Jessica Coakley Martinez menuliskan sebuah surat terbuka kepada tim keamanan Bandara Heathrow di London terkait pengalamannya yang dipaksa membuang ASI perah sebanyak 1500ml. Kisahnya yang bak cerita horor bagi para ibu ini dengan cepat menjadi viral di Facebook.
Jessika memulai posting Facebook-nya dengan pernyataan: “Saya biasanya tidak akan posting sesuatu yang bersifat pribadi, tapi saya tidak ingat kapan terakhir kali semarah ini.”
Surat terbukanya kemudian menggambarkan dengan sempurna akan tantangan yang dihadapi semua ibu pekerja, saat ia menulis:
“Menjadi seorang ibu yang bekerja adalah hal yang paling sulit yang pernah saya lakukan. Mencoba untuk mengelola logistik dan antar-jemput anak, sekaligus panggilan konferensi dan pertemuan.
Juga menyisakan waktu dan energi untuk memastikan keluarga dan pekerjaan sama-sama mendapatkan perawatan dan perhatian yang seimbang, tapi sebagian besar usaha ini sangat melelahkan dan menimbulkan stres.
Ketika Anda cukup beruntung seperti saya yang memiliki pekerjaan yang melibatkan banyak perjalanan, ini merupakan kesempatan yang menarik, tetapi tentunya dengan tantangan yang lebih ekstrim saat Anda memiliki anak-anak, untuk berada jauh dari mereka, mengelola kebutuhan rumah dari jauh, dan dalam kasus saya, mencari tahu bagaimana memberi ASI pada bayi 8 bulan saat saya diminta untuk pergi selama 15 hari dan perjalanan ke delapan kota yang berbeda.”
Jessica menceritakan bagaimana selama berbulan-bulan sebelum perjalanan ia mengumpulkan ASI perah, baik siang maupun malam. Dengan harapan ia bisa memberi anaknya cukup ASI saat ia pergi.
“Untuk membantu meringankan rasa bersalah, saya juga memutuskan untuk memompa ASI perah setiap saat selama perjalanan, di antara rapat, presentasi, makan siang dan makan malam untuk keperluan bisnis, di taksi, di pesawat, dan bandara,” tulisnya, dan ia pun melanjutkan:
“Ini berarti memompa sambil duduk di toilet umum, toilet pesawat yang sempit, di ruang konferensi, bahkan lemari karena ruang kantor tertentu tidak memiliki ruang menyusui.
Ini berarti harus membicarakan masalah pribadi saya (jadwal menyusui saya) dengan rekan kerja profesional saya dan atasan saya untuk dapat menyelinap pergi ke lemari atau toilet umum.
Segala ketidaknyamanan ini harus saya lalui jika saya ingin menyediakan anak saya ASI. Juga saya harus meyakinkan masing-masing hotel untuk menyimpan tas ASI perah besar di freezer restoran mereka untuk menjaga ASI tetap baik.
Ini berarti membawa blok-blok besar dari ASI beku melalui empat negara, bandara dan pos pemeriksaan keamanan dan meyakinkan mereka mengizinkan setiap ml ASI meski harus membiarkan mereka menggunakan kata-kata yang sedikit tidak pantas untuk menyampaikan ‘payudara’ dan ‘susu’ sehingga mereka akan membiarkan saya lewat.“
Kecuali staf keamanan di Heathrow. Mereka membuat Jessica membuang 1500 ml ASI perah beku, yang dipompa selama 2 minggu, ke tempat sampah!
Tentu saja Jessica sangat marah, meskipun dia mengakui menyadari kebijakan pesawat untuk tidak membiarkan ASI dibawa ke dalam pesawat, jika ibu tidak membawa bayi. Tapi kebijakan ini sangat tidak adil bagi ibu bekerja.
“Meskipun saya telah mengemis, memohon dan bahkan menangis mengiba dan putus asa untuk mencari solusi, yang kamu (staff keamanan bandara Heathrow) tolak bahkan dengan ejekan. Anda memperlakukan saya seolah-olah saya mencoba menyelundupkan berliter-liter hidrogen peroksida ke pesawat,” tulisnya.
Jessica mengakhiri surat terbukanya dengan mengatakan, “Keamanan bandara memang sangat penting, sangat penting bahkan dalam dunia yang penuh ancaman seperti ini, dan saya sangat menghargai kerja yang dilakukan oleh ribuan pekerja keamanan penerbangan di bandara di seluruh dunia.”
Dia menambahkan, “Tapi ini adalah untuk kesehatan anak saya, dan makanan anak saya. Ini adalah perkara uang yang saya butuhkan sekarang untuk membeli susu formula yang sebenarnya tidak diperlukan.
Ini adalah makanan senilai gizi dua minggu untuk anak saya. Dan itu adalah jam yang tak terhitung jumlahnya dari waktu saya, energi saya, bahkan martabat saya dalam beberapa hal, semua didorong oleh keinginan saya untuk mendapatkan apa yang anak saya butuhkan, dan Anda membuangnya ke tempat sampah seperti botol sampo perjalanan dan dianggap bahaya.
Padahal saya sudah memberikan asumsi logis dan ilmiah bahwa yang padat (ASI perah beku) bukanlah cairan. Dan keengganan mutlak Anda untuk menggunakan penilaian profesional dan pelayanan pelanggan untuk membuat pengecualian yang wajar dalam menghadapi situasi seperti ini, benar-benar memalukan.”
Surat terbuka Jessica tentunya menyentuh para ibu, baik menyusui ataupun tidak. Karena ia secara logis, fasih, emosional, jelas dan indah menggambarkan jutaan perasaan tentang menjadi seorang ibu yang bekerja.
Memang apa yang terjadi padanya adalah hanya tentang ASI, tetapi ini juga menggambarkan tentang masyarakat yang tidak mendukung ibu bekerja dengan baik. Dan Jessica telah menjadi perpanjang lidah bagi pengorbanan para ibu bekerja.
Baca juga:
10 Tips Dan Panduan Membawa ASI di Pesawat
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.