Imunisasi untuk bayi baru lahir adalah hal yang sangat penting untuk kehidupannya.
Jika Parents merupakan orang tua baru, hendaknya memahami apa saja jenis-jenis vaksin untuk bayi baru lahir beserta manfaatnya untuk anak.
Nah, berikut adalah jenis-jenis imuniasi untuk bayi baru lahir yang perlu Parents ketahui.
Artikel Terkait: Vaksin Influenza saat Hamil Penting Dilakukan, ini alasannya!
Daftar isi
Jenis Vaksin atau Imunisasi Bayi Baru Lahir
1. Hepatitis B
Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit baik akut maupun kronis.
Di daerah endemik, hepatitis B paling sering menyebar dari ibu ke anak saat lahir (penularan perinatal) atau melalui transmisi horizontal (paparan darah yang terinfeksi), terutama dari anak yang terinfeksi ke anak sehat selama 5 tahun pertama kehidupan.
WHO merekomendasikan agar semua bayi menerima vaksin hepatitis B sesegera mungkin setelah lahir, sebaiknya dalam waktu 24 jam diikuti dengan dosis ke 2 vaksin hepatitis B dengan jarak minimal 4 minggu, dan dosis ke 3 dilakukan pada bulan ke 6 untuk menyelesaikan rangkaian vaksinasi.
Perlindungan yang diberikan dari vaksin hepatitis B ini berlangsung setidaknya 20 tahun hingga seumur hidup.
2. Polio Termasuk Salah Satu Imunisasi Bayi Baru Lahir
Poliomielitis atau polio adalah penyakit virus yang sangat menular yang sebagian besar menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Virus ini ditularkan melalui orang ke orang menyebar terutama melalui rute fekal-oral, air atau makanan yang terkontaminasi, dan berkembang biak di usus.
Virus polio dapat menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan. Oleh karena itu, vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 3, 4 bulan sesuai program pemerintah.
Vaksin polio suntik diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan dan 6-8 tahun.
3. BCG
Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) adalah vaksin yang digunakan untuk melawan penyakit tuberkulosis.
Indonesia saat ini merupakan negara ke-3 tertinggi di dunia untuk penyakit TBC, setelah India dan Tiongkok.
Imunisasi BCG paling baik diberikan pada usia 2-3 bulan karena pada bayi usia kurang dari 2 bulan sistem imunnya belum matang.
4. Imuniasi DPT untuk Bayi Baru Lahir
Vaksin DPT mencegah tiga penyakit, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus.
Difteri dapat menyebabkan kesulitan bernapas, gagal jantung, kelumpuhan, atau kematian.
Sedangkan tetanus menyebabkan kekakuan otot yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti kesulitan menelan, bernapas, hingga kematian.
Sementara pertusis atau batuk rejan dapat sangat serius pada anak kecil atau bayi.
Penyakit ini dapat menyebabkan pneumonia, kejang-kejang, kerusakan otak, atau kematian.
Imunisasi ini diberikan sebagai imunisasi dasar sebanyak 3 kali dan dilanjutkan dengan imunisasi ulang 1 kali (interval 1 tahun setelah DPT3).
Artikel Terkait: Imunisasi DPT: Manfaat, Jadwal, Harga, dan Efek Samping
5. Hib
Vaksin Haemophilus influenzae tipe B atau Hib adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi Haemophilus influenzae tipe B.
Sesuai anjuran IDAI, vaksin ini diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan, dan diulang pada usia 18 bulan.
Hib terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun dan dapat menyebabkan infeksi otak yang berpotensi mematikan seperti meningitis, infeksi aliran darah, radang paru-paru, radang sendi, dan infeksi bagian tubuh lainnya.
6. PCV
Vaksin PCV akan melindungi terhadap infeksi pneumokokus yang serius dan berpotensi fatal.
Infeksi pneumokokus yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae ini dapat menyebabkan pneumonia, keracunan darah atau sepsis, dan meningitis.
Infeksi ini juga dapat menyebabkan kerusakan otak permanen bahkan kematian.
Di Indonesia sendiri vaksin ini diberikan di usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan serta bisa diulang pada usia 12-15 bulan.
7. Imunisasi Bayi Baru Lahir Lainnya yaitu Rotavirus
Vaksin rotavirus dapat mencegah penyakit rotavirus yang biasanya menyebabkan diare parah pada bayi dan anak kecil.
Diare tersebut dapat menyebabkan dehidrasi hingga kondisi anak kritis bahkan meninggal.
Imunisasi rotavirus bisa diberikan pada usia 2, 5, dan 6 bulan.
Artikel Terkait: Benarkah vaksin tidak halal? Ini jawaban MUI untuk kaum anti vaksin
8. Influenza
Vaksin influenza (flu) menyebabkan antibodi berkembang di dalam tubuh sekitar dua minggu setelah vaksinasi.
Antibodi ini akan memberikan perlindungan terhadap infeksi virus yang digunakan untuk membuat vaksin.
Imunisasi influenza pertama diberikan pada usia 6 bulan dan dapat diulang setiap tahun 1 kali.
9. MR/MMR
Vaksin MMR diberikan pada usia 15-18 bulan dengan minimal interval 6 bulan antara imunisasi campak dengan MMR.
Vaksin MMR akan melindungi dari campak, gondok, dan rubella. Campak merupakan penyakit pernapasan virus akut, gondongan adalah infeksi virus yang mempengaruhi kelenjar ludah.
Sementara rubella atau campak jerman adalah infeksi yang disebabkan oleh virus rubella.
