Parents sering terburu-buru dan gampang panik karena khawatir terlambat? Atau, selalu bergegas mengerjakan satu tugas ke tugas lainnya tanpa jeda? Jika ya, bahasan tentang hurry sickness berikut ini mungkin akan cocok untuk Anda.
Meski istilah hurry sickness atau penyakit terburu-buru mengandung kosa kata ‘sakit’, tapi ini bukan gangguan medis ataupun masalah mental yang sebenarnya.
Ahli jantung Meyer Friedman dan Ray Rosenman menciptakan istilah hurry sickness setelah memperhatikan, bahwa banyak pasien mereka mengalami “urgensi akan waktu”.
Friedman dan Rosenman mendefinisikan penyakit terburu-buru sebagai “perjuangan terus menerus dan upaya tak henti-hentinya untuk mencapai lebih banyak hal, atau berpartisipasi dalam lebih banyak acara dalam waktu yang terbatas.”
Orang dengan penyakit terburu-buru selalu berpikir dengan cepat, berbicara cepat, dan bertindak cepat. Bahkan, cenderung tergesa-gesa seolah dikejar-kejar oleh waktu.
Hurry sickness juga sepaket dengan perasaan tertekan karena takut waktu yang dimiliki segera habis, sehingga tak jarang menjadi sering panik dan bingung.
Professor Richard Jolly dari London Business School menemukan bahwa 95 persen manajer yang dia teliti mengalami kondisi tersebut.
Artikel terkait: 5 Film India tentang Kesehatan Mental, Belajar Peduli pada Kondisi Jiwa
Ciri Anda Menjalani Hidup dengan Hurry Sickness
Penyakit terburu-buru didorong oleh ambisi memaksimalkan setiap detik untuk menyelesaikan pekerjaan. Karenanya kondisi ini kerap dikaitkan dengan multitasking.
“Kami mengenal kebiasaan ini sebagai multitasking,” jelas Rosemary K.M. Sword, penulis dan pengembang terapi perspektif waktu, dikutip dari Healthline, (31/1).
“Banyak orang yang telah menjalani multitasking dengan kemampuan mereka untuk melakukan lebih dari satu hal pada waktu yang sama,” ujar Sword.
Multitasking mungkin menjadi dalih bagi banyak orang untuk efisiensi waktu. Namun sebenarnya, multitasking juga dapat menimbulkan sejumlah efek buruk lantaran Anda tidak mindful dalam mengerjakan sesuatu.
Contoh, menyuapi anak dan di saat yang sama membalas email kantor. Anda bisa kehilangan momen bermakna bersama anak.
Artikel terkait: Mengenal Chromotherapy, Terapi Warna yang Berpengaruh pada Kesehatan Mental
Berikut ini ciri Anda menjalani hidup dengan hurry sickness:
- Cenderung ngebut saat membawa kendaraan.
- Terburu-buru mengerjakan tugas rumah tangga.
- Sering menghitung waktu untuk melihat apakah Anda bisa mengerjakan tugas lain di saat yang sama.
- Mudah kesal dan marah jika mengalami penundaan.
- Terus berusaha mencari cara untuk menghemat waktu.
- Cemas berlebihan saat terjebak macet.
Efek Hurry Sickness
Karena kerap tergesa-gesa, hurry sickness bisa mengakibatkan sejumlah efek buruk.
1. Masalah Emosional
Selalu merasa cemas, stres, takut kehabisan waktu, dan sulit berkonsentrasi. Hal ini karena saat Anda mengerjakan satu pekerjaan, pikiran sudah ‘dihantui’ tugas berikutnya.
Anda juga bisa merasa marah kepada diri sendiri saat berhadapan dengan hambatan, misalnya jalanan macet.
2. Masalah Hubungan
“Penyakit yang terburu-buru dapat mengaburkan apa yang benar-benar penting dalam hidup kita, yaitu hubungan kita dengan orang lain,” kata Sword.
Lantaran terus terburu-buru, Anda tidak mendengarkan pasangan Anda dengan seksama, sehingga ia merasa diabaikan atau tidak dihargai. Anda mungkin juga menjadi tidak sabaran dan membentak anak ketika ia bergerak agak lambat.
