Mengutamakan anak adalah hal lumrah dilakukan semua orangtua. Setiap kebutuhan dan kepentingan anak selalu didahulukan, karena orangtua menganggap anak adalah segalanya dalam hidup mereka. Masalahnya, kebutuhan pribadi orangtua jadi sering terlupakan.
Lalu, apa jadinya jika orangtua berhenti mengutamakan anak? Dan mulai mendahulukan kepentingan diri sendiri sebagai orangtua?
Genevieve Shaw Brown membagikan pengalamannya berhenti mengutamakan anak, dan bagaimana hal tersebut membuatnya menjadi orangtua yang lebih baik. Berikut adalah curahan hati Genevieve seperti dilansir dari laman Parents.
Saya melakukan dosa besar orangtua, saya berhenti mengutamakan anak saya.
Perlu waktu yang sangat lama agar saya bisa mengatakan hal tersebut. Tapi, alasan saya mampu mengakuinya, karena kini saya adalah orangtua yang lebih baik. Dan suami serta anak-anak saya juga lebih bahagia karena hal tersebut.
Artikel terkait: “Anakmu tidak seharusnya jadi orang terpenting dalam keluarga.” Setuju, Parents?
Tidak mengutamakan anak menjadi kunci parenting yang lebih baik.
Mendahulukan kepentingan anak-anak adalah hal yang secara otomatis dilakukan oleh seorang ibu, bahkan kita tidak diberi kesempatan untuk memilih. Semua terjadi begitu saja.
Ketika anak pertama lahir, saya berkata pada diri sendiri “Ini saatnya melupakan semua tentang dirimu. Waktunya berhenti diet, berhenti tidur lama. Abaikan kebutuhan dasarmu, bahkan untuk pergi ke dokter sekalipun. Dan berhenti berdandan seolah kau akan pergi jalan-jalan.”
Itulah yang benar-benar terjadi pada saya.
Kemudian, satu hari saya menyadari. Ketika melihat anak saya menyantap makanan sehat, bayi saya bermain dengan tenang. Siapa yang selama ini bangun jam 5 pagi untuk menyiapkan makanan sehat untuknya? Saya. Siapa yang tidak pernah berpikir untuk mengonsumsi makanan itu? Saya juga.
Saya memulai perjalanan menjadi ibu yang bahagia dengan satu pikiran utama: bagaimana jika saya menjaga diri sendiri dengan perhatian dan kasih sayang serupa seperti yang saya lakukan pada anak-anak setiap hari?
Detik itu pula saya menyadari, betapa banyak hal yang saya lakukan untuk memastikan anak-anak tumbuh sehat dan bahagia. Namun lupa untuk memastikan diri saya sendiri sehat dan bahagia.
Yang membuat saya berpikir: Bagaimana saya bisa membesarkan anak-anak yang bahagia jika saya tidak bisa menunjukkan pada mereka bagaimana rasanya menjadi orang dewasa yang bahagia?
Itulah sebabnya mengapa saya mulai melakukan perubahan kecil. Saya melihat apa yang saya lakukan untuk anak-anak, dan sayapun akan melakukannya untuk diri saya sendiri.
Contohnya soal tidur. Anak-anak punya waktu tidur yang teratur. Maka sayapun melakukan hal yang serupa. Saya mendorong anak-anak untuk rajin olahraga, dan saya pun juga berolahraga. Saya berhenti sementara mencari teman untuk anak-anak saya, dan berusaha untuk berhubungan kembali dengan teman-teman terdekat saya.
Berhenti mengutamakan anak bisa membuat ibu menjadi orangtua yang lebih baik.
Hasilnya sungguh tak terduga! Saya mendapat waktu istirahat cukup, yang membuat saya menjadi lebih sabar menghadapi anak-anak.
Saya rajin berolahraga, yang membuat kepercayaan diri saya meningkat.
Saya bertemu dengan teman-teman saya, yang mengingatkan saya bahwa meski masa sebelum punya anak adalah masa yang indah. Meskipun begitu saya tidak akan mau kembali ke masa itu, bahkan jika diberi kesempatan sekalipun. Hidup saya bahagia setelah menjadi ibu.
Saya makan apapun yang dimakan oleh anak-anak saya, hingga berat badan saya turun dan saya memiliki lebih banyak energi untuk menjadi orangtua yang aktif seperti yang saya inginkan.
Saya mulai memperlakukan suami dengan cara baik, cara yang ingin saya tanamkan pada anak-anak. Dan hasilnya, pertengkaran kami menjadi berkurang drastis.
Saya menjaga untuk tidak bersikap egois sebagai orangtua. Namun, bisa jadi kita butuh sedikit keegoisan itu untuk menjadi orangtua yang baik.
Saya pikir, menjadi ibu bahagia adalah dengan cara mengutamakan diri sendiri agar menjadi pribadi yang lebih bahagia. Dan hadiah terbaik dari itu semua adalah, keluarga saya juga menjadi jauh lebih bahagia.
****
Nah, Bunda, jangan lupa untuk mengutamakan kebutuhan Bunda ya. Karena Bunda adalah kunci kebahagiaan keluarga.
Semoga bermanfaat.
Baca juga:
Pentingnya mengutamakan suami daripada anak-anak, ini alasannya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.