“Aduh nak jatuh sakit? Sini mama bantu”
Parents sering melakukan ini?
Sebagai orang tua, kita tentu ingin memastikan anak selalu aman dan nyaman. Sebisa mungkin, kita berusaha memberikan yang terbaik dalam kehidupan anak. Namun, pernahkah Parents terpikir sebenarnya kapan harus membantu anak? Apa iya si kecil perlu dibantu?
Kapan Harus Membantu Anak?
Diskusi interaktif digelar dalam acara Grand Launching CURIOOkids Bintaro pada Kamis, 9 November kemarin. Kebanyakan anak di Indonesia dijuluki mental strawberry karena sulit menghadapi kegagalan.
Kuncinya ternyata ada pada orang tua, yang bisa jadi terlalu cepat memberikan bantuan pada anak. Ada kalanya, orang dewasa perlu memberikan jeda waktu untuk anak.
“Sebelum mengulurkan tangan, coba lihat apakah anak membutuhkan bantuan atau sebenarnya butuh waktu” ujar Angela Basuningtyas selaku Head of Teacher CURIOOkids Indonesia.
Lebih lanjut, perempuan yang biasa disapa Miss Iyeng itu menuturkan ada beberapa ciri anak membutuhkan bantuan. Yaitu ketika anak melakukan suatu hal untuk pertama kalinya dan ketika anak sedang tidak fokus.
“Anak akan membutuhkan bantuan ketika dia sedang berada di bawah tekanan. Bantuan orang dewasa juga dibutuhkan ketika anak sedang dalam misi penting. Ketika dia melakukan beberapa pekerjaan sekaligus, maka bantuan orang dewasa dibutuhkan,” sambung Angela.
Artikel terkait: 10 Tanda Anak Kurang Kasih Sayang, Salah Satunya Hobi Melawan
Tak Selamanya Bantuan Dibutuhkan
Lantas, perlukah orang tua membantu anak untuk hal yang sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri?
“Ada banyak momen anak sebenarnya bukan butuh dibantu, mereka hanya perlu tidak terlalu diburu-buru,” ujar . Namun, ada momen orang tua sebaiknya tidak menunda membantu anak.
1. Saat Anak dalam Bahaya
Ketika anak menghadapi bahaya, ketika itulah orang tua tidak boleh menunda untuk membantu. Misalnya terlalu berdekatan dengan kompor.
Namun perlu diingat hal itu bukan berarti sepenuhnya melarang anak menggunakan kompor ya. Hal yang paling tepat adalah ajarkan anak bagaimana cara menggunakan kompor yang aman.
2. Merasakan Kecemasan yang Berlebihan
Kecemasan lumrah dialami oleh orang-orang dari semua golongan usia, termasuk anak-anak. Faktanya, ekitar 7,1 persen anak-anak berusia 3 hingga 17 tahun telah didiagnosis memiliki kecemasan, demikian menurut riset Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Salah satu contoh kecemasan yang bisa dirasakan anak adalah ketakutan berpisah dari orang tua. Ada berbagai alasan anak enggan berpisah dari orang tua. Bisa karena mereka mendapatkan terlalu banyak perhatian atau malah karena tidak cukup perhatian.
Artikel terkait: 8 Jenis Kesulitan Belajar Anak Beserta Cara Mengatasinya
3. Kecenderungan Menyalahkan Diri Sendiri
Tanda lain anak membutuhkan bantuan adalah ketika ia cenderung menyalahkan dirinya sendiri. Saat anak mengalami kejadian buruk, bukan tidak mungkin ia akan menyalahkan dirinya sendiri.
Adapun perilaku menyalahkan diri sendiri atau disebut self-blame adalah kondisi siksaan emosional yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri.
Apabila tidak segera diatasi, perilaku ini bisa menjadi hal yang dilakukan secara tidak sadar oleh anak-anak ketika sedang menghadapi berbagai kejadian. Jika dibiarkan bisa menyebabkan munculnya rasa insecure yang dapat berdampak pada tumbuhnya potensi diri anak.
4. Membutuhkan Bantuan Secara Fisik dan Ketika Anak Meminta
Ciri terakhir adalah bagi anak yang membutuhkan bantuan alias fisik juga tidak boleh ditunda untuk dibantu. Mengingat anak yang memiliki kebutuhan khusus tentu membutuhkan perhatian lebih besar.
Tak kalah penting, bantulah ketika anak sendiri yang meminta.
“Jujur dan terbuka, tanya anak apakah membutuhkan bantuan. Consent anak untuk dibantu. Membuat anak berdaya itu harus,” tegas Angela.
Itu dia ulasan kapan harus membantu anak, jangan lupa menjadi orang tua yang peka.
Baca juga:
10 Faktor Penyebab Kenakalan Anak Usia Dini, Sebagian Besar Kesalahan Orang Tua!
3 Tanda Anak Kurang dapat Perhatian Parents, no. 3 sering Diabaikan!
9 Ciri Orang Tua Toxic, Jangan Sampai Jadi Salah Satunya!