Parents, hipogonadisme merupakan kondisi ketika kelenjar seks pada tubuh memproduksi jumlah hormon seksual sangat sedikit atau di bawah normal. Kelenjar seks disebut juga sebagai gonad, yakni testis bagi laki-laki dan ovarium bagi perempuan.
Hal ini tentunya merupakan kondisi yang perlu segera ditangani. Mengapa demikian?
Pasalnya, hormon seks berperan penting dalam perkembangan organ seksual sekunder, yakni produksi sperma pada laki-laki serta pertumbuhan payudara dan siklus menstruasi pada perempuan. Hormon seksual ini juga berperan penting dalam pertumbuhan rambut kemaluan pada keduanya.
Artikel terkait: Waspada Endometriosis! Penyebab Nyeri Haid Tak Normal yang Ganggu Kesuburan
Hipogonadisme – Jenis, Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobati
Hypogonadism atau hipogonadisme terjadi ketika kelenjar seks menghasilkan sedikit hormon seksual atau pun tidak sama sekali. Kondisi ini juga dikenal sebagai defisiensi gonad dan sebagian kasus bisa diatasi dengan perawatan medis yang tepat.
Berdasarkan penyebabnya, kondisi ini dibagi menjadi dua jenis, yakni primer dan sekunder (sentral).
Hipogonadisme Primer
Untuk jenis primer, jumlah hormon seksual dalam tubuh sedikit disebabkan oleh masalah pada gonad. Sehingga, ia tidak mampu memproduksi hormon seksual dalam jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh. Hipogonadisme jenis ini juga bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti:
- Gangguan autoimun seperti penyakit Addison dan hipoparatiroid
- Kelainan genetik seperti sindrom turner dan sindrom klinefelter
- Infeksi parah seperti gondongan yang menyerang testis pada lelaki
- Gangguan hati dan ginjal
- Tingginya kadar zat besi dalam darah atau hemokromatosis
- Kriptorkismus atau posisi testis yang tidak turun
- Efek samping perawatan seperti radioterapi atau kemoterapi yang biasanya dilakukan untuk pengobatan kanker
Hipogonadisme Sekunder
Untuk sekunder, kondisi ini terjadi ketika ditemukannya kerusakan pada kelenjar di sekitar otak, yakni hipofisis (pituitari) atau hipotalamus. Kelenjar tersebut mengontrol gonad untuk menghasilkan hormon seksual. Beberapa penyebab dari kondisi sekunder ini, di antaranya:
- Kelainan genetik seperti sindrom kallmann (perkembangan hipotalamus abnormal)
- Terjadinya infeksi seperti HIV
- Gangguan hipofisis
- Penyakit radang termasuk sarkoidosis, tuberkulosis, dan histiositis
- Penurunan badan yang terbilang cepat
- Obesitas
- Kekurangan gizi
- Adanya paparan radiasi
- Cedera pada kelenjar pituitari atau hipotalamus
- Terbentuknya tumor di atau dekat kelenjar pituitari
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Gejala yang terjadi terkait kondisi ini dibagi menjadi dua, tergantung pada jenis kelamin.
Pada perempuan, gejala yang biasanya terjadi, di antaranya:
- Menstruasi tidak teratur atau tidak keluar sama sekali
- Perubahan bentuk payudara melambat atau tidak sama sekali
- Keluarnya cairan putih dari payudara
- Gairah seksual menurun
- Bulu-bulu dalam tubuh tumbuh lambat atau berkurang
- Terjadinya perubahan suasana hati yang signifikan
- Badan terasa panas
Sedangkan pada laki-laki, gejala yang muncul biasanya:
- Rambut rontok
- Kehilangan otot
- Payudara membesar atau pertumbuhannya abnormal
- Berkurangnya pertumbuhan penis dan testis
- Disfungsi ereksi
- Osteoporosis
- Impotensi
- Kehilangan gairah seksual
- Lemas dan sulit konsentrasi
Diagnosis dan Pengobatan Hipogonadisme
Untuk memeriksa kondisi ini, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan mengamati kelenjar seksual, rambut di tubuh, dan massa otot. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan hormon atau tes hormon dengan tujuan untuk mengukur kadar hormon, testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Tes lain yang biasanya dilakukan adalah:
- Tes darah
- Pemeriksaan kadar zat besi
- Pemeriksaan kadar hormon prolactin
- Tes genetik
- Pemeriksaan hormon tiroid
- Pemeriksaan sperma pada pasien laki-laki
- USG pada perempuan
- CT scan atau MRI untuk memeriksa kemungkinan adanya tumor pada kelenjar hipofisis
Pengobatan yang dilakukan juga berdasarkan jenis kelamin. Pada laki-laki, beberapa jenis perawatan yang biasanya bertujuan untuk menutupi kekurangan hormon testosteron. Beberapa pengobatan yang dilakukan, di antaranya:
- Terapi penggantian testosteron (TRT) dengan pemberian testosteron buatan dalam bentuk gel, suntik, maupun tablet. Perlu diingat, perawatan ini bisa memicu efek samping seperti pembesaran payudara, prostat, pengurangan produksi sperma atau sleep apnea. Jadi, selama melakukan TRT, dokter perlu memantau rutin kondisi pasien.
