Seorang guru SD di Mojokerto, Jawa Timur, mengaku dirampok sepulang dari bank kepada polisi. Padahal, sebenarnya tidak. Hal itu ternyata dilakukannya hanya untuk mengelabui kedua orantuanya yang meminta uang mereka yang selama ini dititipkan kepada sang guru. Begini kronologis drama perampokan guru SD di Mojokerto tersebut.
Drama Perampokan Guru SD, Berawal dari Keinginan Mengelabui Orangtua Sendiri
Kronologis Drama Perampokan Guru SD
Kepolisian Resort (Polres) Mojokerto mendapat laporan dari seorang ibu yang mengatakan dirinya dirampok sepulang dari bank. Uang yang raib juga terhitung sangat banyak, ada Rp150 juta. Ibu tersebut bernama Sri Wahyuliati Ningsih (42) asal Desa Jiken, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo, yang berprofesi sebagai guru SD di salah satu sekolah dasar di Mojokerto.
Tapi ternyata, cerita perampokan itu hanya karangan belaka. Apa pasal yang menyebabkan guru SD tersebut melakukan hal itu?
“Yang bersangkutan (Sri) mengarang cerita telah dirampok karena ditanya orangtuanya masalah uang Rp150 juta yang pernah diberikan kepada dirinya, apakah masih tersimpan. Dia malu dengan orangtuanya, karena uang tersebut telah dia habiskan untuk kepentingan pribadinya,” kata Kasat Reskrim Polres Mojokerto AKP Tiksnarto Andaru Rahutomo kepada wartawan, Selasa (22/2/2022), melansir DetikJatim.
Artikel terkait: Anak terbunuh saat melindungi ibunya dari perampok, sang ibu berbagi kisah pilu
Sri datang sendiri ke Polres Mojokerto. Dia mengaku baru saja mencairkan deposito sebesar Rp150 juta di Bank Jatim yang ada di Desa Tanjangrono, Ngoro, Mojokerto. Saat urusannya di bank sudah selesai, ia berniat pulang. Namun katanya, saat melalui jalan Raya Desa Tanjangrono, Kecamatan Ngoro, tepatnya di Jembatan Tanjangrono, ia menjadi sasaran perampokan.
Menurut Sri, jumlah pelaku yang merampoknya ada empat orang. Ia dihadang para pelaku menggunakan sepeda motor Honda Vario berwarna hitam dan Yamaha RX King berwarna sama.
Artikel terkait: Ibu Hamil Korban Perampokan Supir Uber Keguguran Akibat Trauma
Suka Ubah Cerita, Polisi Merasa Janggal
Mendapat laporan seperti itu, tentunya dengan cepat pihak kepolisian mendatangi dan melakukan penyelidikan. Salah satunya adalah dengan mendatangi Bank Jatim dan tempat kejadian perkara (TKP). Namun, polisi malah berhadapan dengan beberapa kejanggalan.
“Kejanggalan pertama, hasil pengecekan kami di bank tidak ada penarikan deposito yang dilakukan SWN (Sri) sebesar Rp150 juta. Rekening SWN hanya tersisa kurang lebih Rp3 juta saja,” terang Andaru.
Dihadapkan pada fakta tersebut, polisi kemudian mengonfirmasi pernyataan pihak bank kepada Sri. Namun Sri berdalih, dan malah mengarang cerita baru.
“Kejanggalan kedua, keterangan dia (Sri) berubah. Dia mengaku kehilangan tas berisi uang Rp500 ribu lebih, kartu ATM, dan SIM saat pulang dari sekolah tempatnya mengajar,” jelas Andaru lagi.
Dan yang lebih parahnya lagi, di tengah pemeriksaan Sri mencoba mengelabui polisi dengan cara berpura-pura sakit. Wanita asal Desa Jiken, Tulangan, Sidoarjo, itu kemudian segera dilarikan ke RS Dharma Husada, Ngoro.
Artikel terkait: Wanita 63 tahun jadi korban perampokan di Malaysia
Sang Guru SD Akhirnya Mengaku dan Minta Maaf
Setelah sekian lama berkelit dengan memberi laporan palsu, Sri akhirnya mengakui kebohongannya. Kepada polisi kemudian ia menceritakan masalah yang membelitnya.
Bahwa sekitar 3 tahun lalu ayahnya yang pensiunan petugas keamanan (satpam) menitipkan uang sebesar Rp150 juta untuk didepositokan ke bank. Namun diam-diam, sedikit demi sedikit uang tersebut digunakan untuk kepentingan pribadinya hingga hanya tersisa Rp3 juta saja.
Sri melakukan ini sendirian saja. Dengan kata lain, suaminya sendiri pun tidak mengetahui perihal uang tersebut. Beberapa waktu yang lalu orangtuanya meminta uangnya, dan Sri kebingungan untuk mengembalikannya. Hingga kemudian guru SD berstatus PNS itu mengarang cerita dirinya sudah dirampok.
Polisi tidak menindaklanjuti kasus ini dan menyerahkan kepada Sri untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan dengan orangtuanya. Ia juga dikabarkan sudah mendapat maaf dari ayahnya.
“Kasus ini kami anggap sebagai sebuah pembelajaran berharga bagi yang bersangkutan. Terlebih lagi uang itu milik orangtuanya sendiri, dan orang tuanya sudah memaafkan perbuatannya,” ujar Andaru.
Wah, ada-ada saja kisah drama perampokan ibu SD ini, ya, Bunda. Semoga Ibu Sri ditambahkan rezekinya dan perlahan-lahan bisa mengembalikan uang orangtuanya.
Baca juga:
Tinggalkan Kehidupan di Kota, Pasangan Ini Pilih Mengajar di Papua
Kisah guru honorer di Banten yang tinggal di WC sekolah karena rumahnya rubuh
Kisah Guru Honorer Alih Profesi, Gaji Rp250 Ribu Jadi Ratusan Juta Per Bulan