Dongeng Ciung Wanara adalah salah satu cerita rakyat Sunda yang terkenal di seluruh Nusantara. Legenda ini menjadi salah satu cikal bakal terpisahnya Kerajaan Galuh menjadi Pajajaran dan Majapahit dengan perbatasan Sungai Cipamali yang nantinya menjadi Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Jejak peninggalan Kerajaan ini masih ada di antara hutan lindung seluas 25,5 hektar dan dilestarikan sebagai cagar budaya di Situs Karangkamulyan di Wahana Wisata Ciung Wanara di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.
Walau ada banyak versi dongeng Ciung Wanara, namun jalan ceritanya hampir sama. Penasaran cerita lengkapnya? Berikut legenda Ciung Wanara yang benar!
Artikel Terkait : Ke Ciamis Yuk!! 7 Objek Wisata Di Ciamis Murah Meriah Buat Keluarga
Dongeng Ciung Wanara Dimulai Dari Perginya Sang Raja untuk Bertapa
Dahulu kala berdiri Kerajaan Galuh yang merupakan sebuah kerajaan besar di Pulau Jawa, karena wilayahnya dimulai dari Hujung Kulon di ujung Barat Jawa, hingga ke Hujung Galuh (“Ujung Galuh”) yang merupakan muara dari Sungai Brantas di dekat Surabaya.
Kerajaan Galuh diperintah oleh Raja Prabu Permana Di Kusumah yang bijak. Dia memiliki dua orang ratu, yaitu Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum.
Suatu ketika, sang raja memutuskan untuk bertapa sementara waktu dan memanggil menteri Aria Kebonan untuk sementara menggantikan posisinya. Dengan syarat dia tidak boleh menggauli istri-istri raja selama menjadi raja sementara.
Sang menteri bersorak girang dan menyetujui syarat tersebut. Raja mengubah Aria Kebonan menjadi sosoknya dan kemudian raja pergi meditasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
Aria Kebonan akhirnya mengubah namanya menjadi Prabu Barma Wijaya. Yang tahu kalau Aria Kebonan bukan raja asli adalah Uwa Batara Lengser, namun karena tidak punya bukti kuat dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Kedua Ratu Hamil!
Ilustrasi.
Tidak berapa lama sepeninggalan sang raja yang bertapa, kedua ratu hamil. Prabu Barma Wijaya sontak kaget dan memanggil seorang pertapa bernama Ajar Sukaresi yang memastikan kalau kedua ratu memang hamil. Berarti ini adalah anak sang Raja Prabu Permana Di Kusumah, karena Prabu Barma tidak pernah menyentuh istri raja.
Si pertapa berkata kalau anak kedua ratu adalah laki-laki yang salah satunya akan melengserkan Prabu Barma Wijaya. Prabu Barma tidak terima dan menghunuskan keris ke Ajar Sukaresi, dan tubuh si pertapa dibuang ke hutan yang kemudian berubah menjadi seekor naga bernama Nagawiru.
Tiba Waktu Persalinan Kedua Ratu
Ilustrasi.
Yang pertama melahirkan adalah Dewi Pangrenyep dan dia memberi nama putranya Hariang Banga. Lalu Prabu Barma Wijaya mengunjungi Dewi Naganingrum dan tiba-tiba keajaiban terjadi. Janin dalam kandungan Dewi Naganingrum yang belum lahir bisa berbicara dan mengatakan kalau Barma Wijaya melupakan banyak janjinya dengan melakukan kekejaman.
Prabu Barma Wijaya kaget dan meminta Dewi Naganingrum segera pergi dari istana. Tapi karena sudah dekat waktu melahirkan, pengusiran itu pun diurungkan.
Tiba waktu persalinan, Dewi Naganingrum ditutup matanya oleh Dewi Pangrenyep dengan lilin agar tidak melihat banyak darah. Namun dia menukar bayi Dewi Naganingrum dengan seekor anjing, sedangkan sang bayi dimasukkan ke dalam keranjang dan dibuang ke Sungai Citanduy.
Dewi Naganingrum pun kaget ketika melihat anaknya yang berubah menjadi anjing, dia sangat sedih belum melihat bayinya sama sekali.
Prabu Barma Wijaya pun mengusir Dewi Naganingrum dan memerintahkan Ki Lengser untuk membunuhnya.
Uwa Batara Lengser pun tidak tega melakukan hal itu, di hutan dia membuatkan sebuah gubuk agar sang ratu Dewi Naganingrum bisa beristirahat. Dia meminta ratu agar jangan bersedih dan bersembunyi dulu di dalam hutan agar tidak dibunuh Prabu Barma Wijaya. Dia pulang dengan membawa pakaian ratu yang dilumuri dengan darah binatang sebagai bukti sudah membunuh.
Ciung Wanara Ditemukan Sepasang Suami Istri yang Belum Punya Anak
Di tepian Sungai Citanduy Desa Geger Sunten, bayi yang dibuang itu ditemukan oleh pasangan suami istri lanjut usia yang sedang menangkap ikan.
Keduanya sangat bahagia dan membawanya pulang ke rumah. Saat mulai besar, anak itu bertanya tentang monyet dan burung yang dilihatnya di hutan. Akhirnya si anak dinamakan Ciung Wanara yang berarti Ciung artinya burung dan Wanara artinya monyet.
Dongeng Ciung Wanara yang berkisah tentang Pemuda Gagah dan Tampan
Ciung Wanara tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan. Bahkan menjadi idola di desanya, namun karena merasa berbeda dengan wajah suami istri yang mengasuhnya sejak bayi, dia bertanya dengan sopan asal usulnya.
