Kesehatan gigi tentu saja ikut memiliki peran penting dalam tumbuh kembang si kecil. Seperti aspek tumbuh kembang lainnya, pertumbuhan gigi anak bisa berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Misalnya, kondisi gigi renggang pada anak.
Pada kondisi ini, gigi anak tumbuh secara renggang atau memiliki jarak antara satu gigi dengan gigi lainnya. Beberapa orangtua mengkhawatirkan kondisi buah hatinya ini bisa berlangsung menetap dan mengganggu, bahkan dikhawatirkan membahayakan.
Namun apakah benar berbahaya?
Normalkah gigi anak renggang?
Gigi renggang
Secara umum, kondisi gigi renggang ini sebenarnya tidak berbahaya. Dalam istilah medis, gigi anak yang renggang disebut juga dengan Diastema.
Bila buah hati mengalaminya, ia tidak sendiri. Sebanyak 70% gigi susu anak ternyata tumbuh renggang, hanya 30% saja tidak tumbuh renggang, menurut European Journal of Paediatric Dentistry.
Pada anak, ini banyak terjadi pada 2 gigi susu bagian depan. Justru, Diastema ini penting bagi pertumbuhan gigi anak kelak. Celah yang terjadi merupakan mekanisme untuk mempersiapkan ruang untuk gigi tetap atau gigi permanen anak tumbuh.
Nah, bila gigi tidak memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh, biasanya kondisi gigi akan tumbuh lebih berjejal atau menumpuk.
Penyebab gigi renggang
Gigi renggang sebenarnya bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa, baik sementara maupun permanen. Pada kasus yang dialami anak, hal ini ditengarai oleh beberapa penyebab yang sebagian besar tidak berdampak serius pada kesehatannya.
Gigi renggang
1. Bentuk gigi
Pada beberapa anak, kondisi diastema ini ada kaitannya dengan ukuran gigi dan ukuran tulang rahang. Bila ukuran gigi anak terlalu kecil untuk tulang rahangnya, celah antara gigi bisa terbentuk.
Kondisi ini murni disebabkan karena faktor genetik, ya, Parents. Tenang saja, tidak membahayakan si kecil kok.
2. Jaringan gusi berlebih
Selain bentuk gigi, faktor bawaan lain yang bisa menjadi penyebabnya ialah adanya jaringan berlebih pada gusi. Jaringan ini bisa membatasi garis gusi dan dua gigi depan.
Pertumbuhan jaringan ini busa membuat adanya celah di antara gigi dan tidak membahayakan.
3. Kebiasaan menghisap jempol
Di samping faktor genetik, faktor kebiasaan tertentu juga menjadi pemicu diastema. Salah satunya. akibat sering mengisap jempol,
Anak-anak yang sering mengisap jempol akan membuat celah antara gigi terbentuk. Hal ini disebabkan karena gerakan menghisap memberi tekanan pada gigi depan, sehingga gigi tertarik menarik ke depan.
4. Refleks menelan yang salah
Pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa, diastema juga dapat terjadi karena kebiasaan lainnya. Kondisi ini dapat bermula dari seringnya melakukan refleks menelan yang salah.
Ketika biasanya lidah berada di atap mulut saat menelan, namun lidah bisa saja mendorong gigi ke depan karena refleks dan kebiasaan. Seperti penyebab lain, refleks jenis ini tidak membahayakan.
5. Penyakit gusi
Gangguan pada gusi berupa penyakit bisa menjadi salah satu penyebab lainnya. Diastema dapat terjadi karena adanya infeksi yang terjadi dalam gusi.
Peradangan bisa merusak gusi dan jaringan yang menopang gigi. Hal ini dapat menyebabkan seseorang kehilangan gigi atau mengalami adanya celah di antara gigi.
Beberapa gejala yang sebaiknya diperhatikan ialah gusi memerah dan bengkak, gigi tanggal, dan gusi berdarah.
Perawatan gigi renggang
Gigi renggang
Perlu atau tidaknya perawatan tentu disesuaikan juga dengan penyebab kondisi ini pada anak. Bila si kecil mengalami kondisi inti tanpa adanya gangguan atau penyakit pada gusi, biasanya tak diperlukan penanganan lebih intensif.
Namun biasanya untuk keperluan estetika beberapa orangtua mengonsultasikan anaknya untuk menggunakan kawat gigi. Mengenakan behl atau kawat gigi ini umum dilakukan untuk memperbaiki Diastema.
Ada juga perawatan lain berupa veneer yang menggunakan komposit gigi untuk menutupi celah. Prosedur ini juga bisa digunakan untuk memperbaiki kondisi gigi yang retak maupun terkelupas.
Di sisi lain, jika gusi mengalami gangguan atau masalah yang menyebabkan adanya celah, pembedahan bisa dilakukan. Pengangkatan jaringan akan dilakukan bila dirasa diperlukan.
Selain itu bila Diastema disebabkan oleh infeksi pada gusi, biasanya dokter akan melakukan penanganan dan perawatan untuk menyembuhkan infeksi terlebih dahulu. Penyakit gusi yang parah pun bisa saja memerlukan pembedahan untuk mengangkat karang gigi yang telah menumpuk jauh di dalam gusi.
Saat hendak melakukan perawatan di atas, pastikan Parents berkonsultasi dan ditangani langsung oleh dokter spesialis gigi ya. Salah penanganan kondisi ini bisa berakibat fatal sehingga perlu Kejati-hatian dan ditangani ahli.
Baca Juga :
Gigi Gigis pada Anak Akibat Menyusu Sambil Tidur, Ini Cara Mengobati dan Pencegahannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.