Eritema Multiformis adalah kelainan kulit yang muncul akibat reaksi alergi terhadap infeksi atau konsumsi obat.
Infeksi yang kerap menjadi pemicu yakni infeksi virus herpes simpleks dan Epstein-Barr. Umumnya, kondisi ini hanya terjadi pada kulit. Namun sebagian kasus dapat melibatkan selaput lendir (mukosa) bibir dan mata.
Eritema Multiformis dapat dialami individu dari segala golongan usia. Akan tetapi, paling sering ditemukan pada individu dewasa muda antara usia 20-40 tahun. Pria ditemukan lima kali lipat lebih banyak yang mengalaminya daripada wanita.
Kondisi ini merupakan kelainan kulit yang paling ringan dari tiga kondisi yang sering dikaitkan satu sama lain. Kondisi yang lebih berat yakni Sindrom Stevens-Johnson, dan yang paling berat dari semuanya yaitu nekrolisis epidermal toksik (NET).
Gejala Eritema Multiformis
Gejala khas eritema multiformis berupa kemunculan lesi (kelainan) pada kulit yang bersifat tiba-tiba dalam waktu 24 jam. Jumlahnya bisa sedikit hingga ratusan.
Lesi pertama kali muncul di punggung tangan atau kaki, yang kemudian menyebar ke arah lengan/tungkai dan batang tubuh. Pada umumnya, lesi lebih banyak ditemukan pada anggota tubuh dan bagian tubuh atas seperti wajah, leher, dan batang tubuh. Pada siku dan lutut, lesi cenderung berkelompok. Kelainan pada kulit ini dapat disertai oleh rasa gatal atau sensasi terbakar pada kulit.
Lesi kulit pada eritema multiformis disebut dengan lesi target (target lesion). Ciri khasnya yakni berbatas tegas, berbentuk bundar dan memiliki tiga zona warna yang konsentris:
- Bagian tengah/pusat kehitaman atau merah tua dengan lepuhan atau koreng.
- Cincin berikut berwarna merah muda/pucat dan menimbul akibat pembengkakan cairan.
- Cincin terluar berwarna merah cerah.
Lesi target yang tidak khas hanya menunjukkan dua zona dan/atau batas yang tidak tegas dengan area sekitarnya.
Kemunculan lesi ini bersifat polimorfik (banyak bentuk), dan karenanya disebut dengan ‘multiforme’. Lesi dapat berada pada berbagai tahap perkembangan dengan adanya lesi target yang khas dan tidak khas muncul bersamaan.
Berdasarkan berat ringannya gejala, eritema multiforme dibagi menjadi minor dan mayor.
- Disebut minor apabila:
- Lesi kulit terdistribusi simetris di ujung-ujung anggota tubuh (tangan dan kaki).
- Lesi jarang mengenai selaput lendir. Kalaupun ada, bersifat ringan dan hanya mengenai satu lokasi, seringkali mulut.
- Tidak ada gejala lain.
- Disebut mayor apabila:
- Lesi kulit lebih luas, tetapi tidak melebihi 10 persen luas permukaan tubuh.
- Ditemukan lesi target.
- Minimal dua lokasi selaput lendir terlibat dan berat. Paling sering bibir, pipi bagian dalam, dan lidah. Selaput lendir lain yang dapat terkena yakni mata, anus dan kelamin, saluran nafas, dan saluran cerna.
- Disertai gejala lain seperti demam, menggigil, nyeri sendi, mata merah, penglihatan kabur atau lebih sensitif terhadap cahaya, serta nyeri pada area mulut dan tenggorokan.
Segera kunjungi Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit terdekat bila lesi pada kulit semakin meluas dan jumlahnya semakin banyak, disertai rasa nyeri atau terbakar, muncul bintik di sekitar mata atau bagian putih mata terlihat memerah, serta kesulitan bernapas, makan, atau minum.
Untuk mengonfirmasi diagnosis eritema multiformis, dokter akan melakukan pemeriksaan kulit secara menyeluruh. Ini diperlukan sebab lesi target yang khas biasanya hanya berjumlah sedikit. Pemeriksaan lain yang mungkin dibutuhkan, yaitu biopsi kulit atau tes darah.
Penyebab Eritema Multiformis
Hingga kini, penyebab pastinya memang belum diketahui. Para ahli meyakini bahwa kondisi ini berhubungan dengan reaksi alergi sebagai respon terhadap infeksi, penggunaan obat-obatan, atau penyakit yang dialami.
Pada 90 persen kasus, pemicunya adalah infeksi, khususnya virus herpes simpleks tipe 1. Virus lain yang dapat memicu eritema multiforme yakni:
- Parapoxvirus
- Virus penyebab cacar air dan herpes zoster (varicella-zoster)
- Adenovirus
- Virus hepatitis
- Human immunodeficiency virus (HIV)
- Cytomegalovirus
Infeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae dan infeksi jamur dermatofita juga dapat memicu eritema multiforme.
Pada kurang dari 10 persen kasus, eritema multiforme dipicu oleh penggunaan obat-obatan seperti:
- Obat antikejang dari golongan barbiturate dan phenotiazine
- Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
- Antibiotik golongan sulphonamide, penicillin, atau nitrofurantoin
Pada sebagian individu, vaksin tertentu (seperti BCG, polio, tetanus, atau difteri) juga dapat memicu kelainan kulit ini. Demikian pula dengan individu yang memiliki penyakit autoimun atau kanker.
Cara Mengobatinya
Eritema multiformis yang ringan (minor) sesungguhnya dapat sembuh sendiri dalam waktu 2-3 minggu sehingga tidak memerlukan perawatan medis. Sedangkan eritema multiforme mayor membutuhkan waktu kurang lebih 6 minggu.
Bila kondisi lesi cukup berat, dapat diberikan beberapa obat untuk mengatasi penyebab dan meredakan gejala.
Pilihan jenis pengobatan disesuaikan dengan usia, tingkat keparahan, dan pemicu timbulnya lesi.
-
- Konsumsi obat untuk mengatasi penyebab
- Antivirus diberikan bila pemicu adalah infeksi virus herpes simpleks, Epstein-Barr, varicella zoster, hepatitis, adenovirus, atau HIV.
- Antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri seperti Mycoplasma pneumoniae.
- Obat-obatan untuk meredakan gejala
-
- Kortikosteroid topikal (salap atau krim) atau obat antihistamin oral untuk meredakan peradangan dan rasa gatal.
- Obat kumur yang mengandung antiseptik untuk mengurangi rasa nyeri di mulut dan tenggorokan, serta mencegah infeksi tambahan di rongga mulut.
- Obat mata bila ada keterlibatan selaput lendir mata. Obat hanya diberikan setelah berkonsultasi dengan dokter mata.
- Menghentikan obat-obatan yang sedang dikonsumsi, bila lesi muncul segera setelah mengonsumsi obat-obatan ini.
Eritema Multiformis yang berat dapat menyebabkan komplikasi berupa dehidrasi, kekurangan gizi (malnutrisi), kerusakan permanen pada mata atau kulit, selulitis, peradangan pada organ hati dan paru, dan sepsis.
Oleh sebab itu, individu dengan eritema multiformis mayor sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mencegah dan mengobati komplikasi yang mungkin terjadi.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.