Artikel terkait: Memahami Sikap Defensif, Strategi Bertahan yang Dilakukan Seseorang saat Hadapi Kritik
3. Masalah Fisik
Efek fisik dari penyakit terburu-buru bisa terjadi secara tidak langsung. Misalnya, lantaran terburu-buru mengerjakan tugas kantor, Anda jadi mengabaikan minum air atau telat makan.
Anda juga mungkin akan mengalami susah tidur, perubahan nafsu makan, kelelahan, sakit kepala, masalah pencernaan, penurunan imun tubuh, dan keluhan fisik lainnya yang berhubungan dengan stres.
Penyakit terburu-buru juga dapat meningkatkan produksi hormon kortisol tubuh Anda, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti depresi.
Pikiran tetap terkunci dalam keadaan overstimulation, membuat Anda lelah, cemas, dan rentan, tetapi tidak dapat bersantai.
4. Masalah Jantung
Sebuah studi tahun 2003 menemukan bukti yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yang terkait dengan kepribadian tipe A, yaitu orang-orang yang tidak sabaran dan menunjukkan urgensi dengan waktu. Mereka mengalami peningkatan risiko tekanan darah tinggi (hipertensi).
Mengatasi Penyakit Buru-buru
Meskipun tak semudah membalikkan telapak tangan untuk mengatasi kebiasaan hurry sickness, tapi upaya ini tetap memungkinkan untuk dilakukan.
Yang Anda perlu lakukan adalah latihan memperlambat, kebalikan dari tergesa-gesa. Rem kebiasaan Anda untuk terburu-buru dalam segala hal.
Awalnya Anda mungkin merasa seolah tidak memanfaatkan waktu secara optimal. Namun perlu dicatat bahwa pikiran akan lebih mindful karena tidak dijejali oleh bayangan tugas-tugas yang berkecamuk.
Strategi-strategi berikut ini dapat membantu Anda memerangi hurry sickness:
1. Jalan-jalan
Berjalan membuat Anda bergerak, yang dapat membantu meningkatkan kesehatan fisik, sekaligus meredakan kecemasan. Jadi beri diri Anda izin untuk meregangkan kaki. Rutin jalan kaki 30 menit setiap hari akan bisa membuat perbedaan besar.
2. Meditasi
Meditasi membantu Anda fokus pada napas dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang terjadi pada saat itu. Ini adalah keterampilan penting untuk dikembangkan ketika mencoba mengelola penyakit terburu-buru.
3. Prioritaskan Kebutuhan Penting
Ada kebutuhan fisik tertentu yang tidak dapat diabaikan, tidak peduli seberapa sibuknya Anda.
Tubuh Anda membutuhkan bahan bakar berupa makanan dan istirahat, untuk berfungsi dengan baik. Tanpa makanan dan air, kualitas tidur, persahabatan, dan olahraga, Anda tidak akan dapat mempertahankan kualitas hidup yang baik.
4. Me Time dan Relaksasi
Temukan waktu untuk diri sendiri dan relaksasi setidaknya 15 menit dalam sehari.
Jika Anda kesulitan menemukan waktu untuk bersantai atau tidak dapat membenarkan mengambil waktu itu, bidiklah hanya 15 menit untuk diri sendiri setiap hari. Saat Anda mulai menyadari manfaatnya, menemukan periode relaksasi yang lebih lama mungkin tidak terlalu sulit.
Itulah penjelasan mengenai hurry sickness dan beberapa hal yang bisa mencegahnya. Jadi, yuk pelankan sedikit langkah Anda dan tak perlu terburu-buru dalam melakukan sesuatu, ya. Sebagai manusia, tentunya sangat normal dan diperbolehkan, kok, untuk memperlambat langkah dan istirahat sejenak dari rutinitas yang membuat penat. Semangat, Parents!
***
Baca juga:
Lebih Dekat dengan Meditasi Kundalini, Sejumlah Manfaat dan Cara Melakukannya
Bantu Atasi Obat Nyeri, Ketahui Saja Efek Samping Piroxicam
id.theasianparent.com/nft-adalah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.