“Apakah jadwal imunisasi bayi prematur berbeda dari bayi yang lahir cukup bulan?”
”Apakah bayi prematur memerlukan dosis tambahan dari imunisasi pada umumnya untuk mengoptimalkan perlindungan tubuhnya dari berbagai penyakit?”
“Kondisi medis apa yang menyebabkan imunisasi bayi prematur harus ditunda?”
Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin muncul di benak Anda manakala melahirkan bayi prematur. Untuk tahu lebih lanjut, simak rangkumannya di bawah ini, ya, Bunda.
Daftar isi
Imunisasi Bayi Prematur, Wajib untuk Parents Ketahui!
Lebih dari 10 persen bayi lahir prematur dan angka kelahiran prematur ini terus meningkat di seluruh dunia. Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu hingga 37 minggu –angka bayi lahir sangat prematur (preterm infants, kurang dari 33 minggu usia kehamilan) sekitar 20 persen dari angka bayi prematur secara keseluruhan.
Dibandingkan dengan bayi yang lahir setelah kehamilan penuh, bayi prematur menerima lebih sedikit antibodi dari ibu melalui plasenta. Tidak hanya asupan antibodinya yang lebih sedikit, antibodi yang dimilikinya juga tidak aktif lebih cepat, dan bayi harus mengandalkan sistem kekebalannya sendiri lebih awal.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan vaksinasi bayi prematur untuk membantu mereka mengatasi risiko penyakit yang mungkin timbul. Lantas, bagaimana dengan bayi BBLR, bolehkah imunisasi diberikan kepada bayi BBLR? Tentu saja, Bunda, bayi prematur yang lahir dengan BBLR atau berat badan lahir rendah pun boleh diberikan imunisasi.
Kapan bayi prematur bisa di imunisasi? Sesuai aturan yang umum, bayi prematur harus divaksinasi sesuai dengan usia kronologis mereka, yaitu sesuai dengan usia yang dihitung sejak tanggal lahirnya –sama seperti bayi lahir cukup bulan.
Sejauh pengalaman, tubuh bayi prematur mampu merespons dengan baik terhadap vaksin, serta memproduksi antibodi sendiri dari vaksinasi yang diterimanya.
Memang ada beberapa rekomendasi khusus untuk bayi prematur mengenai vaksin hepatitis B dan juga virus RSV. Anda bisa membaca penjelasannya lebih lanjut di bawah ini.
Artikel terkait: Panduan berat badan ideal bayi 2 bulan, dan vaksin yang wajib diberikan
Tujuan Imunisasi Bayi Prematur untuk Cegah Kondisi Ini
Meski sistem kekebalan tubuhnya (imunologi) belum matang, tubuh bayi prematur umumnya mampu merespons dengan baik vaksin-vaksin yang diterimanya. Namun, Imunokompetensi itu juga bergantung pada pematangan prenatal. Asalkan, kondisi kesehatan mereka stabil secara medis serta tidak ada kontraindikasi untuk vaksinasi, maka vaksin aman diberikan.
Bayi prematur harus menerima vaksin sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan, tanpa koreksi untuk prematuritas, asalkan mereka baik-baik saja dan tidak ada kontraindikasi.
Pada beberapa kasus, vaksinasi terlambat atau tertunda diberikan kepada bayi prematur dengan alasan takut akan efek samping yang mungkin ditimbulkan. Padahal, vaksin tetap aman dan hasilnya juga efektif pada bayi prematur.
Malah jika ditunda, bisa menyebabkan banyak risiko pada bayi. Misalnya:
- Infeksi pertusis 50% kasus
- Penyakit pneumokokus invasif 11% kasus dari sepsis neonatorum
- Komplikasi dan rawat inap, salah satunya setelah terinfeksi rotavirus
- Infeksi dan komplikasi virus influenza
Jenis dan Jadwal Imunisasi Bayi Prematur
Berikut ini beberapa jenis vaksin yang wajib diterima bayi prematur seperti dilansir dari National Library of Medicine:
- Hepatitis B
- Polio (inactivated dan oral)
- BCG
- DTP (Diphtheria-tetanus-acellular Pertussis Vaccine)
- Hib (Haemophilus influenzae type B)
- PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)
- Vaksin RSV
- Influenza
- Campak
- MMR (Measles-Mumps-Rubella)
- Tifoid
- Hepatitis A
- MenC (Meningococcal group C conjugate Vaccine)
1. Vaksin Hepatitis B
Biasanya bayi mendapatkan vaksin Hepatitis B sebelum 24 jam setelah kelahirannya. Setelah itu diberikan kembali sebanyak 3 dosis pada usia 2, 3 dan 4 bulan.
