Wabah DBD kian merebak, bahkan hingga Februari 2019 jumlah kasus DBD tela mencapai 13.683 dengan jumlah meninggal dunia 133 jiwa. Kondisi ini tentu saja membuat khawatir, khususnya kalangan orangtua. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk memahami gejalnya. Termasuk membedakan gejala tipes dan DBD.
Pasalnya, mungkin tidak sedikit di antara Parents yang masih sulit membedekan gejala tipes dan DBD (Demam Berdarah Dengue) yang sangat mirip. Biasanya, gejala kedua penyakit ini akan dimulai dengan demam tinggi selama berhari-hari. Meskipun mirip, penting untuk dipahami bahwa pada dasarnya antara tipes dan DBD tentu saja memiliki gejala yang berbeda..
Hal ini pun ditegaskan oleh dr. Arifianto, SpA, dalam laman instagram pribadinya @dokterapin ia memaparkan bagaimana cara orangtua membedakan demam berdarah dan tipes.
Perbedaan gejala tipes dan DBD menurut Dokter Apin
Penting untuk dipahami lebih dahulu bahwa tipes merupakan demam tifoid, penyakit akut yang disertai dengan demam, yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi atau Salmonella paratyphi. Sementara, demam berdarah dengue (DBD) meruapakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk.
Meskipun gejala tipes dan demam serupa, ya itu demam tinggi, namun dr. Apin menjelaskan bahwa ada perbedaan signifikan yang perlu di pahami, kususnya oleh orangtua,
dr. Apin mengatakan bahwa demam tifoid atau tifus bisa dipastikan dengan beberapa hal. Pertama dari gejalanya, yaitu demam yang terjadi minimal 7 hari, sedangkan DBD bisa dicurigai sejak demam 2 hari.
“Ya, namanya saja demam tifoid, jadi yang sedang sakit pasti bergejala demam. Nah, demamnya seperti apa? Ada yang bilang seperti “step ladder”, jadi makin lama hari sakitnya, maka ambang suhunya makin tinggi. Tapi ternyata tidak harus seperti ini. Yang menjadi kata kunci demam tifoid adalah demamnya minimal 7 hari! Beda kan dengan DBD yang sudah bisa dicurigai sejak demam 2 hari bahkan,” tulis dokter Apin.
Perbedaan penyebab gejala tipes dan DBD
Selanjutnya dr. Apin juga menjelaskan penyebab gejala tipes dan DBD jelas berbeda, penyakit tifoid (tifus) disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bila terinfeksi bakteri, pengobatannya membutuhkan antibiotik. Sedangkan DBD disebabkan oleh virus Dengue, sehingga tidak ‘mempan’ diatasi dengan pemberian antibiotik.
“Bakteri Salmonella (penyebab tipfus) ini masuk ke tubuh lewat makanan/minuman yang terkontaminasi Salmonella. Dan umumnya makanan pinggir jalan yang higienenya buruk yang berisiko menyebabkan tipes.
Tapi mungkinkah anak berumur 2 tahun atau lebih muda yang belum pernah jajan makanan seperti ini terkena demam tifoid? Inilah sebabnya tifoid umumnya menginfeksi anak besar usia SD ke atas. Evaluasi ulang bila seorang anak balita sampai didiagnosis tifoid,” terang dokter sekaligus penulis buku ini.
Bagaimana dengan Demam Berdarah Dengue?
Nah perlu diketahui, Parents, kalau ada dua jenis demam yang disebabkan oleh virus Dangue, yaitu Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD).
“DD/DBD ditandai dengan demam 2 sampai 7 hari yang umumnya tidak disertai batuk pilek sama sekali (pilek hampir tidak pernah, batuk masih mungkin meskipun jarang). Jadi fokus infeksinya tidak jelas. Demam tifoid ditandai dengan demam yang lebih lama dari 7 hari.”
Meskipun lama demamnya berbeda antara gejala tipes dan dbd, dokter Apin menjelaskan kalau Tifoid juga mirip dengan infeksi virus Dengue, yaitu jarang sekali disertai batuk atau pilek. Gejala lainnya yang cukup dominan adalah gejala saluran cerna seperti sakit perut, mual, muntah, dan diare atau sebaliknya, sembelit.
Bagaimana membedakan DD dan DBD?
“Keduanya sama-sama terjadi penurunan nilai trombosit (trombositopenia) sampai dibawah 100.000 per mikroliter. Apa yang membedakan? Yaitu DD tidak terjadi peningkatan nilai hematokrit (hemokonsentrasi). Jadi pada kecurigaan DD/DBD, jangan hanya trombositnya yang diperhatikan, lihat juga hematokritnya dan leukositnya (leukosit sering sekali turun juga).
Mendeteksi gejala tipes atau DBD
Bagaimana mendeteksi demam tifoid (Tipes)? Benarkah mendiagnosis demam tifoid alias tipes dengan pemeriksaan darah atau tes Widal?
Dokter kelahiran Malang, 11 Mei 1980 ini mengatakan ada dua cara yang bisa dilakukan, yang pertama bila dicurigai demam tifoid pemeriksaan kultur darah atau tinja atau urin bisa dilakukan untuk mendapatkan kuman Salmonella typhi. Cara kedua dengan mendeteksi “jejak” keberadaan kuman, yaitu dengan mengetahui adanya antibodi yang dihasilkan antigen (kuman).
“Inilah prinsip pemeriksaan seperti Widal, Tubex, TORCH dan IgG-IgM Anti Dengue. Jadi ada risiko yang terdeteksi sebenarnya adalah jejak si kuman masa lampau, yang pernah masuk ke tubuh berbulan-bulan lalu. Bukan yang menyebabkan sakit saat ini.
Bisa saja Widal-nya positif, tapi sebenarnya tidak sakit tipes, karena Widal ini menandakan berbulan-bulan ia pernah kemasukan kuman tifoid, dan saat itu ia tidak pernah sampai sakit. Sedangkan saat ini sakitnya bukan dari tifoid melainkan dari gejala-gejala yang ada,” jelas dokter Apin.
Intinya, kembalikan pada diagnosis berdasarkan tanda dan gejala yang dialami. Bila demam baru berlangsung selama 3-5 hari, kemungkinan kecil bahkan ia menekankan untuk tidak berpikir si kecil terkena tipes.
“Demam tifoid ya kalau demamnya sudah lebih dari 7 hari. Bahkan kalau demam sudah 3 hari tapi jelas ada batuk pilek, ya, tidak usah juga berpikir DBD dan cek darah, karena diagnosisnya adalah selesma. Setiap pemeriksaan laboratorium pastilah memiliki keterbatasan. Maka sealu kembalikan kepada diagnosis. Dokter tidak mengobati hasil laboratorium, tetapi dokter mengobati pasiennya,” ungkap dokter Apin.
Bagaimana, Parents sudah memahami bedanya gejala tipes dan DBD kan? Setidaknya, dengan mendapatkan informasi yang tepat, Parents tidak perlu panik dan bisa mengetahui langkah apa yang diperlukan oleh si kecil.
Referensi: Instagram dokter Arifianto
Baca juga:
Waspada Penularan DBD pada Anak Saat Mudik, Cek Gejala hingga Cara Mencegahnya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.