Orang dewasa memiliki suhu tubuh normal rata-rata antara 36,1 sampai 37,2 derajat Celcius. Pada hipotermia, suhu tubuh seseorang menjadi sangat rendah saat berada di lingkungan yang terlalu dingin. Kondisi ini terjadi akibat tubuh tidak mampu menghasilkan panas yang cukup.
Sebagaimana dikutip dari WebMD, definisi hipotermia adalah keadaan di mana suhu inti tubuh berada di bawah 35 derajat Celcius, penurunan suhu tubuh yang berpotensi membahayakan dan biasanya terjadi karena paparan suhu dingin yang terlalu lama. Klasifikasi derajat keparahannya dapat dinilai berdasarkan tingkat kesadaran dan penilaian suhu tubuh:
- Cold stress (bukan hipotermia). Individu tampak menggigil namun kesadaran normal dan mampu beraktivitas secara mandiri. Suhu inti tubuh berkisar antara 35 sampai 37 derajat Celcius.
- Hipotermia ringan. Individu tampak menggigil namun ada sedikit penurunan kesadaran dan tidak mampu beraktivitas secara mandiri. Suhu inti tubuh berkisar antara 32 sampai 35 derajat Celcius.
- Hipotermia sedang. Penurunan kesadaran yang lebih berat, dapat maupun tidak disertai dengan menggigil. Suhu inti tubuh berkisar antara 28 sampai 32 derajat Celcius.
- Hipotermia berat. Tidak sadarkan diri dan tidak menggigil. Suhu inti tubuh kurang dari 28 derajat Celcius.
Gejala Hipotermia
Tanda pertama saat suhu inti tubuh mulai turun adalah menggigil. Gejala lain yang dapat diamati pada penderita hipotermia, antara lain:
- Tubuh gemetaran, kaku dan sulit bergerak.
- Kulit pucat dan terasa dingin saat disentuh.
- Kesulitan berbicara.
- Sesak napas hingga napas melambat.
- Jantung berdebar tidak beraturan.
- Denyut nadi melemah.
- Penurunan kesadaran.
Pada bayi dan anak, hipotermia dapat dikenali dari kulitnya yang terasa dingin saat disentuh dan kemerahan. Bayi dapat menjadi diam, lemas, dan tidak mau menyusu atau makan.
Penyebab Hipotermia
Hipotermia terjadi ketika tubuh terpapar suhu yang sangat dingin dan membuatnya kehilangan panas lebih cepat dari yang dihasilkannya. Penyebab yang tersering, yakni:
- Mengenakan pakaian tipis saat cuaca dingin.
- Berada di tempat yang bersuhu dingin terlalu lama.
- Tidak segera mengganti pakaian yang basah.
- Terlalu lama berendam di dalam air.
Sedangkan faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipotermia, yaitu:
- Kelelahan.
- Memiliki gangguan psikologis (seperti demensia).
- Sering mengonsumsi alkohol.
- Efek samping konsumsi obat.
- Mengalami kondisi medis tertentu seperti hipotiroidisme, gizi buruk, diabetes, stroke, dan penyakit Parkinson.
Cara Mengobati Hipotermia
Perawatan untuk hipotermia bergantung pada tingkat keparahannya. Namun secara umum, hipotermia perlu segera ditangani secara medis untuk mencegah komplikasi hingga kematian. Berikut adalah pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada penderita hipotermia sembari menunggu bantuan medis:
- Pindahkan ke tempat yang hangat dan kering.
- Lepaskan pakaian yang basah.
- Tutupi seluruh tubuh dan kepala dengan selimut.
- Berikan kompres hangat di dahi.
- Pantau pernapasan dan berikan bantuan hidup dasar (resusitasi jantung-paru) bila napasnya melambat atau berhenti.
- Hindari menggosok maupun memijat.
Bantuan hidup dasar seperti resusitasi jantung-paru (RJP) hanya boleh dilakukan oleh individu yang sudah terlatih. Melakukannya secara sembarangan justru dapat membahayakan penderita hipotermia.
Sesampainya di rumah sakit, penderita hipotermia akan mendapatkan serangkaian tindakan medis. Beberapa di antaranya adalah:
- Pemberian oksigen yang sudah dilembabkan melalui selang hidung atau masker. Terapi ini bertujuan untuk menghangatkan saluran napas dan membantu meningkatkan suhu tubuh.
- Penghangatan darah. Pada prosedur ini, dokter akan mengambil darah untuk dihangatkan dan dimasukkan kembali ke dalam tubuh.
- Pemberian cairan steril yang sudah dihangatkan, kemudian dimasukkan ke dalam rongga perut menggunakan selang khusus.
Tanpa penanganan segera, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi yang berujung kematian. Komplikasi tersering, yakni:
- Frostbite atau cedera pada kulit dan jaringan di bawahnya karena membeku.
- Chilblains atau peradangan pembuluh darah kecil dan saraf pada kulit.
- Trench foot atau rusaknya pembuluh darah dan saraf kaki karena terlalu lama terendam air.
- Gangren atau kerusakan dan kematian jaringan secara permanen.
Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Kondisi ini sebenarnya bisa dicegah. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Jaga tubuh tetap kering. Segera ganti pakaian yang basah. Hindari mengenakan pakaian basah dalam waktu lama karena dapat menyerap panas tubuh.
- Gunakan pakaian sesuai cuaca. Pilih pakaian tebal atau jaket yang dapat melindungi tubuh pada cuaca dingin (misalnya musim hujan).
- Bila mulai merasa dingin, lakukan gerakan sederhana selama beberapa saat untuk menghangatkan tubuh.
- Konsumsi makanan dan minuman hangat saat berada di ruangan bersuhu dingin atau ketika cuaca dingin.
Pada bayi dan anak, risiko hipotermia dapat dicegah dengan menjaga suhu kamarnya tetap hangat, memberikan pakaian tebal atau jaket saat beraktivitas di tempat bersuhu dingin, dan segera membawanya ke ruangan yang hangat saat anak mulai kedinginan.
Baca Juga:
Diare Berdarah? Hat-hati Amebiasis, Infeksi Parasit Usus yang Sebabkan Disenteri
10 Hal yang Paling Sering Sebabkan Sakit Kepala Sebelah Kanan, Cek Parents!
6 Faktor Risiko Seseorang Alami Penumpukan Protein Abnormal, Berakibat Fatal!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.