Kabar mengejutkan datang dari Makassar pagi ini, Minggu (28/3). Sebuah bom meledak di depan Gereja Katedral yang berlokasi di Jalan Kadaolalido, Makassar, Sulawesi Selatan. Polisi menyatakan bom tersebut adalah bom bunuh diri. Sementara, ada 1 korban tewas dan belasan lain luka-luka. Simak fakta bom di Makassar selengkapnya berikut ini.
Fakta Bom di Makassar yang Menelan Korban Jiwa
Pagi tadi, kabar mengejutkan datang dari Sulawesi Selatan. Sebuah bom dikabarkan meledak di depan Gereja Katedral yang ada di Jalan Kadaolalido, Makassar, Sulawesi Selatan. Peristiwa tersebut bahkan terekam oleh kamera CCTV dan potongan videonya tersebar luas di media sosial. Berikut beberapa fakta dan detik-detik ledakan bom di Makassar yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber:
1. Kronologi Peristiwa
Pastor dari Gereja Katedral Makassar, Wilhelmus Tulak memberikan kesaksian bahwa ledakan tersebut terjadi sekitar pukul 10.30 WITA. Bom meledak persis ketika ibadah misa kedua selesai dan para jemaat telah membubarkan diri.
“Umat yang ikut ibadah kedua sudah pada pulang. Kebetulan gereja punya beberapa pintu masuk dan pintu keluar. Jadi tidak konsentrasi di satu pintu,” kata pastor seperti dikutip dari Kompas.
2. Pelaku Sempat Dihadang Petugas
Pelaku tiba di lokasi ketika jemaat sedang hilir mudik keluar masuk gereja. Ada dua orang mencurigakan yang mengendarai sepeda motor. Namun, petugas keamanan gereja segera menahan mereka agar tidak masuk karena gerak-geriknya mencurigakan.
Saat itulah, tak berapa lama kemudian, pelaku meledakkan bom bunuh diri. Pastor Wilhelmus pun menegaskan bahwa ledakan terjadi di depan gereja karena petugas keamanan berhasil menahan.
“Tapi sudah diamati petugas keamanan kami dan dia menahan di pintu itu gerbang dan di situlah terjadi ledakan,” katanya.
Artikel terkait: Selamat jalan malaikat kecil… 2 Bocah jadi korban teror bom Surabaya
3. Menelan Korban Jiwa
Armin Hari, seorang saksi mata peristiwa mengatakan bahwa ketika kejadian, ia mendengar suara dentuman yang sangat keras. Saat kejadian, ia berada di sebuah klinik tak jauh dari lokasi guna melakukan rapid test antigen. Menurutnya, bom bunuh diri ini menelan korban jiwa. Armin pun sempat melihat potongan tubuh tercecer usai ledakan tersebut.
“Tadi terlihat ada beberapa potongan anggota tubuh yang terlempar,” katanya.
4. Satu Korban Tewas dan 14 Lainnya Terluka
Untuk sementara, Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Merdisyam mengatakan ada satu korban yang tewas akibat ledakan tersebut. Ia diduga adalah pelaku bom bunuh diri, mengingat kondisi tubuhnya menyatu dengan sepeda motor yang dikendarai pelaku.
“Kalau dilihat dari TKP yang ada, jasad yang ada dan kendaraan menyatu. Diduga belum turun karena sempat ditahan petugas keamanan,” kata Merdisyam.
Selain satu orang tewas di lokasi kejadian, 14 orang lainnya mengalami luka-luka. Sebanyak 3 orang dirawat di RS Stella Marris dengan luka di bagian leher, dada, muka, tangan, dan kaki. Tujuh korban yang dilarikan ke RS Akademis Makassar karena terkena serpihan ledakan. Sisanya 4 orang dilarikan ke RS Pelamonia, juga karena terkena serpihan.
“Ini juga mengenai pada paha, betis, juga ada mata kaki yang kena serpihan-serpihan kemudian ada juga bagian muka. Jadi ada 14, ya, korban, artinya yang sekarang masih dalam perawatan saat ini sedang ditangani oleh dokter,” kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono seperti dikutip dari laman Detik.
Artikel terkait: Saksi: “Anak-anak pelaku bom bunuh diri itu menangis, mereka tidak mau mati”
5. Ledakan Termasuk Jenis High Explosive
Ledakan bom bunuh diri yang terjadi di depan Gereja Katedral termasuk berdaya ledak tinggi atau high explosive. Bom tersebut menyebabkan pintu gerbang dan beberapa kendaraan di sekitarnya rusak.
“Namun, gereja tidak rusak, hanya pintu gerbang dan beberapa kendaraan,” kata Merdisyam.
6. Polisi Masih Selidiki Identitas Pelaku
Saat ini polisi masih berusaha menyelidiki identitas pelaku. Caranya dengan mencocokkan potongan tubuh dengan DNA kedua terduga pelaku.
“Ya ini sedang kita cek, karena kita temukan banyak potongan, nanti kita cek, apakah itu potongan dari dua-duanya atau nanti ya. Belum bisa [diketahui identitasnya] karena terpotong semua,” kata Argo.
Alasan Ilmiah di Balik Fenomena Bom Bunuh Diri
Bukan kali ini saja bom bunuh diri terjadi di Indonesia. Sebagai contoh, pada tahun 2019, seorang pelaku bom bunuh diri nekat meledakkan dirinya di Polrestabes Medan, Sumatera Utara. Tubuhnya hancur berkeping-keping dan 6 orang lainnya juga jadi korban.
Sejumlah peneliti dan akademisi pun mencoba mengungkap alasan ilmiah di balik fenomena ini. Harvey Whitehouse, peneliti dari Universitas Oxford mengatakan, penyatuan jati diri (identity fusion) mendorong seseorang untuk rela mati demi kelompok atau nilai-nilai yang ia yakini.
Selain itu, ada juga yang dinamakan true believerism atau keyakinan sejati yang cara kerjanya mirip dengan pencucian otak. Mereka dicekoki dengan berbagai ide hingga pola pikirnya terganggu dan bersedia melakukan apa saja yang diminta oleh suatu kelompok.
Seorang psikiater Muslim di Palestina, Dr. Eyad Sarraj mengatakan pelaku bom bunuh diri biasanya memiliki karakter penakut, introvert (tertutup), sulit berkomunikasi, dan justru sama sekali tidak pernah melakukan kekerasan. Mereka terdorong melakukan aksi bunuh diri karena ingin menunjukkan keberanian dalam diri.
Artikel terkait: Suami tewas jadi korban teror bom, begini curahan hati sang istri
Sementara itu, pemberitaan mengenai kasus bom bunuh diri ini tengah hangat diperbincangan di media sosial. Seperti yang telah dijelaskan, identitas dan motif pelaku melakukan hal ini belum diketahui. Oleh karena itu, masyarakat dipinta agar tidak berspekulasi apa pun terlebih dulu untuk mencegah timbulnya misinformasi terkait kejadian ini.
Parents, itulah fakta terkait bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral Makassar. Mari kita doakan agar korban yang mengalami luka-luka dapat segera pulih, serta keluarga korban yang ditinggalkan senantiasa diberi ketabahan. Semoga kejadian yang sama tidak terulang kembali, ya.
***
Baca juga:
"Papa Mama jangan sedih, aku kuat…" Kisah perjuangan korban bom Samarinda,
Didoktrin Orang Tua, Anak Usia 7 dan 9 Tahun ini Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri