Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut bahwa kasus COVID-19 pada anak meningkat drastis, bahkan kenaikannya mencapai 1000 persen. Hal ini diungkapkan langsung oleh Ketua IDAI, Piprim Basarah Yanuarso dalam konferensi pers buku Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 4 pada Rabu (14/2) lalu.
Artikel terkait: Viral! Pasien COVID-19 Ini Tak Bisa Masuk Bali, Malah Jalan-jalan ke Malang
Kasus COVID-19 pada anak meningkat drastis
Piprim mengatakan bahwa daripada bulan Januari 2022 lalu, saat ini kasus COVID-19 pada anak sudah meningkat 10 kali lipat.
“Jadi kalau dari Januari (ke Februari) naik 10 kali lipat atau 100 persen lebih. Kalau dari pekan kemarin naik 300 persen,” kata Piprim seperti dikutip dalam Kompas.com.
Per 24 Januari 2022, IDAI mencatat bahwa kasus COVID-19 pada anak mencapai 676 kasus. Kemudian, pada 31 Januari 2022, angka kasus pun mulai meningkat drastis mencapai 2.775. Di awal Februari, yakni pada tanggal 7 Februari, data kasus tercatat mencapai 7.990 kasus.
“Artinya naiknya berapa kali? 300 persen ya laporan dari teman-teman (IDAI) di cabang, kenaikannya 300 persen dari sebelumnya (31 Januari 2022),” kata dia.
“Kalau dibanding Januari 676 kasus, menjadi 7.990 kasus (7 Februari) itu berarti udah 1.000 persen lebih atau 10 kali lipat lebih,” tambahnya.
Melihat kenaikan tersebut, Piprin pun mengingatkan kepada orang tua untuk tidak menyepelekan dan tetap waspada dengan COVID-19 tersebut karena saat ini Indonesia sudah masuk dalam gelombang ketiga COVID-19. Varian Omicron yang saat ini banyak terjadi di Indonesia memiliki tingkat penularan yang cukup cepat. Ia pun mengingatkan beberapa gejala yang dialami anak ketika terinfeksi.
Artikel terkait: Pangeran Charles Positif COVID-19 Kedua Kalinya, Begini Kondisinya Terkini!
Gejala Covid pada Anak yang Perlu Diwaspadai
“Jadi, sebagian besar ya mereka gejalanya dari saluran pernapasan, batuk, pilek, nyeri tenggorokan. Ya hampir sama kayak flu biasa,” kata dia.
“Kalau ketemu anak batuk, pilek, anget (panas badan), waspada tertular varian (Omicron) ini,” lanjutnya.
Lebih lanjut, ia pun menjelaskan bahwa anak-anak terkadang juga tidak memiliki gejala ketika terinfeksi virus yang disebabkan oleh virus corona baru tersebut. Meskipun tanpa gejala, ia pun tetap bisa menularkan virus tersebut kepada orang lain.
“Enggak ada gejala apa-apa, itu tetap nanti dia bisa menularkan ke mana-mana (Covid-19 tersebut),” ujarnya.
Kasus COVID-19 pada anak juga ditularkan di rumah
Kasus COVID-19 pada anak meningkat drastis tersebut memang perlu menjadi perhatian bersama. Virus tersebut pun bisa ditularkan di mana saja, termasuk di rumah. Dilansir dari CNN Indonesia, data menunjukkan bahwa 14 persen kasus penularan COVID-19 pada anak ditularkan di rumah.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Siti Nadia Tarmizi yang menyebut bahwa interaksi antaranggota keluarga di rumah tanpa menggunakan masker dapat menyebabkan penularan terjadi. Hal inilah yang sering kali tidak disadari oleh orang tua dan semua anggota keluarga.
Artikel terkait: Anak Wendi Cagur yang Masih Bayi Positif COVID-19, Bagaimana Kondisinya?
“Secara absolut terjadi peningkatan kasus pada anak, karena memang kasus kan jumlahnya meningkat, dan kita melihat mengapa anak banyak terpapar ini dikarenakan lebih karena penularan yang terjadi di dalam keluarga,” kata Nadia seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Meskipun sampai saat ini jumlah anak yang dirawat di rumah sakit masih sedikit, ia mengimbau orang tua untuk terus melakukan pemantauan terhadap kondisi rumah dan kondisi anak. Jika anak mengalami beberapa gejala tertentu, Nadia pun mengimbau kepada orang tua untuk tidak mengabaikannya.
Baca juga:
Miliki Gejala yang Mirip, Mungkinkah Omicron Bakal Jadi Flu Biasa?
Mata Gatal Bisa Jadi Gejala Omicron, Begini Penjelasan Dokter
5 Fakta Varian BA.2, Mutasi Terbaru Omicron
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.