"Hydrops fetalis pada janinku diketahui lewat USG, kini ia pergi," kisah ibu

Kisah seorang Bunda yang harus kehilangan janinnya akibat hydrops fetalis. Kondisinya itu diketahui setelah melakukan pemeriksaan USG.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bunda, pernahkah mendengar istilah hydrops fetalis?

Bisa dibilang awal kehamilan adalah masa yang paling rawan. Pasalnya, tidak semua janin di dalam kandungan dapat berkembang dengan baik selama trimester pertama. Data menyatakan 10% hingga 25% kehamilan berakhir dengan keguguran.

Oleh sebab itu, penting bagi Bunda untuk menjaga kesehatan Bunda dan janin serta rutin memeriksakannya ke dokter atau bidan. Dengan begitu Bunda dapat mengetahui lebih awal jika terjadi sesuatu pada janin di kandungan sehingga dapat segera ditangani.

“Janinku mengalami hydrops fetalis,” curhat seorang Bunda

Seorang Bunda di komunitas The Asian Parent membagikan kisah kehamilannya. Bunda Arum mendapatkan dua garis merah pada bulan September 2019. Ini merupakan kehamilan pertamanya.

Selama kehamilan, Bunda Arum merasa baik-baik saja, tidak ada keluhan yang berat. Dia tidak mengalami mual muntah dan bisa makan makanan apa saja. Selain itu, suaminya juga sangat perhatian dengan menyediakan semua kebutuhannya seperti susu, vitamin dan buah-buahan.

Bunda Arum juga rutin memeriksakan kandungan dengan melakukan USG.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat USG pertama, usia kandungan 7 minggu, detak jantung janin sudah terdeteksi. USG kedua pun demikian, juga tidak ada flek atau kram parah yang artinya kandungan Bunda Arum baik-baik saja. Namun ternyata kondisi janinnya tidaklah baik-baik saja!

Artikel terkait: “Breath Holding Spell membuat anakku selalu menangis tanpa suara” tutur seorang Bunda

Begini curhatnya:

Semua dimulai pas USG ke 3 dokter ngediagnosis kalo janin saya terkena hydrops fetalis (intinya penumpukan cairan, selebihnya bisa googling yaa bun), tapi beliau nyuruh saya cari 2nd opinion k dokter lain, jujur di situ hati saya hancur banget. Dokter kasih saya 2 pilihan yang pertama untuk tidak melanjutkan kehamilan itu, yang kedua untuk menunggu sampai janin menyerah dan detak jantungnya berhenti, disitu saya pilih opsi ke 2. Malamnya saya searching soal hydrops fetalis dimana info yg saya dapetin kebanyakan bikin drop. Yaitu harapan hidup janin kurang dari 5%, kebanyakan meninggal dan ga bertahan diatas 3 bulan (saat itu usia kandungan saya 14 week), kalaupun hidup sampai melahirkan kemungkinan besar akan autis (naidzubillah). Saya cari info dari dalam dan luar negeri, kirim email kirim comment di IG sesama ibu yg pernah pengalaman sama hydrops tapi tetep ga ada titik terang soal pengobatannya, sampe detik itu aku selalu nangis tiap searching soal hydrops.

“Janinku melambaikan tangan saat USG seolah berpamitan”

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bunda Arum sempat memilih untuk berkonsultasi ke dokter lain, namun diagnosa yang ia dapat tetap sama.

1 hal yg saya ingat saat usg, di layar monitor saya liat janin saya ngelambaikan tangan seakan dadah dadah. masha allah bun dokterpun kaget, beliau sampe bilang umur segini jarang janin yg udah dadah dadah aktif saat di usg, seakan firasat kalau ia emang mau pergi. Minggu berikutnya saya usg ke rumah sakit yg pertama, dimana saya rutin cek kandungan, saya pasrah kalau harus kehilangan janin saya dan di situ baru keliat ternyata djj bayi saya sudah tidak ada lagi. saya diminta langsung kuret karna posisinya di dalam badan ada saya organ mati yg bisa ngebahayain nyawa saya apalagi kemungkinan udah lebih dari 5 hari ga ada djjnya dan kondisi bayi yg sudah ga utuh. Sayapun minta diundur beberapa hari karna nunggu suami yg lagi di luar kota. Hari yg ditentuin tiba, saya diinduksi lewat oral 2x, infus 3x dan tepat 1 desember jam 10 malam bayi saya lahir, tanpa tangisan justru saya dan suami yg nangis karna ngelihat anak kita dgn kondisi yg udah ga utuh bahkan kita gatau jenis kelaminnya.

