Didikan orang tua akan selalu melekat hingga anak dewasa. Karenanya, sangat penting bagi kita untuk menanamkan nilai dan prinsip yang baik padanya. Agar selalu menghargai sesama dan menghormati orang lain dalam segala aspek.
Sayangnya, banyak orangtua tidak menyadari cara dia mendidik anak malah menyumbang faktor pemicu anak menjadi pelaku pelecehan seksual di masa depan. Agak sulit dipercaya, namun metode pengasuhan yang selama ini ada, membuat anak kurang menghormati lawan jenisnya.
Didikan orang tua berperan dalam menyuburkan kebiasaan pelecehan seksual
Tentu saja, tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya menjadi pelaku pelecehan seksual. Namun, didikan orang tua terhadap anak lelaki memiliki peranan penting agar dia tidak terjadi pelecehan seksual di masa depan.
Perilaku seseorang bersumber dari hasil didikan orang tua. Sebab itu, jika orang tersebut melakukan pelecehan seksual, kita harus melihat bagaimana lingkungan tempat ia dibesarkan, dan nilai apa yang diajarkan kepadanya.
Selain menjaga anak perempuan agar tidak menjadi korban, kita juga harus mendidik anak laki-laki agar tidak menjadi pelaku.
Artikel terkait: Bagaimana menjauhkan si buah hati dari pelecehan seksual?
Didikan orang tua sangat penting untuk mencegah anak menjadi pelaku pelecehan seksual.
Kesalahan parenting yang membuat anak jadi pelaku pelecehan seksual
1. Wajib membalas perasaan suka orang lain
Hal ini tidak hanya tentang perasaan suka secara romantis dari teman sebaya. Namun dari orang dewasa yang ingin memeluk dan mencium mereka, karena anak kita begitu lucu. Seringkali orangtua mengajarkan anak agar selalu ramah dan menerima ciuman atau pelukan dari saudara.
Padahal hal ini tidak sepenuhnya benar. Memaksa anak memeluk dan mencium orang lain, walaupun masih terhitung saudara, artinya kita merampas hak anak untuk memilih siapa yang boleh menyentuh tubuhnya.
Memang, menolak perhatian dari orang lain terkesan kasar dan tidak sopan. Namun hal ini lebih baik daripada anak terbiasa menerima sentuhan yang tidak dia inginkan.
Ajarkan anak bahwa dia memiliki hak penuh atas tubuhnya sendiri, dan dia juga tidak boleh menyentuh tubuh orang lain tanpa izin orang yang bersangkutan.
Artikel terkait: Ini alasan jangan paksa anak memeluk/mencium teman atau saudara Anda
2. Menyalahkan korban pelecehan seksual di depan anak
Seringkali kita mendengar, ucapan-ucapan yang menyalahkan korban pelecehan seksual. Seperti cara dia berpakaian, terlalu bebas berteman dengan lawan jenis, atau karena dia berprofesi sebagai biduan yang bergoyang di atas panggung. Namun, perlu diingat, tidak ada seorangpun yang pantas mendapat pelecehan seksual.
Hindari mengucapkan hal-hal seperti itu di depan anak, karena kalimat bernada menghakimi seperti itu akan melekat di ingatan anak. Pemerkosaan bukanlah sebuah hukuman akibat perilaku yang dilakukan korban, melainkan kekerasan yang dilakukan dengan kejam.
Jangan sampai, anak kita berpikir bahwa seseorang layak diperkosa karena menolak perhatian dari pelaku. Atau, karena dia berbuat sesuatu yang membuat tersinggung, sehingga pantas diberi hukuman dengan dilecehkan secara seksual.
Hindari juga perkataan yang mengafirmasi perbuatan nakal anak laki-laki. Saat anak bandel atau melakukan kekerasan, seringkali orang dewasa mengatakan, “Namanya juga anak laki-laki.” Hal ini akan membuat mereka merasa kekerasan yang dilakukan adalah hal yang benar.