Jika ibu adalah pembawa virus Hepatitis B (saat hamil), penting untuk memberikan vaksin ini pada bayi setidaknya 12 jam setelah kelahirannya untuk mencegah penularan. Vaksin yang diberikan adalah imunisasi pasif (antibodi spesifik terhadap virus – HBIG) bersamaan dengan vaksin aktif Hepatitis B (HBV).
Akan tetapi, masalahnya pada bayi prematur, berat badan mereka cenderung rendah. Di sisi lain, bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2 kg atau bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu (berapa pun beratnya), tidak dapat merespons baik vaksin Hepatitis B layaknya bayi lahir cukup bulan.
Itulah mengapa pada bayi prematur yang akan menerima vaksin Hepatitis B harus menunggu hingga beratnya 2 kg atau berusia satu bulan (pilih mana yang lebih awal).
Pastikan kondisi kesehatan bayi stabil dan konsisten dalam menambah berat badan. Vaksin seri awal terdiri dari 2 dosis dengan selang waktu satu bulan di antaranya.
Artikel terkait: Kaki Bayi Bengkak Usai Imunisasi DPT, Apakah Karena Alergi Vaksin?
2. Polio
Penyakit polio kerap menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Ini adalah penyakit menular yang disebabkan virus polio, di mana virus ini menyerang sistem saraf anak dan membuatnya lumpuh hingga berisiko kematian.
Ingatkan dokter anak untuk memberikan vaksin Polio pada buah hati Anda saat usianya sudah lewat 2 bulan dan berat tubuhnya berada di atas 2 kg.
3. Vaksin BCG
Ini vaksin untuk mencegah penyakit tuberculosis (TBC) pada anak, termasuk bayi prematur. Vaksin ini diwajibkan oleh pemerintah dan disediakan secara gratis di posyandu.
Bayi bisa mendapatkan vaksin BCG sesaat setelah lahir atau saat berusia satu bulan. Namun, jika bayi Anda lahir di usia kehamilan 34 minggu, vaksin tidak diberikan secara langsung, karena tubuhnya tidak akan merespons.
Coba konsultasikan dengan dokter anak Anda kapan waktu yang tepat bagi bayi mendapatkan vaksin ini.
4. DTP
Virus Difteri, Pertussis, dan Tetanus merupakan tiga jenis virus yang sangat berbahaya bagi buah hati Anda. Difteri bisa menyebabkan infeksi serius pada tenggorokan dan mengganggu pernapasan anak.
Tetanus merupakan bakteri penghasil racun yang dapat mengontaminasi luka dan menyerang saraf anak. Sedangkan Pertussis menyerang anak melalui pernapasan yang menyebabkan batuk parah.
Bila ketiganya menyerang bayi Anda, ia akan mengalami komplikasi yang cukup serius –sering diderita bayi berusia 6-12 bulan.
5. Imunisasi Hib B pada Bayi Lahir Prematur
Bayi prematur tidak memerlukan perubahan jadwal yang umum untuk bisa mendapatkan vaksin Haemophilus influenzae tipe b (Hib) terkonjugasi dengan tetanus (PRP-T), termasuk jenis Infanrix hexa. Bayi prematur menghasilkan respons antibodi yang baik terhadap semua antigen di Infanrix hexa setelah pemberian pada usia 2, 4 dan 6 bulan.
Jika bayi sangat prematur dan/atau bayi berat lahir rendah (kehamilan <28 minggu atau berat lahir <1500 g), setelah menerima vaksin Hib terkonjugasi dengan protein membran luar Neisseria meningitidis (PRP-OMP), bayi Anda harus menerima tambahan dosis pada usia 6 bulan. Artinya, mereka harus menerima dosis pada usia 2, 4, 6 dan 18 bulan.
6. PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)
Semua bayi prematur yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan untuk menerima 4 dosis pneumococcal conjugat vaccine 13-valent (13vPCV) atau vaksin konjugat pneumokokus dan 2 dosis vaksin polisakarida pneumokokus 23-valent (23vPPV).
- Dosis 13vPCV diberikan pada usia 2, 4, 6, dan 12 bulan.
- Dosis pertama 23vPPV diberikan pada usia 4 tahun, dan dosis kedua diberikan setidaknya 5 tahun kemudian.
Anak-anak yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu tidak memerlukan lebih banyak dosis vaksin pneumokokus setelah usia 5 tahun jika mereka:
- Tidak memiliki kondisi medis kronis dan bukan Aborigin atau Torres Strait Islander, serta tidak sedang mengalami peningkatan risiko penyakit pneumokokus.
- Telah menerima dosis vaksin pneumokokus ekstra hingga usia 5 tahun seperti yang direkomendasikan di atas.
Semua anak dan orang dewasa yang memiliki penyakit paru-paru kronis atau kondisi medis kronis tertentu lainnya (apakah terkait dengan kelahiran prematur atau tidak) harus menerima dosis vaksin pneumokokus tambahan hingga dan setelah usia 5 tahun.
