Hiperkolesterolemia merupakan salah satu gangguan kesehatan yang patut diwaspadai. Kondisi ini ditandai dengan tingginya kadar kolesterol di dalam darah. Jika tidak segera ditangani dengan tepat, kolesterol akan menumpuk dan dapat mempersempit pembuluh darah. Alhasil, penyakit jantung koroner pun dapat menyerang.
Lantas, apa yang menyebabkan seseorang dapat terkena hiperkolesterolemia? Bagaimana gejalanya dan seperti apa cara mengobati penyakit tersebut? Simak penjelasannya di bawah ini!
Artikel Terkait: Khawatir Alami Kolesterol Tinggi? Kenali 4 Tanda dan Cara Mengatasinya
Apa Itu Hiperkolesterolemia?
Tingginya kadar kolesterol di dalam darah disebut dengan hiperkolesterolemia. Kondisi ini berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah. Kolesterol sendiri adalah zat lemak seperti lilin dan dihasilkan oleh hati ataupun makanan yang dikonsumsi.
Sebenarnya, tubuh manusia memang membutuhkan kolesterol karena memiliki peranan khusus bagi tubuh, yaitu untuk:
- Membentuk sel-sel sehat
- Memproduksi sejumlah hormon
- Menghasilkan vitamin D
- Menghasilkan zat yang membantu proses pencernaan lemak
Di dalam darah, kolesterol dapat berikatan dengan protein. Kombinasi ikatan antara protein dan kolesterol ini disebut dengan lipoprotein. Terdapat dua jenis lipoprotein, antara lain:
- Low-density lipoprotein (LDL): Berfungsi untuk membawa kolesterol ke seluruh tubuh melalui arteri. LDL ini dikenal sebagai “kolesterol jahat”. Jika kadarnya di dalam darah terlalu tinggi, maka LDL akan menumpuk pada dinding pembuluh darah sehingga mengakibatkan pembuluh darah menjadi keras dan sempit.
- High-density lipoprotein (HDL): Berfungsi untuk mengembalikan kolesterol berlebih ke hati dan kemudian dikeluarkan dari tubuh. Karena itu, HDL ini juga disebut sebagai “kolesterol baik”.
Gejala Hiperkolesterolemia
Pada umumnya, seseorang yang terkena hiperkolesterolemia tidak merasakan suatu gejala. Bahkan, seseorang bisa tidak menyadari kalau kadar kolesterol di dalam tubuhnya tinggi hingga memunculkan komplikasi, seperti serangan jantung atau stroke.
Oleh karena itu, sangat penting bagi seseorang untuk melakukan skrining kolesterol sejak usia dini agar dapat mengetahui kadar kolesterol di dalam tubuhnya.
Para ahli menyarankan skrining dilakukan dengan frekuensi seperti berikut ini:
- Anak usia 9-11 tahun dan remaja usia 17-21 tahun, minimal satu kali skrining
- Orang berusia di atas 21 tahun: Skrining sebaiknya dilakukan tiap 4-6 tahun sekali
- Penderita diabetes dan orang dengan riwayat hiperkolesterolemia serta serangan jantung dalam keluarga: Skrining disarankan untuk dilakukan dengan lebih rutin
Selain itu, ada baiknya jika Parents berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter mengenai frekuensi skrining kolesterol yang perlu dilakukan.
Penyebab Terjadinya Hiperkolesterolemia
Pada umumnya, hiperkolesterolemia disebabkan oleh kombinasi gaya hidup yang tidak sehat serta faktor genetik atau keturunan. Secara lebih rinci, berikut beberapa hal penyebab terjadinya kondisi kadar kolesterol tinggi di dalam darah:
1. Faktor Genetik atau Riwayat Keluarga
Tergolong jarang, tetapi seseorang bisa terkena hiperkolesterolemia karena faktor genetik atau disebut juga familial hypercholesterolemia. Orang tua dengan penyakit yang sama dapat menurunkan kondisi ini kepada anaknya. Kondisi ini dipicu oleh mutasi sejumlah gen, seperti APOB, LDLR, LDLRAP1, dan PCSK9.