Suami istri tersebut akhirnya menceritakan kalau dia adalah bayi yang ditemukan di tepian sungai Citanduy dan bukan berasal dari desa tersebut. Kemungkinan arus sungai yang membawanya ke desa Geger berasal dari daerah Galuh.
Ciung Wanara ingin mencari keberadaan orang tuanya dan hendak berangkat ke pusat kerajaan Galuh. Sebelum berangkat, suami istri tersebut memberinya sebuah telur dan memintanya menemukan unggas agar bisa menetaskannya. Namun dalam perjalan dia tidak berjumpa dengan unggas malah bertemu dengan Nagawiru yang tidak lain adalah jelmaan Ajar Sukaresi sang pertama.
Nagawiru pun mengerami dan menetaskannya sehingga ayam tersebut tumbuh dengan cepat nan kuat.
Lomba Sabung Ayam Berhadiah Kekuasaan
Saat di kota, ternyata masyarakatnya suka dengan kegiatan sabung ayam. Melihat ayamnya sehat dan kuat, Ciung Wanara mengikutkan perlombaan sabung ayam berkali-kali. Dan hebatnya, ayam Ciung Wanara selalu menang. Di kota dia bertemu dengan tukang pandai besi yang akhirnya mengangkatnya menjadi anak.
Prabu Barma Wijaya memang terkenal suka sabung ayam dan memiliki ayam jagoan bernama Si Jeling. Tidak heran kalau masyarakatnya juga senang dengan kegiatan sabung ayam. Biasanya ayam sang raja tidak pernah kalah, namun karena mendengar kalau ada pemuda yang ayamnya selalu menang dia pun penasaran dan ingin sabung ayam dengannya. Pemuda itu tidak lain adalah Ciung Wanara.
Uwa Batara Lengser mencari Ciung Wanara karena Prabu Barma Wijaya memintanya untuk menyampaikan kalau raja ingin adu sabung ayam dengan ayam Ciung Wanara.
Saat itu Uwa Batara Lengser langsung tahu kalau dia adalah bayi Dewi Naganingrum yang sudah menjadi pemuda dewasa tampan dan berwibawa. Uwa Batara Lengser pun menceritakan asal usul pemuda tersebut, Ciung Wanara sangat sedih dan ingin membalas perbuatan Prabu Barma Wijaya.
Dia pun menyanggupi tantangan sabung ayam Prabu Barma Wijaya dan meminta hadiah apabila ayamnya menang maka separuh kerajaan harus diberikan padanya. Prabu Barma Wijaya menyanggupi permintaan tersebut. Dan tibalah waktu perlombaan, ternyata si Jeling kalah sama ayam Ciung Wanara. Prabu Barma Wijaya pun menepati janjinya untuk memberikan setengah kerajaan padanya.
Kisah Balas Dendam dalam Dongeng Ciung Wanara
Ciung Wanara ingin menghukum Prabu Barma Jaya dan Dewi Pangrenyep. Karena itu dia mengundang keduanya ke kerajaan barunya dan melihat sel penjara yang baru dibangunnya. Ketika mereka berada di dalam penjara, Ciung Wanara langsung menguncinya dari luar.
Dan dia akhirnya membongkar semua kejahatan Prabu Barma Jaya dan Dewi Pangrenyep kepada masyarakat.
Hariang Banga, putera Dewi Pangrenyep, sangat terkejut dengan penangkapan ibunya. Akhirnya dia dan tentara pengikut setianya menyerang Ciung Wanara.
Pertempuran sengit pun tidak terelakkan lagi. Apalagi mereka berdua adalah pangeran yang kuat dan memiliki keahlian berperang yang tinggi. Pertempuran ini berlangsung sangat lama karena keduanya sama-sama kuat.
Sang Raja Kembali Dari Pertapaan
Ketika sedang bertempur di daerah sungai, Ciung Wanara mendorong tubuh Hariang Banga ke seberang sungai. Namun tiba-tiba muncul Raja Prabu Permana Di Kusumah didampingi oleh Ratu Dewi Naganingrum dan Uwa Batara lengser. Sang raja berteriak memarahi kedua anaknya itu karena pertempuran adalah hal yang pamali apalagi berperang dengan saudara sendiri.
Agar adil, sang raja yang kembali dari bertapa tersebut membagi kedua wilayah kerajaan Galuh. Ciung Wanara akan memimpin kerajaan Galuh dan Hariang Banga mendirikan kerajaan baru di timur sungai Brebes yang sekarang menjadi Sungai Pamali.
Pamali dalam bahasa Sunda artinya adalah tabu atau dilarang. Dan karena itulah muncul Sungai Cipamali atau Sungai Pamali sebagai perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Hariang Banga yang pindah ke timur menjadi Jaka Susuruh dan mendirikan kerajaan Jawa yang merupakan cikal bakal Majapahit yang terkenal. Sedangkan Ciung Wanara menjadi raja Sunda di Kerajaan Galuh.
Sekarang sudah tahu ya Parents cerita lengkap tentang dongeng Ciung Wanara sejarah Sunda yang melegenda. Ternyata memang harus mengajarkan pada anak untuk selalu berbuat baik dan jangan lemah karena kekuasaan. Jangan lupa untuk menceritakan legenda ini pada anak ya Parents, agar anak tahu dongeng Ciung Wanara!
Baca Juga :
Salah Satu Cerita Rakyat Jawa Barat Terkenal, Inilah Dongeng Terbentuknya Situ Bagendit
Ajarkan Pentingnya Kecerdasan kepada Anak dari Dongeng "Kambing, Beruang, dan Harimau"
Dongeng Sebelum Tidur, Kumpulan Cerita Sarat Nilai Moral Untuk Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.