Siapa yang tak kenal BTS? Boy group asal Korea Selatan ini mampu menyihir para penggemar fanatiknya hingga ke jenjang internasional. Apakah Parents juga termasuk penggemar dari grup BTS? Atau justru terheran-heran dengan fanatisme para penggemarnya?
Baru-baru ini beredar berita mengenai fanwar atau keributan di dunia maya yang melibatkan ARMY, penggemar BTS, dan juga para penggemar sepakbola. Hal ini terjadi karena sebuah polling yang dikeluarkan oleh UEFA EURO 2020 di media sosial Twitter.
Fanatisme, baik pada penggemar K-Pop maupun penggemar sepakbola sebenarnya sudah aja sejak dulu. Namun kini di era sosial media seperti sekarang, sangat mudah untuk mengenali fanatisme yang memang kerap menjadi sorotan.
Sebenarnya bagaimana penjelasan mengenai fanatisme dari sisi psikologis ini?
‘Butter’ BTS Terpilih Jadi Lagu No.1 Untuk UEFA EURO 2020
Sumber: Era
Setelah melalui persaingan yang ketat melawan lagu-lagu dari para penyanyi top global lainnya, lagu ‘Butter’ terpilih menjadi juara pada pemilihan lagu yang akan diputar untuk final EURO 2020 di Wembley Stadium.
BTS mengalahkan musisi kondang lainnya seperti Usher, Louis Tomlinson, hingga Billie Eilish. Lagu ‘Butter’ menduduki peringkat 1 yang dipilih oleh 46,6 persen responden dari total suara sekitar 4 juta.
Tentu kabar ini menjadi berita gembira bagi ARMY, sebutan untuk fans BTS yang tersebar di berbagai belahan dunia. Ya, BTS memang tak hanya terkenal di Korea saja, melainkan hampir di seluruh dunia.
Kemenangan BTS dalam pemilihan lagu tersebut tentu tak luput dari campur tangan para ARMY yang siap sedia memberikan suaranya untuk grup kesayangannya itu.
Sebenarnya ini bukan kala pertama BTS akan tampil di perhelatan bergengsi. Grup beranggotakan 7 orang itu pernah tampil di Wembley Stadium pada tahun 2019 lalu.
Pecah Fanwar Antara ARMY dan Fans EURO
Sumber: Pikiran Rakyat
Ketika ‘Butter’ diumumkan menjadi nomer satu, para penggemar sepakbola merasa keberatan akan hasil polling tersebut. Mereka mengganggap bahwa lagu ‘Butter’ tak cocok untuk final EURO 2020.
Selain itu juga banyak yang menilai para ARMY yang memberikan suara mereka untuk BTS juga tidak akan repot-repot menonton final pertandingan sepakbola tersebut.
Mengutip dari Allkpop, mereka kecewa meluapkan kekesalannya dengan memberikan komentar bernada negatif di sosial media grup yang debut dengan lagu ‘No More Dream’ itu. Menariknya, ada beberapa komentar dari warganet Indonesia yang ikut disorot.
Pada 6 Juli 2021 lalu, sebuah pengumuman dari akun Twitter resmi UEFA EURO 2020 menimbulkan kontroversi. Setelah BTS berhasil menduduki peringkat satu dan didapuk menjadi lagu pengiring final EURO 2020 nanti, keputusan tersebut dianulir.
UEFA EURO 2020 mengumumkan bahwa mereka memutuskan untuk memutar 4 lagu untuk acara final tersebut, jadi bukan hanya lagu ‘Butter’ dari BTS saja. UEFA menyatakan bahwa selain ‘Butter’, mereka akan memutar lagu ‘Adore You’ dari Harry Styles, ‘Blinding Lights’ dari The Weekend, dan ‘Kill My Mind’ dari Louis Tomilson.
Keputusan resmi tersebut menuai berbagai respon dari warganet. Ada yang mengkritik dan juga mendukung keputusan ini.
Para ARMY dan warganet Korea Selatan mengaku merasa kecewa karena merasa dipermainkan oleh pemilihan lagu tersebut. Banyak yang menuding UEFO EURO sengaja membuat polling dengan mengikutsertakan BTS agar mendapat perhatian dari para penggemar Kpop.
Tak hanya itu, ARMY juga mengungkapkan jika seandainya bukan ‘Butter’ yang menang, belum tentu UEFO akan memutar 4 lagu tersebut.
Fanatisme pada Idola, Apakah Wajar Secara Psikologis?
Sumber: Freepik
Fanatisme atau pemujaan berlebihan menjadi dasar dari fanwar yang terjadi antara fans grup BTS dan fans sepakbola. Hal ini sebenarnya dapat dijelaskan secara ilmiah.
Pada umumnya, fanatisme terjadi pada mereka yang termasuk dalam rentang usia remaja hingga dewasa muda. Pada kelompok umur tersebut, prefrontal cortex (PFC) yang merupakan salah satu bagian otak manusia sedang dalam tahap perkembangan.
Fungsi dari PFC ini adalah membantu seseorang untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Sehingga bisa saja mereka melakukan sesuatu yang buruk dalam fanatismenya, misalnya memuja secara berlebihan, marah kepada mereka yang menghina idolanya, hingga rela menghamburkan uang banyak untuk memenuhi hobinya.
Menurut Bona Sardo Hasoloan Hutahean, S.Psi., M.Psim, staf pengajar Psikologis Klinis UI, pada rentang usia tersebut juga seseorang umumnya masih belum menemukan jati diri yang sesungguhnya.
“Jadi fangirl itu pilihan, dan fangirling itu hobi. Tentunya enggak akan sayang berkorban waktu dan uang karena ada kepuasan tersendiri ketika melakukannya,” ungkap Bona seperti dikutip dari Kumparan.
Sumber: Freepik
Hal serupa pun dikatakan oleh dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Esti Wungu. Menurut Esti, dunia psikologi tak memandang fanatisme sebagai penyimpangan, melainkan hal yang wajar.
Ia menjelaskan bahwa fanatisme terhadap idola dapat memberi pengaruh tersendiri bagi pola pikir dan tingkah laku seseorang.
Fanatisme dapat menjadi negatif jika seseorang tak lagi memiliki critical thinking. Dilansir dari Ketik Unpad, Esti mengatakan bahwa bisa saja mencintai ‘idola’ dengan positif, misalnya melihat kerja keras dan perjalanan hidup idola tersebut untuk dijadikan contoh dan motivasi.
Nah Parents, jika memiliki anak remaja yang cenderung menunjukkan perilaku fanatisme ini kepada idolanya, mungkin bisa dimaklumi karena hal tersebut merupakan hal yang wajar. Fanatisme adalah salah satu tahap yang perlu mereka lewati sebelum nantinya beranjak dewasa.
Meskipun begitu, kita tetap wajib menanamkan nilai-nilai yang baik pada diri anak, sehingga fanatisme tersebut tidak sampai berdampak negatif untuk diri sendiri dan lingkungannya. Setuju?
Baca Juga:
Mengapa Remaja Suka Memberontak?
5 Ragam Kenakalan Remaja yang Wajib Parents Waspadai dan Tips Mengatasinya
8 Kesalahan Mengasuh Remaja yang Harus Parents Hindari, Catat!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.