Seorang ibu muda berinisial EA (27 tahun) di Jl Tunggala, Kelurahan Wuawua, Kecamatan Wuawua, Kota Kendari tewas gantung diri. Ia ditemukan dengan dengan posisi leher terikat selendang pada pada teralis jendela kamarnya, pada pada jumat (27/11) pukul 19.30 Wita.
Jenazah Korban Pertama Kali Ditemukan Suami
Sang suami, berinisial AS (36 tahun), sendiri yang pertama kali menemukan EA tewas tergantung di rumahnya. Pada hari kejadian, lelaki yang bekerja seagai pegawai honorer di Pengadilan Tinggi Negeri (PTN) Kendari itu pulang terlambat karena ada urusan kantor.
“Dan pada hari itu suami korban hingga sore hari belum pulang kantor karena masih mengatur persiapan dan kebersihan agenda rapat di kantornya,” terang Kapolsek Baruga, AKP Gusti Komang Sulastra (DetikSultra, 28/11/2020).
Setibanya di rumah setelah bekerja, AS mempertanyakan keberadaan istrinya kepada anak-anaknya yang saat itu sedang bermain di ruangan tengah. Salah satu anaknya menjawab jika ibu mereka sedang berada di dalam kamar tidur.
“AS langsung menuju kamar, namun pintu kamar terkunci dari dalam. Karena penasaran AS akhirnya mendobrak pintu dan ditemukan istrinya sudah dalam keadaan tergantung di teralis jendela sudah tidak bergerak,” ungkap Gusti Komang.
Terkejut melihat kondisi istrinya yang mengenaskan, AS segera menelpon adiknya, berinisial AR, untuk meminta pertolongan. Mereka lalu segera membawa korban ke Rumah Sakit Bahteramas, namun sayang, sekitar pukul 20.25 Wita, korban dinyatakan meninggal dunia.
Atas kejadian itu, jenazah korban di bawah ke RS Bhayangkara untuk dilakukan autopsi sesuai permintaan dari keluarga korban.
Artikel terkait: Jangan anggap sepele, ini pentingnya peran ayah dalam perkembangan anak
Pesan Terakhir Ibu Sebelum Gantung Diri, “Capek dan Stres Urus 3 Anak”
Diduga, EA yang merupakan ibu rumah tangga ini mengalami depresi. Sebelumnya, AS menceritakan jika dirinya dan korban sempat berkomunikasi melalui handphone seluler.
Dalam komunikasi singkatnya itu, korban mengeluh jika dirinya sudah capek dan stres karena mengurus ketiga putrinya yang masih berusia belia. Anak pertama mereka masih berumur empat tahun, anak kedua berumur tiga tahun, dan anak ketiga berumur satu tahun lebih.
“Sekitar jam 08.15 Wita, korban dan suaminya sempat komunikasi melalui Hp bahwa istrinya mengeluh capek dan stres mengurus ketiga putrinya yang masih kecil-kecil,” kata Gusti dilansir Kumparan (28/11/2020).
Artikel terkait: Kembali Terjadi, Ibu Bunuh Diri dengan Anaknya, Bisakah Kasus Seperti Ini Dicegah?
Mengapa Ibu Rumah Tangga Mengalami Depresi hingga Bunuh Diri?
Peristiwa nahas yang dialami EA ini bukan kali pertama terjadi. Sudah banyak kasus serupa yang semestinya menjadi perhatian kita bersama. Depresi yang dialami seorang ibu, termasuk ibu rumah tangga tentu saja perlu penanganan serius.
Mengurus rumah dan mengasuh anak bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan tak hanya kesehatan fisik yang prima, tapi juga mental yang stabil.
Ibu rumah tangga yang menghabiskan lebih banyak waktunya di rumah juga kerap mengalami depresi seperti halnya depresi ataupun stres yang dialami para ibu setelah melahirkan.
Menurut Melinda Paige, Ph.D., profesor konseling kesehatan mental klinis di Argosy University, Atlanta, mengatakan perasaan terisolasi, kehilangan tujuan dan identitas, serta kurangnya interaksi sosial karena terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah adalah pemicu depresi pada ibu rumah tangga.
Ibu rumah tangga yang mengalami depresi cenderung melampiaskan amarah dan emosi negatifnya ke anak, dan ini sangat tidak baik terhadap perkembangan psikologis anak. Kemungkinan terburuknya, jika kondisi mental ibu terganggu, ia dapat melakukan tindakan menyakiti diri sendiri/orang lain dan bahkan bunuh diri.
Cara agar Ibu Rumah Tangga Menghindari Stres dan Depresi
- Bicarakan mengenai tugas dan kewajiban dengan pasangan. Peran suami sebagai kepala rumah tangga, bukan semata mencari nafkah. Mengasuh anak adalah kewajiban bersama. Jadi, perlu membantu istri mengurus anak di rumah saat istri membutuhkan bantuan. Jangan karena ibu tinggal di rumah, suami lepas tangan.
- Minta bantuan. Bunda, ingat bahwa Anda juga manusia yang memiliki keterbatasan. Untuk itu, jangan segan-segan meminta bantuan.
- Me time. Ibu rumah tangga sebaiknya sesekali mengambil waktu untuk jauh dari anak-anak dan suami supaya tetap “waras”. Aktivitas yang dilakukan bisa berbelanja, ke salon, atau hanya sekadar berendam di bak mandi hangat.
- Ingat anak. Sejatinya, sekeras atau sesusah apapun pekerjaan rumah tangga ataupun ketidakpuasan dengan pasangan, ibu harus mengingat anak-anak. Saat terbesit keinginan untuk melakukan tindakan berbahaya sampai bunuh diri, sekali lagi, ingatlah bahwa Si Kecil yang polos itu membutuhkan Anda.
Jika stress dialami sampai 2 minggu hingga lebih, sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, terjadi perubaan perilaku, jangan ragu untuk segera mencari pertongan medis. Hal ini tentu saja upaya mencegah peristiwa ibu gantung diri.
Baca juga:
Pesan terakhir pasangan suami istri bunuh diri, "Jaga adikmu, ya, Nak"
Orangtua Bunuh Diri adalah Tindakan Egois yang Berdampak Negatif pada Anak
Pentingnya Kerja Sama untuk Cegah Terjadinya Bunuh Diri, Sudahkah Kita Lakukan?