2. Kebiasaan Buruk Merokok
Merokok memang hanya menimbulkan efek yang negatif bagi kesehatan tubuh, termasuk memicu terjadinya hiperkolesterolemia. Rokok dapat menurunkan kadar HDL (lemak baik) serta merusak dinding pembuluh darah sehingga menjadi tempat penumpukan lemak.
3. Pola Makan yang Tidak Sehat
Kolesterol total dapat meningkat jika seseorang mengonsumsi makanan yang tinggi kolesterol, misalnya produk susu hewani dan daging merah.
Produk-produk makanan yang berasal dari hewan dengan kandungan lemak jenuh serta makanan ringan yang kaya lemak trans, seperti kue atau biskuit, juga dapat meningkatkan kadar kolesterol di dalam darah.
4. Obesitas dan Lingkar Pinggang Besar
Segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Sama halnya dengan berat badan yang berlebih. Kelebihan berat badan yang melampaui batas atau dikenal dengan obesitas dengan indeks massa tubuh (IMT) 30 atau lebih dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hiperkolesterolemia.
Bukan hanya itu, lelaki dengan lingkar pinggang di atas 90 cm, dan perempuan dengan lingkar pinggang di atas 80 cm juga akan lebih berisiko terkena hiperkolesterolemia.
Untuk itu, menjaga pola makan yang tidak berlebih dan rutin berolahraga diperlukan agar seseorang bisa terhindar dari hiperkolesterolemia. Olahraga akan membantu tubuh meningkatkan jumlah HDL.
5. Diabetes
Gula darah yang tinggi dapat meningkatkan LDL dan menurunkan HDL serta merusak dinding pembuluh darah. Kondisi ini memicu terjadinya hiperkolesterolemia.
Artikel Terkait: Cara cek kolesterol sendiri di rumah agar hasilnya akurat
Diagnosis Hiperkolesterolemia
Dalam mendiagnosis hiperkolesterolemia, dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan pasien. Kemudian, melakukan pemeriksaan fisik. Dokter juga akan mengambil sampel darah pasien untuk diteliti di laboratorium. Dari hasil pemeriksaan sampel darah tersebut akan diketahui berapa kadar kolesterol total di dalam darah pasien.
Agar mendapatkan hasil yang akurat, sebelum dilakukan pengambilan sampel darah, dokter akan meminta pasien untuk berpuasa selama 9-12 jam.
Pada orang dewasa, kadar kolesterol normal idealnya adalah:
- LDL: 70-130 mg/dL
- HDL: lebih dari 40-60 mg/dL
- Trigliserida: 10-150 mg/dL
- Kolesterol total: kurang dari 200 mg/dL
Apabila kadar kolesterol melebihi kisaran tersebut, maka risiko seseorang terserang penyakit jantung dan stroke dapat meningkat.
Cara Mengobati Hiperkolesterolemia
Upaya awal untuk mengatasi terjadinya hiperkolesterolemia adalah dengan mengubah pola makan menjadi lebih sehat serta lebih rajin berolahraga.
Akan tetapi, jika langkah tersebut telah dijalani dan kadar kolesterol masih juga tinggi, sebaiknya periksakan diri ke dokter. Dokter akan meresepkan obat yang sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan pasien.
Beberapa contoh obat untuk mengatasi kadar kolesterol tinggi di dalam darah, yaitu:
1. Obat Penghambat Penyerapan Kolesterol
Cara kerja obat ini adalah dengan membatasi penyerapan kolesterol oleh usus kecil sehingga usus kecil tidak akan melepaskan kolesterol ke darah dalam jumlah yang besar. Contoh dari obat penghambat penyerapan kolesterol ini adalah ezetimibe.