Berilah hukuman sepantasnya dan sewajarnya atas perilaku anak. Dan ajari mereka, setiap tindak tanduk yang mereka lakukan akan ada konsekuensinya.
Jangan biarkan anak lelaki melenggang bebas dengan kenakalannya.
3. Perempuan harus berpakaian menurut selera laki-laki
Masyarakat seringkali mendikte cara berpakaian perempuan, agar tidak dilecehkan oleh laki-laki. Namun, seharusnya perempuan bebas memakai baju yang dia inginkan. Sebagaimana laki-laki juga memiliki kebebasan dalam berpakaian.
Perempuan yang menjadi korban pelecehan tidak patut untuk disalahkan atas cara berpakaiannya. Pakaian apapun yang dikenakan, jika pelaku memang memiliki niat, meski tubuh perempuan tertutup, tetap saja dia menjadi korban.
Saatnya kita mengajarkan anak-anak untuk menghormati pilihan orang lain. Termasuk dalam gaya berpakaian. Memang benar kita hidup berlandaskan agama dan norma kesopanan. Namun bukan lantas kita bebas menghakimi orang lain, yang memiliki prinsip dan gaya hidup yang berbeda dari kita.
4. Berbuat nakal sebagai ungkapan rasa suka
Menanamkan pemikiran pada anak bahwa menjahili anak perempuan sebagai bentuk perasaan suka adalah hal yang salah. Sebab perempuan seharusnya dibuat tertawa, bukan dibuat menangis. Bullying sering tidak ditindaklanjuti sebab perbuatan tersebut dianggap sebagai perlambang rasa suka pelaku terhadap korban.
Ajarkan anak Anda bahwa kekerasan seperti menjahili, berbuat nakal atau bahkan mem-bully adalah cara salah untuk menyatakan perasaan suka. Kekerasaan akan mendatangkan kebencian. Dan jika anak sudah terbiasa dengan kekerasan, dia bisa menggunakan kekerasan untuk memaksa orang lain menyukainya.
Tentu kita tidak mau anak jadi terbiasa melakukan kekerasan bukan?
5. Apapun bisa dicapai dengan paksaan
Memaksa dan berusaha lebih untuk mendapatkan sesuatu yang tidak sepatutnya adalah perilaku tidak sehat. Jangan mengajarkan anak untuk memaksa orang lain agar mau berteman dengannya. Atau malah campur tangan dan memaksa anak tersebut agar mau berteman dengan anak kita.
Setiap orang punya pilihan untuk berteman dengan siapa saja yang membuat mereka nyaman. Ajarkan anak laki-laki kita, saat perempuan mengatakan tidak, berarti dia memang tidak mau. Dan tidak boleh dipaksa.
Ajarkan anak menghargai orang lain
Caranya dengan menekankan pentingnya meminta izin saat hendak memeluk atau mencium. Hal sama pun berlaku pada orang dewasa jika ingin memeluk atau mencium anak-anak. Hargai keinginan orang lain yang tidak ingin bersentuhan dengan orang asing, walau sekedar bersalaman.
Didikan orang tua adalah awal dari perilaku dan prinsip hidup yang diyakini anak. Kita bertanggung jawab menanamkan perilaku yang baik pada anak sejak dini. Jangan ajarkan dia untuk menjadi pelaku kekerasan atau pelecehan dengan membiarkan perbuatan nakalnya berlalu tanpa hukuman.
Laki -laki dan perempuan adalah setara. Harus saling menghargai dan menghormati. Tidak ada yang lebih tinggi dari lainnya. Cegah kekerasan seksual sejak dini, dengan mengajarkan pada anak untuk menghargai tubuhnya dan tubuh orang lain.
Semoga bermanfaat.
Disadur dari tulisan Ayu Idris di theAsianparent Malaysia
Baca juga:
7 Tips Melindungi Anak dari Pelecehan Seksual Menurut Dokter Anak yang Juga Seorang Ibu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.