- Bagi anak laki-laki yang mengalami pubertas tertunda dan mengalami hipogonadisme, merangsang pubertas juga bisa dilakukan sebagai bentuk perawatan. Caranya, dengan memberikan suplemen testosteron selama 3 – 6 bulan.
- Jika disebabkan oleh tumor pada kelenjar pituitari, perawatan bisa termasuk pemberian obat, radiografi, dan operasi.
Artikel terkait: Periodontitis, Penyakit Gusi yang Tidak Bisa Disepelekan
Untuk perempuan, pengobatan bisa dilakukan dengan meningkatkan jumlah hormon seksual dalam tubuh seperti kadar hormon estrogen dan progesteron. Beberapa perawatan yang diberikan berupa:
- Bagi perempuan yang pernah menjalani histerektomi atau operasi angkat rahim, pengobatan dilakukan dengan cara terapi pengganti estrogen. Bisa diberikan dalam bentuk pil atau patch (koyo).
- Bagi perempuan yang belum melakukan histerektomi, terapi estrogen akan dikombinasikan dengan pemberian hormon progesteron demi mengurangi risiko terjadinya kanker rahim akibat hormon estrogen berlebih.
- Jika pasien mengalami ketidakteraturan menstruasi atau sulit hamil, ia mungkin akan menerima perawatan berupa suntikan hormon human choriogonadotropin atau pil yang mengandung FSH yang memicu ovulasi.
- Sama seperti laki-laki, jika disebabkan oleh tumor pada kelenjar pituitari, perawatan bisa termasuk pemberian obat, radiografi, dan operasi.
Komplikasi yang Mungkin Muncul
Jika tidak ditangani segera, kondisi hipogonadisme akan memunculkan komplikasi seperti:
- Kesulitan hamil atau kemandulan
- Gangguan perkembangan janin
- Gangguan produksi sperma
- Kekurangan rambut pada tubuh
- Osteoporosis
- Disfungsi ereksi
- Pertumbuhan tubuh yang tidak proporsional
Bisakah Hipogonadisme Dicegah?
Sampai saat ini, belum ada upaya pencegahan yang pasti terkait kondisi ini. Namun, perubahan gaya hidup yang lebih sehat bisa membantu Anda dalam mengurangi faktor risiko terjadinya kekurangan hormon seksual seperti:
- Menjaga berat badan tetap ideal dengan rajin olahraga dan mengonsumsi makanan sehat.
- Mengurangi kebiasaan buruk seperti merokok atau mengonsumsi alkohol.
- Istirahat cukup dan mampu mengelola stres dengan baik.
Artikel terkait: Penyebab dan Gejala Eritema Multiformis, Infeksi Kulit yang Berisiko Terjadinya Komplikasi
Nah, Parents, itulah penjelasan mengenai penyebab, gejala, dan cara mengobati hipogonadisme. Jika Anda mengalami gejala, segeralah berkonsultasi ke dokter agar kondisi tersebut bisa ditangani secara tepat sehingga komplikasi tidak terjadi. Semoga bermanfaat!
***
Baca juga:
Gangguan Sendi pada Rahang, Inilah Penyebab Beserta Cara Mencegah dan Mengobatinya
Jarang Disadari, Ternyata 5 Hal ini yang Sebabkan Gusi Turun
6 Obat Sariawan Terbaik di 2024 yang Aman untuk Bayi dan Dewasa