Artikel terkait: Daftar Lengkap Vaksinasi Anak Usia 0-12 Bulan Sesuai Anjuran IDAI
7. Vaksin Rotavirus (RSV)
Vaksin ini sebenarnya tidak diwajibkan di Indonesia. Namun, vaksin ini dijadikan vaksin tambahan bagi bayi prematur karena virus RSV (respirasi syncytial virus) rentan berkembang pada bayi yang lahir kurang bulan.
RSV merupakan penyebab umum penyakit saluran pernapasan atas pada bayi. Hampir semua bayi yang berusia dua tahun terinfeksi virus ini. Virus ini dapat mengembangkan komplikasi lebih tinggi pada bayi prematur dan bayi dengan penyakit jantung dan paru-paru yang parah.
Di luar negeri, imunisasi palivizumab digunakan sebagai imunisasi pasif dari virus RSV sehingga bayi bisa menerima antibodi “siap pakai” dan tidak harus memproduksinya sendiri. Setelah imunisasi pasif tadi, mendapatkan kembali vaksin ini pada 1-2 tahun pertama kehidupannya.
Oleh karena imunisasi pasif memberikan bayi antibodi tanpa merangsang sistem kekebalan tubuhnya secara independen, maka perlu untuk memberikan dosis berulang setiap kali musim virus ini menyebar.
8. Vaksin Influenza
Bayi prematur sangat rentan terhadap risiko komplikasi dari influenza, yang mencakup kondisi pernapasan, jantung, dan neurologis. Bayi prematur harus menerima vaksin influenza setiap tahun, dimulai pada usia 6 bulan.
Dosis kedua diberikan 4 minggu setelah dosis pertama, dan selanjutnya 1 dosis setiap tahun setelahnya.
Observasi Pascavaksinasi dan Risiko yang Mungkin Timbul Setelah Lakukan Imunisasi Bayi Prematur
Bayi prematur yang baru saja menerima vaksin harus tetap dalam pengawasan selama minimal 15 menit. Sebagian besar efek samping yang mengancam jiwa kemungkinan akan dimulai dalam waktu 15 menit setelah imunisasi.
Ada beberapa peningkatan insiden ketidakstabilan kardiorespirasi setelah imunisasi bayi prematur di rumah sakit. Di antaranya:
1. Apnea
Penyebabnya bisa pengaruh dari tingkat keparahan kondisi neonatal yang mendasarinya, sepsis sebelumnya, dan/atau riwayat apnea dari orang tua. Dalam beberapa kasus, bayi prematur butuh bantuan pernapasan (oksigen/pernapasan non-invasif) setelah imunisasi pertamanya. Oleh karena itu:
- Sangat disarankan agar bayi mendapatkan pemantauan selama 24-48 jam pascaimunisasi.
- Pada bayi yang memiliki riwayat apnea pascavaksinasi, pertimbangkan untuk melakukan vaksin berikutnya di bawah pengawasan medis.
2. Anafilaksis
Reaksi langsung yang paling serius terhadap imunisasi pada bayi prematur.
Akan tetapi, vaksinasi tidak terkait dengan peningkatan risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS/suddent infant death syndrome)
Jadwal Vaksin Bayi Lahir Cukup Bulan (0-24 bulan)
- Bayi baru lahir : Hepatitis B, Polio (minggu 1)
- 1 bulan : Hepatitis B, BCG
- 2 bulan : Polio, DTP, Hib, PCV, Rotavirus
- 4 bulan : Polio, DTP, Hib, PCV, Rotavirus
- 6 bulan : Hepatitis B, Polio, DTP, Hib, PCV, Roravirus, Influenza
- 9 bulan : Campak
- 12 bulan : Varisela, PCV,
- 15 bulan : MMR
- 18 bulan : Polio, DTP, Hib
- 24 bulan : Tifoid, Hepatitis A
Demikianlah, Bunda, beberapa hal yang perlu Anda ketahui mengenai imunisasi bayi prematur. Pada dasarnya, tidak ada yang berbeda antara jadwal imunisasi bayi yang terlahir prematur dengan yang lahir cukup bulan. Jika ada hal yang membuat Anda khawatir, segera konsultasikan dengan dokter anak Anda.
Vaccination for preterm infants
immunisationhandbook.health.gov.au/vaccination-for-special-risk-groups/vaccination-for-preterm-infants
Human Vaccine and Immunotheurapatics
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4685684/
Baca juga:
Mengapa Cara Pemberian Vaksin Harus di Lengan? Temukan Jawabannya di Sini
Orang Tua Wajib Tahu! Pentingnya Vaksinasi COVID pada Anak Usia 6-11 Tahun Menurut IDAI
Parents, Ini Makanan yang Disarankan untuk Anak Sebelum dan Sesudah Vaksinasi COVID-19