2. Statin
Statin bekerja dengan cara menghambat zat yang dibutuhkan hati untuk menghasilkan kolesterol sehingga memicu hati mengambil kolesterol dari darah. Selain itu, statin juga akan membantu tubuh menyerap kolesterol dari timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah.
Contoh obat golongan statin adalah atorvastatin, rosuvastatin, dan simvastatin.
3. Resin Pengikat Asam Empedu
Obat golongan ini akan menurunkan kadar kolesterol secara tidak langsung dengan mengikat asam empedu. Hasilnya, hati akan menggunakan kolesterol yang berlebih untuk memproduksi lebih banyak lagi asam empedu. Dengan begitu, kadar kolesterol di dalam darah pun akan menurun.
Contoh obat resin pengikan asam empedu adalah cholestyramine.
4. Obat Suntik
Ada obat jenis baru untuk menangani hiperkolesterolemia, yaitu alirocumab dan evolocumab. Jenis obat ini dapat membantu hati menyerap kadar kolesterol LDL dengan lebih banyak. Hasilnya, kadar kolesterol total di dalam darah akan menurun.
Umumnya, dokter akan meresepkan jenis obat ini pada pasien yang memiliki kelainan bawaan kadar kolesterol LDL yang tinggi.
Selain beberapa obat yang disebutkan di atas, ada juga jenis-jenis obat yang akan diresepkan oleh dokter jika sang pasien memiliki kadar trigliserida tinggi, seperti:
1. Fibrate
Fibrate dapat menurunkan kadar trigliserida dengan mengurangi produksi VLDL (very-low density lipoprotein). VLDL adalah jenis kolesterol yang banyak mengandung trigliserida. Selain itu, fibrate juga akan mempercepat pembuangan trigliserida dari dalam darah.
Contoh obat golongan fibrate adalah fenofibrate dan gemfibrozil.
2. Niacin
Selain fibrate, obat golongan niacin juga dapat menurunkan trigliserida. Cara kerja obat jenis ini adalah membatasi produksi VLDL dan LDL oleh hati. Namun, perlu dicatat bahwa niacin dihubungkan dengan stroke dan kerusakan hati, sehingga dokter hanya meresepkan obat ini untuk pasien yang tidak dapat mengonsumsi obat golongan statin.
3. Suplemen Asam Lemak Omega-3
Kadar trigliserida juga dapat diturunkan dengan suplemen asam lemak omega-3.
Cara Mencegah Terjadinya Hiperkolesterolemia
Menjalani gaya hidup sehat adalah kunci untuk mencegah tingginya kadar kolesterol di dalam darah. Berikut ini beberapa cara mencegah hiperkolesterolemia:
- Berhenti merokok karena rokok dapat merusak pembuluh darah serta meningkatkan penumpukan plak di dalam pembuluh darah.
- Mengonsumsi makanan yang sehat. Perbanyaklah asupan sayuran, buah, dan ikan. Konsumsi makanan rendah garam dan batasi asupan makanan sumber kolesterol.
- Mengurangi kelebihan berat badan. Kadar kolesterol tinggi dapat disebabkan oleh berat badan yang berlebih.
- Meningkatkan aktivitas fisik. Rutin berolahraga minimal 30 menit sehari akan menurunkan kadar kolesterol di dalam darah.
Artikel Terkait: 14 Cara Turunkan Kolesterol Jahat, Parents Perlu Mencobanya!
Demikianlah penjelasan tentang gejala hiperkolesterolemia, penyebab, diagnosis, cara mengobati, dan cara mencegahnya. Mari tingkatkan pola hidup sehat agar tubuh terhindar dari serangan penyakit yang berbahaya.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca Juga:
Rachel Vennya alami kolesterol tinggi saat hamil, apa efeknya untuk janin?
Waspada, Bumil tidak boleh sembarangan minum obat penurun kolesterol!
Hati-hati! Ini 5 cara memasak yang bikin kolesterol melonjak