Fenomena ibu hamil di luar rahim memang tak jarang terjadi. Namun biasanya, bayi yang selama kehamilan berada di luar rahim tidak dapat bertahan hidup. Namun, bayi yang lahir di Altai, Siberia ini justru terlahir sehat sekalipun dikandung di luar rahim. Berikut kisah lengkapnya!
Seorang ibu hamil di luar rahim lahirkan bayi sehat
Biasanya bayi yang selama kehamilan berada di luar rahim tidak dapat bertahan hidup. Namun, bayi yang lahir di Altai, Siberia ini justru terlahir sehat. Selama kehamilan pun, bayi juga bergerak di dalam perut ibu dan tampak sehat.
Karena baru kehamilan yang pertama, ibu ini berpikir bahwa kehamilannya normal seperti yang lainnya. Sehingga dia tidak memeriksakan diri secara khusus.
Karena itulah, tak banyak pemeriksaan medis yang terjadi. Mereka baru menghubungi dokter ketika waktu melahirkan sudah tiba namun kontraksi tak kunjung terjadi. Sehingga kondisi hamil di luar rahim ini sangat mengejutkan mereka.
Tak disangka, hamil di luar rahim yang penuh risiko tersebut ternyata melahirkan anak yang sehat. Berat badannya pun 4,1 kg, lebih berat dari rata-rata bayi yang lahir dari rahim.
Sekalipun sudah menjalani operasi melahirkan yang penuh risiko, ibu berusia 31 tahun ini juga dalam keadaan sehat. Keberhasilan operasi serta sehatnya kondisi ibu dan anak ini membuat tim dokter tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai kehamilan yang unik ini.
Bayi tersebut diberi nama Veronika yang artinya “Yakin akan Sebuah Keberhasilan”. Sang ibu pun berterimakasih kepada tim dokter yang telah membantunya jalani persalinan lewat jalur operasi.
“Bisa lahir dengan sehat inilah yang membuat kasus ini jadi unik. Jadi, bukannya berkembang di dalam rahim, bayi ini justru berkembang di luar rahim,” jelas dokter Vladimir Borovkov pada Media Kray.
Dmitry Erin, dokter yang bertanggung jawab dalam transfusi darah selama menjalankan prosedur operasi untuk baby Veronika juga menilai bahwa operasi ini memiliki risiko kematian ibu dan bayi yang tinggi.
Hamil di luar rahim biasa disebut sebagai ectopic pregnancy atau kehamilan ektopik.
Apa itu kehamilan ektopik?
Kehamilan dimulai saat telur yang dibuahi oleh sperma. Biasanya, sel telur yang telah dibuahi akan menempel pada lapisan rahim. Kehamilan ektopik terjadi ketika telur yang telah dibuahi tertanam dan tumbuh di luar rongga uterus (rahim).
Kehamilan ektopik paling sering terjadi di saluran tuba falopi, yaitu saluran penghubung ovarium dan rahim. Jenis kehamilan ektopik disebut kehamilan tuba (tubal pregnancy). Kadang-kadang, kehamilan ektopik terjadi di area lain, seperti ovarium, rongga perut atau bagian bawah rahim (serviks) yang terhubung ke vagina.
Kehamilan ektopik tidak dapat berjalan secara normal. Telur yang dibuahi di luar rahim biasanya tidak dapat bertahan hidup, dan jaringan yang tumbuh dapat menyebabkan perdarahan yang mengancam jiwa jika tidak ditangani.
Tanda kehamilan ektopik
Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik mungkin tidak melihat gejala apa pun pada awalnya. Bahkan, beberapa perempuan yang mengalami kehamilan ektopik akan merasakan tanda-tanda atau gejala awal kehamilan yang biasa, seperti terlambat menstruasi, nyeri payudara dan mual.
Namun, tanda-tanda peringatan kehamilan ektopik adalah adanya pendarahan vagina ringan dan nyeri panggul. Jika darah bersumber dari tuba falopi, Anda mungkin merasakan nyeri bahu atau keinginan untuk buang air besar.
Penyebab hamil ektopik
Kehamilan ektopik paling sering terjadi di saluran tuba falopi. Kehamilan ektopik di tuba mungkin terjadi karena tuba falopii rusak oleh peradangan, atau karena bentuknya tidak sempurna. Ketidakseimbangan hormon atau perkembangan abnormal sel telur yang dibuahi juga mungkin berperan.
Berikut bberapa hal yang juga membuat Anda lebih mungkin mengalami kehamilan ektopik:
- Kehamilan ektopik sebelumnya. Jika Anda pernah mengalami kehamilan seperti ini sebelumnya, kemungkinan Anda akan mengalami kehamilan ini pada lain waktu cukup besar.
- Peradangan atau infeksi. Infeksi menular seksual, seperti gonore atau klamidia, dapat menyebabkan peradangan pada saluran tuba falopi dan organ lain di sekitarnya, dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
- Perawatan kesuburan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang melakukan program bayi tabung (IVF) atau perawatan serupa, lebih mungkin mengalami kehamilan ektopik. Infertilitas itu sendiri juga dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
- Operasi tuba. Pembedahan untuk memperbaiki tuba falopi yang tertutup atau rusak dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
- Pilihan kontrasepsi. Kemungkinan hamil saat menggunakan alat kontrasepsi (IUD) jarang terjadi. Namun, jika Anda hamil meskipunsedang menggunakan IUD, itu mungkin bisa menyebabkan kehamilan ektopik.
- Merokok. Kebiasaan merokok sebelum hamil dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik. Semakin banyak merokok, semakin besar risikonya.
Semoga informasi di atas bermanfaat!
Baca juga:
Pengakuan Seorang Ibu: “Tidak Ada yang Normal dalam Proses Persalinan Normal yang Aku Jalani”
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.