Kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla Riau menyebabkan kabut asap tersebar hingga ke Palembang, Sumatera Selatan. Bahkan dikabarkan, seorang balita yang baru berusia empat bulan di Banyuasin, Palembang, meninggal dunia karena menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Bayi 4 bulan di Palembang diduga meninggal karena sebaran asap Karhutla Riau
Sejak Sabtu (14/9) bayi bernama Elsa Fitaloka itu mengalami sesak napas. Kondisinya semakin memburuk saat orang tua Elsa Ngadirun (34) dan Ita Septiana (27), membawanya ke bidan. Sayang, bidan tidak dapat memeriksa Elsa karena keterbatasan alat bantu pernapasan. Sehingga Elsa harus dirujuk ke rumah sakit besar.
Mengutip dari CNN Indonesia, Perangkat Desa BPD Desa Talang Buluh, Agus Darwanto mengatakan sekitar pukul 11.30 dibawa ke RS Ar-Rasyid dan langsung dilarikan ke IGD. Elsa diberikan bantuan sementara. Di IGD dokter mengatakan kemungkinan Elsa terkena ISPA.
Namun dokter di RS Ar-Rasyid kembali merujuk Elsa ke RSUP Dr. Mohammad Hoesin (RSMH) dan keluarga Elsa kembali harus menunggu konfirmasi RSMH. Malangnya, saat proses administrasi dilakukan, kondisi si kecil Elsa memburuk hingga akhirnya meninggal dunia.
“Selagi menunggu itu Elsa dirawat dulu di IGD Ar-Rasyid sambil dikasih perawatan alat oksigen. Sudah hampir magrib dapat kabar kalau sudah bisa dirujuk ke RSMH, akhirnya keluarga persiapan, urus administrasi. Tapi pas lagi siap-siap itu Elsa ngedrop, kata dokter gagal pernapasan sampai enggak ada lagi [meninggal] pukul 18.35 sebelum dirujuk,” kata Agus, seperti dikutip dari CNN.
Pihak keluarga belum mengetahui penyebab pasti meninggalnya bayi berusia 4 bulan itu. Sebab belum ada alat yang memeriksa Elsa. Dugaan sementara adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Bagaimana kabut asap berdampak pada bayi baru lahir?
Ilustrasi bayi terkena ISPA akibat Karhutla Riau.
Bayi baru lahir lebih rentan dan memiliki sistem kekebalan yang lemah. Oleh karena itu, sistem pernapasan mereka juga lebih rentan terinfeksi akibat kualitas udara yang buruk yang dapat mereka hirup selama level PSI berbahaya.
Hal ini menempatkan mereka pada risiko kesehatan yang lebih tinggi ketika kabut asap terjadi. Orang tua harus menjaga bayi tetap berada di dalam ruangan, terutama ketika kualitas udara mencapai 100 PSI dan lebih.
Jika sistem pernafasannya terpengaruh, anak-anak kecil dapat terserang asma atau bronkitis dan mungkin memerlukan perawatan medis yang cukup serius.
Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Deni Ditriani, SpP(K), mengatakan kalau bayi dan balita termasuk ke dalam kelompok yang sangat rentan terkena infeksi saluran pernapasan.
“Ada kelompok yang paling rentan, bayi, balita, orang tua, wanita hamil, dan orang yang sudah ada kelainan yang lama di paru-paru dan jantung. Keduanya itu kan yang dipengaruhi oksigen,” kata dr. Feni.
Cara menghindari bayi dari paparan asap karhutla Riau
Berikut adalah beberapa langkah mudah yang perlu diperhatikan untuk lingkungan dalam ruangan:
- Tutup pintu dan jendela agar kabut tidak masuk ke dalam rumah.
- Nyalakan kipas angin atau AC agar ruangan tetap sejuk dan nyaman. Pastikan penyaring udara (Air Purifier) bekerja dengan baik dan tidak penuh debu.
- Menurut Associate Professor Victor Samuel Rajadural, Kepala dan Konsultan Senior, Departemen Neonatalogi, Rumah Sakit Wanita dan Anak-anak KK (KKH) Singapura, “Menjaga bayi di kamar ber-AC sepanjang hari termasuk aman selama termostat diatur pada suhu 22- 24 derajat Celcius dan bukan 18-19 derajat. “
- Nyalakan alat pembersih udara untuk membantu meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, terutama di area rumah yang tidak memiliki AC.
Merawat kulit dan menjaga pola makan bayi:
- Jika bayi Anda masih menyusui, terus menyusu dengan normal. Jika Anda merasa mulai memiliki masalah kesehatan (mis. Mengalami radang tenggorokan atau mengalami infeksi saluran pernapasan atas), gunakan masker saat menyusui agar bakteri tidak menular ke bayi.
- Anda dapat mengunjungi dokter untuk mendapatkan obat yang kompatibel dengan ASI atau tablet hisap untuk mengurangi ketidaknyamanan. Menyusui juga membantu membangun antibodi dan kekebalan alami bayi, jadi teruslah menyusui.
- Jika bayi minum susu formula, teruskan menyusui dengan normal juga. Pastikan air yang digunakan segar dan tidak dibiarkan terbuka tanpa penutup. Sedimen asap seperti partikel debu dapat mengendap pada panci atau ketel air yang terbuka.
- Untuk mencegah kulit bayi mengering, baik karena kabut asap dan / atau AC yang berkepanjangan, oleskan pelembab bayi yang sesuai untuk menjaga kulit bayi tetap terhidrasi.
- Penting untuk dicatat bahwa masker tidak boleh dipakai untuk bayi baru lahir atau bayi karena ini akan mengganggu pernapasan mereka, atau lebih buruk lagi, bisa menghambat suplai oksigen hingga menyebabkan bayi tercekik.
Bila Bunda berada di daerah yang mulai terpapar kabut asap karhutla Riau, sebaiknya kurangi aktivitas di luar rumah. Makan makanan yang bergizi, dan tetap menjaga si kecil agar tidak terpapar asap.
Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bun!
***
Baca juga
Atasi anak demam tanpa drama, ini yang perlu Bunda lakukan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.