Artikel Terkait: Bumil, Jangan Lupa Vaksin Rubella, Bila Tidak Ingin Bayi Lahir Cacat
10. JE
Japanese ensefalitis (JE) adalah infeksi otak yang disebabkan virus Japanese Ensefalitis. Infeksi ini menyebabkan pembengkakkan otak yang serius.
Vaksin untuk mencegah penyakit ini adalah vaksin JE yang diberikan di usia 9 bulan dan diulangi di usia 1-3 tahun.
11. Varisela
Vaksin varisela akan melindungi terhadap penyakit varisela yang sangat menular dengan tingkat penyebaran 90%.
Varisela atau cacar air ini bisa jadi penyakit yang serius bahkan mengancam jiwa pada bayi, ibu hamil, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Menurut jadwal imunisasi IDAI 2020, vaksin Varisela diberikan 2 kali dengan interval 6 minggu hingga 36 bulan pada usia 12-18 bulan.
12. Hepatitis A
Merupakan infeksi hati yang sangat menular dan bisa dicegah dengan vaksin. Hepatitis A biasanya merupakan infeksi jangka pendek dan tidak kronis, tetapi dalam kasus yang langka penyakit ini dapat menyebabkan gagal hati hingga kematian.
Lansia dan mereka yang memiliki penyakit penyerta pun berisiko mengalami penyakit hati kronis jika terinfeksi Hepatitis A.
Vaksin Hepatitis A dapat diberikan mulai usia 12-18 bulan, sebanyak 2 kali dengan interval 6 -36 bulan.
13. Tifoid
Demam tifoid (typhus) adalah infeksi bakteri yang dapat menyebar ke seluruh tubuh, memengaruhi banyak organ tubuh lainnya.
Untuk mencegahnya, diberikan imunisasi tifoid mulai usia 14 bulan dan diulang setiap 3 tahun 1 kali.
Artikel Terkait: Vaksin Flu : Apakah Efek Sampingnya Berbahaya untuk Anak?
Manfaat Imunisasi Bayi Baru Lahir
Secara statistik, kemungkinan anak terkena penyakit menular berbahaya seperti campak, pertusis atau penyakit lainnya memang rendah. Namun, anak perlu diberikan perlindungan semaksimal mungkin sejak dini, yaitu lewat vaksin atau imunisasi.
Sayangnya, banyak orang tua yang memilih untuk tidak melakukan vaksinasi anak karena berbagai faktor. Mulai dari mitos-mitos yang beredar, seperti vaksin mengandung bahan berbahaya, tidak halal, dan dapat menyebabkan kelainan seperti autisme.
Faktanya, sebelum vaksin diedarkan, vaksin telah melalui berbagai macam pengujian laboratorium ekstensif dalam waktu beberapa tahun untuk memastikan kandungannya aman dan efektif.
Setelah uji laboratorium, dilakukan juga pengujian pada manusia untuk memonitor beragam efek samping dan dapat memakan waktu beberapa tahun hingga studi klinisnya selesai dan dilisensikan.
Tentu jika vaksin mengandung bahan berbahaya otomatis tidak akan lulus uji klinis dan lisensi ini.
Setelah vaksin dilisensikan, berbagai institusi kesehatan dan lembaga federal pun secara rutin memantau penggunaannya dan menyelidiki potensi masalah keamanannya. Parents pun tidak perlu khawatir karena vaksin sudah terjamin keamanannya.
Majelis Ulama Indonesia dalam Fatwa MUI No. 4 tentang Imunisasi juga menyatakan bahwa imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.
Selain itu, MUI juga memastikan vaksin untuk imunisasi wajib menggunakan vaksin yang halal dan suci.
Manfaat vaksin sangat penting untuk kehidupan anak karena memberikannya perlindungan yang dibutuhkan.
Seperti obat apa pun, vaksin memang dapat menyebabkan efek samping seperti demam ringan atau nyeri dan bengkak/kemerahan di tempat suntikan.
Reaksi tersebut tergolong ringan dan akan hilang dalam beberapa hari dengan sendirinya.
Efek samping yang parah dan berlangsung lama sangat jarang terjadi kasusnya. Apabila Parents memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tentang vaksin, berkonsultasilah dengan dokter anak Anda.
Artikel Terkait: Memandikan Bayi Setelah Imunisasi, Bolehkah Dilakukan?
Itulah beberapa jenis vaksin atau imunisasi bagi bayi yang baru lahir beserta penjelasan mengenai manfaatnya. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi Parents semua.
Jadwal Imunisasi IDAI 2020
www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020
Making the Vaccine Decision: Addressing Common Concerns
www.cdc.gov/vaccines/parents/why-vaccinate/vaccine-decision.html
Hepatitis B
www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis-b
Haemophilus lnfluenzae Type B (Hib, Haemophilus b)
www.health.ny.gov/diseases/communicable/haemophilus_influenzae/fact_sheet.htm
Pneumococcal vaccine overview
www.nhs.uk/conditions/vaccinations/pneumococcal-vaccination/
Rotavirus VIS
www.cdc.gov/vaccines/hcp/vis/vis-statements/rotavirus.html
Measles, Mumps, and Rubella (MMR) Vaccination: What Everyone Should Know
www.cdc.gov/vaccines/vpd/mmr/public/index.html
Chickenpox (Varicella)
www.cdc.gov/chickenpox/index.html
www.halalmui.org/images/stories/pdf/Fatwa-MUI-No.4-Tentang-Imunisasi.pdf
Baca juga:
Pentingnya Vaksin IPV untuk Anak, Cegah Kelumpuhan Akibat Virus Polio