Aktris Sarwendah yang pernah mengidap beberapa penyakit, menyebut jika kekurangan protein menjadi salah satu penyebabnya. Demi menghindari gangguan kesehatan, Parents perlu tahu gejala kekurangan protein.
Protein merupakan salah satu nutrisi yang amat dibutuhkan tubuh, hal ini dikarenakan protein punya peran penting dalam mengatur metabolisme, pembentukan sel-sel darah merah, pendukung pertumbuhan bagi anak-anak serta sistem imun.
Apa gejala yang timbul jika kurang asupan protein? Yuk, simak berikut ini.
11 Gejala Kekurangan Protein Pada Tubuh
Melansir Kompas.com, ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai. Kurangnya jumlah protein bisa memengaruhi ragam fungsi di tubuh. Berikut diantaranya:
-
Suasana Hati Berubah
Kondisi suasana hati yang berubah memang wajar dan bisa dialami oleh siapapun. Akan tetapi, kondisi tersebut justru merupakan salah satu tanda kurang protein tubuh.
Alasannya karena otak manusia yang perlu bahan kimia bernama neurotransmiter dalam penyampaian informasi antar-sel. Neurotransmiter yang bersumber dari asam amino merupakan bahan untuk menyusun protein.
Ketika Parents tak memenuhi protein, maka tubuh jelas tidak bisa memproduksi neurotransmiter yang cukup. Parents akan merasa cukup agresif atau tertekan karena tingkat serotonin dan dopamin rendah.
-
Merasa Lelah
Pada penelitian diungkap jika tidak memenuhi protein yang cukup selama seminggu bisa memengaruhi otot yang bertanggung jawab atas gerakan dan postur tubuh, terlebih bagi Parents yang telah berusia lanjut.
Akibat kurangnya protein tersebut Parents mulai kehilangan massa otot yang berakibat mempersulit keseimbangan, berkurangnya kekuatan, dan metabolisme tubuh yang melambat.
Selain itu, anemia juga bisa muncul karena sel-sel tidak memeroleh oksigen yang cukup sehingga mudah merasakan lelah.
-
Proses Penyembuhan Luka Lambat
Kemudian bagi yang kekurangan jumlah protein tubuh kemungkinan mengalami masalah pada proses penyembuhan luka maupun cedera, proses tersebut bisa berjalan lebih lambat.
Hal itu disebabkan karena protein memiliki peran dalam pembentukan jaringan baru dan memperbaiki jaringan yang rusak dalam tubuh.
-
Edema
Edema yaitu kondisi terjadinya pembengkakan yang diakibatkan adanya penumpukan cairan dalam jaringan tubuh. Melansir Health Line, edema ini kemungkinan merupakan gejala kurang protein yang parah (kwashiorkor).
Edema ini bisa terjadi akibat jumlah albumin serum yang rendah. Albumin adalah protein melimpah yang ada pada plasma darah.
Fungsi utama albumin yakni mempertahankan tekanan onkotik, yaitu kekuatan menarik cairan menuju sirkulasi darah. Albumin juga berperan mencegah cairan yang menumpuk dalam jaringan.
Kurangnya protein tubuh juga menyebabkan penumpukan cairan dalam rongga perut. Perut yang buncit merupakan ciri khas dari kwashiorkor tersbeut.
Mengingat edema ini gejala yang parah, Parents jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika mengalaminya.
-
Penumpukan Lemak di Hati
Gejala umum lain yakni penumpukan lemak di hati atau perlemakan hati (fatty liver). Perlemakan hati bisa menimbulkan penyakit lain seperti peradangan, memicu gagal hati, juga jaringan patut hati.
Fatty liver ini kondisi umum yang nampak pada orang gemuk, serta yang kerap mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak.
Alasan dari kasus tersebut belum jelas, tapi merujuk penelitian disebutkan jika gangguan sintesis protein yang mengangkut lemak (lipoprotein) berkontribusi pada kondisi itu.
