Penting untuk merawat gigi anak dengan baik sejak gigi susu pertama mulai tumbuh di usia 6 bulan. Apa saja hal yang sudah Parents lakukan untuk merawat gigi anak? Penting untuk mengetahui kebiasaan apa saja yang dapat merusak gigi anak agar kita lebih waspada.
Kesehatan gigi dan mulut anak dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, gigi anak memerlukan perawatan yang baik dan benar. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, mulai dari membersihkan gusi dan gigi susu bayi, mengajari anak menyikat gigi, menghindari camilan tinggi gula yang dapat merusak gigi.
3 Kebiasaan yang Dapat Merusak Gigi Anak, Waspada Parents!
1. Tertidur Sambil Minum Susu
Menurut drg. Benny Mulyono Soegiharto, M.Sc, MorthRCS, P.D, Sp.Ort dari Rumah Sakit Pondok Indah, kebiasaan anak tertidur sambil tetap meminum susu dari botol dot dapat merusak struktur gigi dan rahang anak jika tidak segera diintervensi.
“Biasanya orangtua memberikan susu ketika anak susah tidur di malam hari. Kebiasaan tertidur sambil minum susu ini dapat mengakibatkan karies botol susu atau gigi berlubang,” jelasnya dalam webinar bertajuk Kenali Perawatan Ortodonti Gigi.
Drg. Benny mengungkapkan bahwa sebaiknya orangtua jangan memberikan susu pada saat anak tidur apalagi membiarkan ia tidur sambil minum susu, baik susu formula maupun ASI. Orangtua juga dianjurkan untuk mengajari anak membersihkan gigi sejak gigi susu anak mulai tumbuh agar kebiasaan-kebiasaan seperti ini tidak merusak gigi.
Parents dapat menggunakan sikat gigi khusus bayi yang lembut atau kain kasa untuk membersihkan gigi bayi. Jika anak sudah beranjak besar, gunakan sikat dan pasta gigi khusus anak.
2. Menggigit Bibir Bawah
Tak jarang juga kebiasaan menggigit bibir bawah dapat menyebabkan gigi menjadi tumbuh berantakan. Memang jika dilakukan sesekali saja tidak akan berpengaruh, namun perlu diperhatikan jika kebiasaan anak seperti ini terus berulang.
“Kebiasaan buruk dapat menyebabkan suatu manifestasi dalam bentuk maloklusi atau susunan gigi dan rahang yang tidak normal. Ini tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitasnya,” drg. Benny memaparkan.
Ia menambahkan bahwa memang menggigit bibir tak akan langsung membuat gigi tonggos, akan tetapi jika dilakukan selama 24 jam setiap hari selama seminggu tentu saja bisa. Selain menggigit bibir, menjulurkan lidah ke depan dan mendorong gigi menggunakan lidah bisa menyebabkan efek yang sama.
3. Mengisap Jempol dan Menggigit Empeng
Mengisap jempol adalah kebiasaan yang umum dilakukan anak untuk menimbulkan rasa aman atau membuat dirinya tenang. Begitu juga dengan menggigit empeng dan sebagian besar anak pernah mengalami fase ini.
Sayangnya perlu diingat bahwa kebiasaan ini dapat menyebabkan gigi menjadi tumbuh berantakan dan mengakibatkan kesulitan untuk mengunyah.
Mengempeng hingga usia 4 atau 6 tahun dapat berpengaruh pada bentuk rahang dan bentuk normal gigi. Orangtua harus pintar-pintar mengurangi frekuensi mengisap jempol atau mengempeng pada anak secara perlahan agar tidak ‘mengagetkan’ anak.
Hal inilah yang ditegaskan oleh drg. Benny, “Ngedot dan ngempeng memang kadang tidak bisa dihindari, tapi ada fase dimana pelan-pelan bisa dihentikan supaya tidak mengakibatkan gigi tonggos. Tapi memang (ngedot dan ngempeng) tidak selalu langsung menyebabkan gigi tonggos.”
Memeriksakan Gigi Anak yang Tidak Teratur ke Spesialis Ortodonti
Kapan usia yang tepat untuk membawa anak ke dokter gigi? Menurut para American Association of Orthodontists dan British Orthodontic Society, anak perlu mulai dibawa ke spesialis ortodonti saat berusia 7-8 tahun atau saat periode gigi-geligi mulai bercampur.
“Perawatan ortodonti mengawasi dan mengoreksi pertumbuhan dan perkembangan, serta susunan gigi geligi sejak usia anak hingga dewasa,” ungkapnya.
Drg. Benny berkata bahwa pemeriksaan sejak dini dapat mempermudah perbaikan gigi dan rahang dan biayanya pun cenderung lebih mudah dibandingkan jika diperiksa saat sudah dewasa.
Masalah gigi yang umum dialami anak seperti gigi berantakan, tidak rata, tonggos, nyameh atau maju ke depan tak jarang dapat berdampak buruk pada anak, misalnya kehilangan rasa percaya diri atau menjadi bahan olok-olok teman yang kemudian berdampak pada psikisnya.
Pada pemeriksaan tahap awal, dokter spesialis ortodonti akan melakukan anamnesa terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis, radiologis, baru disusul dengan pencetakan model studi.
Karena perawatan ortodonti cenderung berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dibutuhkan evaluasi mengenai kebiasaan anak, yaitu apakah ada kebiasaan yang berisiko merusak gigi. Dalam perawatan gigi, diperlukan pula kesiapan dari pasien sendiri baik secara fisik dan mental.
Nah, apakah si Kecil memiliki kebiasaan yang dapat merusak gigi anak seperti disebutkan di atas? Sebaiknya mulai diperhatikan, ya Parents. Jangan lupa juga untuk rutin memeriksakan kesehatan gigi anak pada ahlinya untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca Juga:
Trik Mudah Agar Anak Mau Sikat Gigi
Gigi anak tumbuh berantakan? Ternyata ini penyebab dan cara mengatasinya
Gigi berlubang pada anak, apa saja bahayanya bagi pertumbuhan?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.