Menerima sebuah takdir kehilangan buah hati yang telah lama dinantikan kehadirannya adalah kondisi amat berat. Situasi seperti ini pun pernah dialami seorang ibu komunitas theAsianparent, ia harus rela kehilangan bayi karena plasenta previa.
Adalah Laelatun Nadifah, atau yang kerap disapa Laela, menderita plasenta previa saat mengandung buah hatinya. Melalui aplikasi theAsianparent Indonesia, ia membagikan kisahnya untuk Parents semua.
Artikel Terkait: Waspadai Plasenta Lepas pada Trimester Kedua dan Ketiga
Kisah Seorang Ibu yang Kehilangan Bayi karena Plasenta Previa
Awal Mula Mengetahui Kasus Plasenta Previa di Kehamilan Pertamanya
Pada awalnya, Laela bercerita bahwa ia dan suami sangat gembira menyambut kehamilan pertama mereka. Ia berkisah jika selama awal kehamilan tidak terlihat sama sekali pertanda atau keanehan yang mengarah kepada risiko plasenta previa.
Kala itu, Laela dan suami pun rutin melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan sebulan sekali. Selama pemeriksaan, bayi terlihat sehat, aktif, dan beratnya pun normal. Oleh karenanya, mereka sangat menantikan kedatangan buah hati.
Akan tetapi, Laela mengaku pernah mengalami satu kali gejala flek setelah melakukan hubungan suami-istri. Namun, setelah itu gejalanya berhenti.
“Kami sangat excited menantikannya dan kami USG ke dokter kandungan rutin tiap bulan. Tidak ada yang aneh selama kontrol, bayi sehat, djj normal, aktif, panjang dan berat normal,” ungkap Laela.
“Pernah sekali saya flek karena saya berhubungan dengan suami, tapi tidak keluar flek lagi,” sambungnya.
Laelatun Mulai Merasa Perutnya Tidak Nyaman, Sehingga Harus Bedrest Total
Tepat pada tanggal 7 Oktober 2020, Laela merasakan gejala ketidaknyamanan pada bagian perut. Gejala ini makin parah dengan adanya muntah, lalu keluar flek darah. Hal ini tentu membuat ia dan suami menjadi sangat khawatir.
Mereka segera mengonsultasikan kondisi ini dengan dokter kandungan. Setelah mendapatkan pemeriksaan, ternyata Laela didiagnosis harus mendapatkan bedrest total karena adanya plasenta previa. Hal itu pula yang menyebabkan dirinya kerap mengalami keluar flek apabila terlalu lelah bekerja.
“Setelah itu, Saya memutuskan cuti. Namun, pada tanggal 8 Oktober 2020, saya masih mengalami flek dan akhirnya diopname di rumah sakit. Tanggal 9 Oktober 2020, fleknya sudah mendingan dan saya bisa pulang karena bayi kami sehat, denyut jantung janin normal, dan aktif,” kata Laela.
Setelah kejadian tersebut, Laela juga melakukan bedrest total selama di rumah.
“Saya bedrest total di kasur, mulai dari makan, minum, pup, dan pipis dilakukan di atas kasur. Alhamdulillah, saya memiliki suami yang sangat sabar. Ia merawat saya dengan baik selama saya melakukan istirahat total di atas kasur,” imbuhnya.
Selamat Tinggal Buah Hatiku …
Tepat pada 11 Oktober 2020, Laela mengalami kram hebat, perutnya terasa kencang dan nyerinya merambat sampai ke punggung. Rasa sakit ini terjadi secara teratur tiap 4 menit sekali.
Setelah pagi tiba, ia dan suami kembali memeriksakan diri ke rumah sakit. Saat diperiksa, kondisi bayinya masih normal, dengan ciri denyut jantung janin normal dan aktif. Namun, Laela sudah mengalami pembukaan 2.
Usia janinnya pada saat itu adalah 5 bulan lebih. Posisi bayi sungsang, tapi plasentanya sudah bergeser ke samping. Bahkan saat itu semua terjadi, buah hati mereka masih menunjukan denyut jantung.
Setelah itu, Laela mengalami ketuban pecah dini dan ia melakukan proses persalinan normal. Sayangnya, buah hati mereka meninggal selang beberapa menit setelah lahir dengan berat 600 gram.
“Usia kandungan saya 5 bulan jalan 6 bulan, posisi bayi masih sungsang namun plasenta bergeser ke samping ketika di USG. Saya bahkan masih lihat bayi kami berdetak jantungnya. Lalu ketuban pecah dan bayi minta ngeden.
Alhamdulillah lahiran normal namun bayinya meninggal selang beberapa menit setelah lahir dengan berat 600 gram. Insyaallah saya dan suami ikhlas kehilangan putra pertama kami.
Semoga kejadian ini bisa jadi pembelajaran buat bunda-bunda lainnya yang sedang mengandung untuk lebih waspada jaga kesehatan dan jangan kecapekan,” cerita Laela.
“Saya doakan yang sedang hamil lancar sampai persalinan. Doakan kami semoga kuat, tabah, ikhlas, dan semoga segera dapat pengganti yang lebih kuat. Aamiin,” imbuhnya.
Begitulah kisah kehilangan bayi karena plasenta previa yang dialami Laela belum lama ini.
Untuk meminimalkan risiko plasenta previa saat hamil, berikut ini informasi mengenai plasenta previa yang perlu Bunda ketahui.
Artikel Terkait: “Plasenta previa membuatku nyaris koma, dan kini bayiku kena sepsis” kisah Bunda
Mengenal Kondisi Plasenta Previa
Apakah Bunda sudah pernah mendengar istilah plasenta previa seperti yang dialami oleh ibu Laela di atas?
Sebagai salah satu komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan, plasenta previa adalah kondisi di mana plasenta bayi atau ari-ari menempel di sisi bawah uterus, sehingga menutupi jalan lahir atau serviks.
Plasenta previa memang menjadi risiko yang cukup berbahaya bagi ibu hamil karena dapat menyebabkan perdarahan dan kelahiran prematur.
Jika Bunda didiagnosis mengalami plasenta previa, biasanya dokter akan meminta ibu hamil untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan, seperti hubungan seks dan bekerja hingga pemeriksaan lanjutan menyatakan Bunda telah bebas dari plasenta previa.
Apa yang Harus Dilakukan saat Mengalami Plasenta Previa?
Hal sederhana yang paling tepat untuk dilakukan adalah konsultasi dengan dokter kandungan. Seperti kisah Laela di atas, ibu hamil yang mengalami plasenta previa biasanya akan disarankan untuk melakukan bedrest total.
Selain itu, jangan lupa untuk rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan, menjaga asupan makanan, dan menjaga kondisi tubuh.
Demikianlah kisah Lalea yang kehilangan bayi karena plasenta previa di kehamilan pertamanya. Semoga ia beserta suami bisa kuat dan tabah menjalani ini semua.