Berkat vaksin Covid-19, banyak negara yang sudah menjalani kehidupan normal dan tidak lagi bergantung pada masker. Bersyukur ada ilmuan dan peneliti hebat yang menciptakan vaksin sehingga masyarakat global bisa merasakan dampak positifnya. Dari sekian banyak nama peneliti, ada satu nama yang lekat sekali dengan Indonesia. Ia adalah Indra Rudiansyah, salah seorang mahasiswa yang ikut meneliti pembuatan vaksin AstraZaneca.
Berikut ini sedikit kisah tentang Indra Rudiansyah seperti dilansir dari beberapa sumber.
Kontribusi Ilmuwan dan Peneliti Vaksin Covid-19
Laman Pharmaceutical Technology menyebutkan, Amerika Serikat, India, Jerman, dan Inggris tercatat sebagai empat negara yang seluruh masyarakatnya sudah menerima vaksin Covid-19. Dampak dari vaksin ini sudah bisa dirasakan oleh masyarakat di negara tersebut. Mereka tidak lagi bergantung pada masker dan sudah bisa menjalani kehidupan normal.
Tidak hanya itu, negara seperti Inggris, misalnya. Sudah bisa menyelenggarakan turnamen besar olahraga seperti final Piala Eropa dan Wimbledon 2021 beberapa waktu lalu.
Tentu kita patut berterima kasih atas kontribusi para ilmuwan dan peneliti vaksin Covid-19 ini. Berkat usaha mereka, ada banyak jiwa yang diselamatkan.
Masih ingat dengan kisah ilmuwan vaksin AstraZaneca, Profesor Dame Sarah Catherine Gilbert, yang menerima tepuk tangan meriah pada laga pembuka Wimbledon 2021 lalu? Dame Sarah dianggap berjasa karena vaksinnya dapat memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Dan oleh karena vaksin juga Wimbledon 2021 bisa diadakan setelah ditunda 1 tahun.
Artikel terkait: 6 Fakta Sarah Gilbert, Pembuat Vaksin Astra Zeneca yang Keputusannya Mengejutkan Dunia
Ada Peneliti Indonesia, Indra Rudiansyah, dalam Tim Sarah Gilbert
Ternyata ada seorang peneliti asal Indonesia yang ikut meneliti pengembangan vaksin Covid-19 AstraZaneca. Ia adalah Indra Rudiansyah, mahasiswa asal Indonesia yang sedang mengambil S3 program Clinical Medicine di University of Oxford. Selain menjalani pendidikannya, Indra juga merupakan salah satu peneliti di Jenner Institute & Nuffield Department of Clinical Medicine. Ia di bawah naungan Sarah Gilberth ikut meneliti dan mengembangkan vaksin Covid-19 AstraZaneca.
Keikutsertaan Indra dalam tim penelitian ini diketahui melalui akun YouTube Deutsche Bank pada video berjudul The Oxford Vaccine: Meet the team Behind the Breakthrough, (15/2/2021).
“Saya dari Indonesia. Saya mahasiswa tahun ketiga di Jenner Institute,” kata Indra memperkenalkan dirinya di durasi menit ke-2.
Indra bercerita, perannya dalam penelitian-penelitian yang dilakukannya selama ini di Jenner Institute kebanyakan fokus pada pengembangan vaksin melawan beberapa penyakit menular seperti HIV, Ebola, dan beberapa penyakit yang berpotensi menimbulkan pandemi.
“Kebanyakan riset yang saya lakukan fokus pada pengembangan vaksin melawan beberapa penyakit menular seperti HIV, Ebola, dan penyakit-penyakit lain yang berpotensi menimbulkan pandemi seperti SARS, MERS dan sekarang Covid-19,” terang Indra.
Artikel terkait: Perbandingan Jenis Vaksin COVID-19, Manakah yang Terbaik?
Indra Rudiansyah Fokus Menganalisis Respon Imun Relawan
Awal Indra bergabung dalam tim Sarah Gilbert adalah awal Mei 2020. Perannya dalam tim penelitian ini secara spesifik adalah menganalisa data-data respon imun tubuh para relawan yang menerima vaksin. Ia menghabiskan waktu rata-rata 10 jam di laboratorium setiap hari.
“Ada ratusan peneliti yang bekerja. Sumber daya yang besar ini bertujuan agar vaksin segera bisa dikembangkan dengan cepat,” ujar Indra pada laman Facebook LPDP Indonesia melansir CNBC Indonesia.
“Biasanya, untuk mendapatkan data uji klinis vaksin fase pertama dibutuhkan waktu hingga lima tahun, tapi tim ini bisa menyelesaikan hanya dalam waktu enam bulan saja,” katanya lagi.
Artikel terkait: Tok! Vaksin COVID-19 Sudah Bisa Diberikan kepada Anak, Ini Rinciannya
Bangga Bisa Berkontribusi Melawan Pandemi
Indra Rudiansyah menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Mikrobiologi dan S2 jurusan Bioteknologi di Indonesia. Di berhasil lulus dari dua jenjang pendidikan tersebut dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan predikat cum laude.
Ia sangat bangga bisa turut memberikan kemampuannya dalam pengembangan vaksin ini. “Saya merasa sangat bangga dan senang bisa bergabung dalam proyek ini karena saya bisa berkontribusi kepada masyarakat berjuang melawan pandemic,” kata Indra.
Selain itu, Indra juga bangga bisa bekerja bersama orang-orang pintar dan bertalenta seperti yang ada di timnya. “Saya juga bangga bekerja bersama banyak orang yang multitalenta dan ahli di bidangnya masing-masing.”
Kabar mengenai Indra Rudiansyah juga sudah didengar oleh beberapa tokoh di Indonesia termasuk Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban.
“Saya akan mengingat namanya: Indra Rudiansyah, mahasiswa S3 Program Clinical Medicine, Jenner Institute, Universitas Oxford. Indra adalah bagian dari tim Sarah Gilbert, penemu vaksin AstraZeneca yang menyerahkan hak paten temuannya itu. Salut!” kata Profesor Zubairi.
Baca juga:
Benarkah Tes COVID-19 Saat Flu Hasilnya Selalu Positif? Ini Faktanya
Mungkinkah Manusia Terinfeksi Dua Varian COVID-19 Sekaligus? Ini Risetnya
"Hoax Berperan Besar Membuat Papah Kalah Melawan COVID-19," Kisah Seorang Anak