-
Masalah Rambut, Kulit, dan Kuku
Parents sering mengalami masalah pada rambut, kulit atau kuku? Waspada, bisa jadi ini salah satu gejala kurangnya protein juga. Hal ini disebabkan karena bagian tubuh tersebut terbentuk dari protein.
Misalnya, pada anak-anak terdapat kulit pecah-pecah atau terkelupas, bercak kulit rusak, dan kemerahan. Rambut rontok, kuku yang rapuh, rambut menipis juga jadi gejala kwashiorkor.
Kwashiorkor ini kondisi kurang protein yang parah. Jadi, apabila Parents mengalami serangkaian masalah pada bagian tubuh tersebut maka perlu waspada dan segera konsultasi dengan dokter.
Artikel terkait: Kelebihan Protein, 5 Kondisi Ini Bisa Parent Alami Pada Tubuh
-
Hilangnya Massa Otot
Otot merupakan sumber protein paling besar di tubuh. Saat kekurangan asupan protein dari makanan, tubuh umumnya mengambil protein dari otot rangka untuk pemeliharaan jaringan juga fungsi tubuh.
Kurangnya protein bisa sebabkan pemborosan otot serta pengecilan otot terlebih di usia lanjut. Merujuk sebuah studi bahwa kurangnya konsumsi protein mengakibatkan kehilangan otot lebih besar.
-
Risiko Fraktur Tulang Lebih Besar
Berikutnya, kurangnya jumlah protein punya risiko dalam pelemahan tulang dan peningkatan risiko patah tulang. Hal tersebut dibuktikan melalui sebuah studi pada wanita pascamenopause.
Asupan protein tinggi terlebih protein hewani mampu menurunkan setidaknya 69 persen risiko patah tulang pinggul, memperlambat pengeroposan tulang sebanyak 2,3 persen berkat konsumsi suplemen protein per hari selama setengah tahun.
-
Menghambat Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan tubuh tak lepas dari asupan protein yang mencukupi. Sehingga penting bagi anak-anak untuk mempunyai asupan protein yang cukup demi masa pertumbuhan mereka.
Stunting merupakan tanpa umum dari malnutrisi yang biasa diidap anak-anak. Pada beberapa studi juga menunjukkan adanya keterkaitan antara kurangnya protein dengan gangguan pertumbuhan.
-
Mudah Terinfeksi
Tubuh mudah terinfeksi bisa disebabkan karena kurangnya protein. Protein juga bertanggung jawab dalam meningkatkan sistem imun tubuh. Gejala tersebut masuk dalam kategori parah.
Kekurangan sedikit saja protein bahkan bisa merusak fungsi kekebalan tubuh.
-
Mendorong Nafsu Makan dan Asupan Kalori
Saat kebutuhan protein tidak terpenuhi, tubuh otomatis mengalihkan status protein melalui peningkatan nafsu makan, hal ini pasti mendorong Parents mencari sesuatu untuk dikonsumsi.
Apabila yang dikonsumsi mengandung banyak protein tentu baik, namun nyatanya kebanyakan orang lebih memilih mengonsumsi makanan berkalori tinggi dan gurih.
Beberapa makanan mungkin mengandung protein, tapi jumlahnya rendah dan lebih banyak kalorinya. Hal ini menjadi penyebab kenaikan berat badan bahkan obesitas.
Jika Parents merasa lapar, cobalah menambahkan protein tanpa lemak pada setiap hidangan.
Itulah 11 gejala kekurangan protein yang perlu Parents waspadai. Dengan mengetahui gejala sedini mungkin bisa membantu mencegah timbulnya serangkaian penyakit di kemudian hari.
Baca juga:
Jangan Abaikan! 4 Penyakit Ini Berisiko Dialami si Kecil Jika Kekurangan Protein
11 Cemilan Sumber Protein untuk Anak dan Keluarga
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.