Artikel terkait: “Selamat jalan anakku,” kisah pilu ibu melahirkan bayi meninggal

“Jangan remehkan USG!” Pesan Bunda Arum

Bun…selama beberapa Minggu itu saya sama sekali ga ngerasa sakit perut, flek atau apalah semua biasa aja, normal aja
Dan mungkin saya ga akan tau janin saya udah ga ada dan berubah jadi organ mati d dalam badan saya kalo ga USG,
Bisa bayangin ga kalo saya ngga USG? Gimana jadinya rahim saya? Badan saya? Psikologis saya? Jadi please buat bu ibu yg masih mikir USG bahaya coba cari tau lagi, hape udah smart kan? Iyaa kalo misalnya bu ibu yg mikir USG tuu bahaya cuma disimpen buat diri sendiri, lah kalo sampe bawa” orang lain buat ga USG gimana? Ngerugiin namanya apalagi saya sempet liat post disini yg bilang kalo anggepan usg aman tuu cuma cuci otak dan bilang itu malah ngabisin duit malah bilang mending gausah usg daripada durhaka sama suami…kalopun suami ga paham pentingnya usg yaa kasih edukasi bukan iya iya aja Jaman udah maju, lebih baik mencegah daripada mengobati

Apa itu hydrops fetalis?

Menurut Alodokter, Hydrops fetalis adalah kondisi di mana terdapat pembengkakan parah pada dua atau lebih bagian tubuh bayi dalam kandungan atau yang baru lahir, misalnya pada organ paru dan jantung. Kondisi ini termasuk kondisi berbahaya yang dapat mengancam nyawa bayi.

Angka kasus hydrops fetalis di negara-negara Asia Tenggara lebih tinggi dibandingkan negara-negara di Eropa dan Amerika. Hal ini disebabkan oleh masih tingginya frekuensi kasus thalasemia alfa, salah satu penyakit yang memengaruhi kemunculan hydrops fetalis.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Kisah Inspiratif: Berdamai Dengan Penyakit Autoimun

Terdapat dua jenis hydrops fetalis, yaitu imun dan non-imun. Keduanya memiliki penyebab yang berbeda.

Hydrops fetalis imun terjadi akibat ketidakcocokan rhesus, yaitu saat rhesus darah ibu hamil negatif dan rhesus darah bayi di kandungannya positif. Adapun hydrops fetalis non imun disebabkan oleh adanya penyakit tertentu yang mengganggu kemampuan tubuh bayi untuk mengontrol kadar cairan tubuhnya. Kemungkinan inilah yang yang dialami oleh bayi Bunda Arum.

Jangan remehkan USG

Selain membagikan kisah pilunya, Bunda Arum juga berpesan pada semua ibu hamil agar mengambil pelajaran dari kejadian yang menimpanya itu. Selama kehamilan dia tidak merasakan sakit sama sekali, semuanya normal dan terasa baik-baik saja.

Beruntung dia rutin memeriksakan kandungan dengan USG sehingga lebih cepat mengetahui kondisi janinnya yang tidak normal. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Bisa bayangin ga kalo saya ngga USG? Gimana jadinya rahim saya? Badan saya? Psikologis saya?” kata Bunda Arum.

Bunda Arum menyarankan ibu hamil untuk rutin periksa dan meluruskan bahwa USG itu tidak berbahaya. Justru dengan USG kondisi janin dalam kandungan dapat dipantau. Dia juga mengingatkan para istri agar mengedukasi suami jika mereka kurang paham pentingnya pemeriksaan USG.

“Kalopun suami ga paham pentingnya usg yaa kasih edukasi bukan iya iya aja. Jaman udah maju, lebih baik mencegah daripada mengobati,” pesannya.

Kisah Bunda Arum dapat dibaca secara lengkap di sini.

Sumber: App the Asian Parent, Alodokter

Baca juga:

Kisah Stefany Putri; Perjalanan panjang demi buah hati yang pergi terlalu dini

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan