggi dan tidak ditemukan organ internal jenis kelamin perempuan.
Setelah menjalani pemeriksaan, Aprilia Manganang dijadwalkan akan melakukan operasi koreksi (correction surgery).
“Aprilia Manganang bukan transgender, bukan juga interseks. Tidak masuk dalam kategori itu semua.” Jenderal Andika menegaskan.
Artikel Terkait: Jenis Kelamin Janin Bisa Berubah Selama Kehamilan? Ini Penjelasan Dokter
Apa Itu Hipospadia?
Dilansir dari Mayo Clinic, hipospadia adalah cacat lahir seorang lelaki di mana pembukaan uretra berada di tempat yang tidak normal. Uretra adalah saluran tempat urin mengalir dari kandung kemih dan keluar dari tubuh.
Pada mereka yang mengidap hipospadia, uretra tersebut biasanya berada di bagian bawah penis. Sementara mereka yang normal memiliki uretra di bagian bawah penis. Ciri-ciri penderita hipospadia biasanya adalah sebagai berikut:
- Pembukaan uretra di lokasi selain ujung penis
- Penis yang melekuk ke bawah
- Hanya bagian atas penis yang tertutup kulup
- Penyemprotan yang tidak normal saat buang air kecil
Sebagian besar bayi dengan kelainan kongenital ini didiagnosis segera setelah lahir saat masih berada di rumah sakit. Namun untuk beberapa kasus, pembukaan uretra yang tidak berada pada tempatnya ini sulit untuk diidentifikasi.
Penyebab dari hipospadia masih belum bisa dipastikan hingga saat ini. Ketika masih berada di dalam kandungan, organ penis akan berkembang pada janin laki-laki. Kemudian, hormon tertentu akan merangsang pembentukan uretra dan kulup penis.
Hipospadia terjadi ketika ada kerusakan akibat kerja hormon-hormon ini sehingga perkembang uretra menjadi tidak normal. Para ahli meyakini bahwa faktor genetik memiliki pengaruh terhadap kondisi ini.
Artikel Terkait: Viral Bocah Alami Kelainan Kelamin atau Ambiguos Genitalia, Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?
Bayi yang lahir dengan riwayat keluarga yang pernah mengalami hipospadia dan variasi gen tertentu yang mengakibatkan gangguan hormon dapat menjadi faktor risiko.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan risiko hipospadia terjadi pada bayi laki-laki yang lahir dari ibu berusia di atas 35 tahun. Paparan zat tertentu selama kehamilan misalnya pestisida atau bahan kimia industri diduga menjadi salah satu penyebabnya, namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
Hipospadia dapat disembuhkan melalui operasi bedah. Namun jika hipospadia tidak diobati, maka dapat muncul komplikasi seperti penampilan penis yang tidak normal serta masalah gangguan ejakulasi.
Dalam kasus Aprilia Manganang, ia baru mengetahui bahwa dirinya mengidap kelainan hipospadia dan berjenis kelamin laki-laki setelah dewasa karena saat kecil tidak mendapatkan pemeriksaan medis yang memadai. Oleh karena itu, jika Parents memiliki bayi laki-laki, Parents sebaiknya dengan jeli memperhatikan apakah ada keabnormalan pada alat kelaminnya. Jika iya, sebaiknya bertanya serta berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan penyebab dan pencegahannya.
Baca Juga:
9 Cara Unik Prediksi Jenis Kelamin Bayi yang Sering Dipercaya Masyarakat
Usia Berapa Sebaiknya Orangtua Mengajari Anak Perbedaan Jenis Kelamin?