Terlintas di pikiran mengenai keindahan alam serta suasana menyenangkan saat mendengar kata Bromo. Di balik keindahan alamnya yang memanjakan mata, tersimpan cerita rakyat yang sudah melegenda mengenai asal usul dan kisah uniknya. Cerita turun temurun tersebut ialah kisah mengenai Joko Seger dan Roro Anteng.
Cerita rakyat ini bisa menjadi salah satu kisah yang bisa dibacakan saat quality time bersama dengan anak. Selain bisa mengajarkan nilai moral dari kisah ini pada buah hati, Anda juga bisa secara tak langsung mengenalkan destinasi wisata Gunung Bromo dan tradisi masyarakatnya.
Kisah Joko Seger dan Roro Anteng
Roro Anteng adalah anak perempuan cantik dari salah seorang Raja Majapahit. Ia diberi nama itu karena saat lahir Roro Anteng tidak rewel dan menangis.
Di sisi lain, Joko Seger merupakan pemuda biasa yang lahir di wilayah Gunung Bromo. Namanya disematkan karena sejak lahir memiliki tangisan yang sangat kencang, hingga menggema di wilayah Bromo yang saat itu masih begitu sunyi.
Singkat cerita, keduanya dipertemukan saat dewasa dan saling jatuh cinta. Kecantikan Roro Anteng mampu menyihir banyak pemuda pada zaman tersebut untuk mempersuntingnya. Namun, perasaan cinta pada Joko Seger sudah terlanjur membuncah hingga ia pun menolak semua laki-laki yang datang padanya.
Artikel Terkait: Cerita Rakyat Roro Jonggrang Sebagai Asal Muasal Candi Prambanan yang Megah
Ujian Bagi Cinta Mereka, Datang Sosok Raksasa Ingin Mempersunting Roro Anteng
Sampai akhirnya kecantikan Roro Anteng sampai ke telinga seorang raksasa sakti dari hutan, iapun ingin mempersunting Roro Anteng. Karena kekuatan yang dimiliki raksasa tersebut, Roro tak berani untuk menolak lamaran sang raksasa begitu saja.
Akhirnya, Roro Anteng memutar otak untuk mencari cara menolak sang raksasa dengan sebuah siasat. Roro Anteng menantang sang raksasa untuk membuat danau di puncak gunung hanya dalam satu malam.
Roro Anteng berpikir hal tersebut mustahil dilakukan. Namun, karena kekuatan sang raksasa danau pun hampir jadi hanya dalam waktu yang singkat. Raksasa tersebut menggunakan sebuah batok berukuran sangat besar untuk membuat danau.
Mengetahui hal itu, Roro Anteng meminta bantuan pada penduduk sekitar untuk melakukan kegiatan yang mengisyaratkan kedatangan pagi. Para penduduk akhirnya menumbuk padi, membakar jerami untuk membuat ayam berkokok.
Melihat pertanda tersebut, raksasa yang mengira misinya gagal pun merasa kesal. Seketika ia melempar batok yang ia gunakan untuk membuat danau, batok tersebut jatuh dan tertelungkup di sebelah gunung Bromo. Hingga menjelma menjadi gunung Batok.
Artikel Terkait: Cerita Anak Tradisional Bawang Merah Bawang Putih, Ajarkan Anak untuk Tak Serakah
Joko Seger dan Roro Anteng Menikah, Serta Asal Muasal Upacara Kasada
Setelah kejadian tersebut, hubungan dua sejoli ini pun berlanjut ke pelaminan. Namun, keduanya mendapatkan ujian lain, tak kunjung dikaruniai buah hati meski sudah bertahun-tahun menikah.
Sempat putus asa, Joko Seger pun mengucapkan janji pada kawah Gunung Bromo. Ia mengatakan akan memberikan salah satu anaknya sebagai sesajen bila ia diberikan 25 anak.
Sejak sumpah Joko Seger di kawah Bromo terucap, Roro Anteng pun hamil setiap tahunnya. Selang 25 tahun, keduanya sudah memiliki banyak anak sesuai dengan jumlah janji yang telah diikrarkan.
Tiba saatnya Joko Seger untuk menepati janji. Salah seorang anak, yakni Dewi Kusuma yang begitu baik dan rendah hati menawarkan diri untuk berkorban demi keselamatan desa. Dewi Kusuma melompat ke kawah Gunung Bromo sebagai bentuk pengorbanan agar keluarga dan warga desa selamat dan tak ditimpa bencana.
Inilah yang kemudian dipercaya sebagai asal usul dari upacara Kasada yang masih lestari dilakukan oleh masyarakat setempat.
Keturunan asli Joko Seger dan Roro Anteng yang mendiami wilayah di sekitar Bromo disebut sebagai suku Tengger, yang merupakan gabungan nama Roro Anteng (Teng) dan Joko Seger (Ger).
Artikel terkait: Ritual Syukur pada Bromo, Ini Makna dan Rangkaian Upacara Adat Kasada
Sekilas Tentang Bromo
Bromo merupakan salah satu objek wisata alam populer di Jawa Timur. Kawasan Bromo sendiri ada di empat wilayah kabupaten, yakni Lumajang, Pasuruan, Probolinggo, dan Malang. Keindahan alamnya yang menawan membuat kawasan gunung ini tak pernah sepi pengunjung, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Gunung ini memiliki luas mencapai 5.300 hektar. Ada pun wilayahnya ini terdiri atas lembah dan ngarai yang dikelilingi hamparan pasir. Memiliki bentuk yang khas, Gunung Bromo memiliki ketinggian mencapai 2.392 meter di atas permukaan laut.
Artikel Terkait: Cerita Anak Islami: Sejarah Qurban Idul Adha, Nabi Ismail Disembelih Ayahnya
Itulah kisah mengenai Joko Seger dan Roro Anteng yang menjadi cerita rakyat asal muasal suku Tengger serta upacara Kasada yang kerap dilakukan secara rutin oleh masyarakat di sana. Nah, apakah Anda tertarik untuk membawa serta si kecil mengunjungi Bromo setelah menceritakan kisah ini?
Semoga cerita di atas bisa bermanfaat.
****
Baca Juga:
11 Pilihan Fabel Sederhana Pengantar Tidur Anak yang Kaya Nilai Moral Kehidupan
15 Cerita Rakyat Terkenal dari Indonesia, Danau Toba hingga Malin Kundang