Parents, pernahkah Anda melihat pertunjukan debus? Para pemainnya mampu mengunyah pecahan kaca, menyayat diri dengan parang, atau bahkan terjun ke bola-bola api tetapi tiada sedikit pun bagian tubuh mereka yang terluka.
Lalu, apa rahasia sehingga mereka bisa sangat sakti? Nah, di bawah ini kami akan mengulas seluk-beluk debus, seni bela diri dari Banten yang konon erat kaitannya dengan hal-hal berbau mistis. Benarkah demikian?
5 Fakta Menarik Debus, Seni Bela Diri dari Banten
Mengiris tubuh dengan senjata tajam, menyiram diri dengan air keras, mengunyah pecahan kaca, hingga bermain dengan api adalah hal-hal ajaib yang akan Parents saksikan dalam sebuah pertunjukan debus. Seni bela diri ini berasal dari Provinsi Banten dan telah mengakar selama ratusan tahun.
Banyak yang mengatakan kesenian ini erat kaitannya dengan hal-hal berbau mistis, padahal faktanya debus sempat digunakan sebagai media penyebaran agama Islam di Banten. Fakta-fakta menarik di bawah ini akan menjawab rasa penasaran Anda mengenai sejarah perkembangan debus di Banten.
1. Debus Berasal dari Bahasa Arab
Tidak diragukan lagi, debus adalah kesenian asli dari Indonesia, tetapi asal kata diambil dari bahasa Arab. Mengutip Merdeka.com, dalam jurnal “Budaya Islam di Banten: Menelisik Tradisi Debus dan Maulid” yang ditulis oleh Hasani Ahmad Said, kata debus berasal dari bahasa Arab. Artinya yaitu arti senjata tajam yang terbuat dari besi dan memiliki ujung runcing dan sedikit bundar.
Kesenian ini sudah berkembang sejak abad ke-16 yakni ketika agama Islam mulai masuk ke wilayah nusantara. Tercatat, debus sudah digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570).
Artikel terkait: 7 Fakta Uang Panai dalam Pernikahan Bugis Makassar, Tradisi atau Gengsi?
2. Akulturasi dengan Agama Islam
Seni bela diri ini berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Banten. Saat itu, suku-suku di nusantara masih menganut animisme yang diajarkan dalam agama Hindu-Buddha. Para penyebar agama Islam seperti Wali Sanga lantas menggunakan medium debus sebagai sarana untuk memperlihatkan kekuatan Islam.
Nurrudin Ar-Raniry, salah seorang tokoh muslim dari Tarikat al-Rifa’iyah adalah yang pertama mengenalkan agama Islam melalui atraksi debus. Ia menunjukkan kekuatan dengan melukai diri sembari membaca doa-doa dari kitab suci Alquran sebagai upaya memohon keselamatan.
Artikel terkait: Mengenal Tradisi Bakar Batu dari Papua, Wujud Rasa Syukur dan Toleransi
3. Dekat dengan Sufisme
Penyebaran Islam di Indonesia tak bisa lepas dari sufisme. Sufisme adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, serta membangun lahir dan batin untuk memperoleh kebahagian yang abadi. Aliran ilmu ini dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam di mana debus termasuk di dalamnya.
Penyebaran agama Islam di nusantara menjadi sangat pesat karena adanya akulturasi antara kepercayaan nenek moyang, yakni animisme dalam agama Hindu-Buddha yang dipadukan dengan ajaran Islam. Maka tak heran selama pertunjukan debus, lantunan doa-doa dan zikir menjadi musik pengiring.
Artikel terkait: 5 Tradisi Perayaan Satu Suro untuk Masyarakat Pulau Jawa
4. Debus Diiringi Nyanyian Doa
Parents yang pernah menyaksikan kesenian ini akan menyadari lantunan doa yang terdengar sepanjang pertunjukan. Mengutip Good News from Indonesia, pertunjukan ini diiringi oleh pembacaan kalam ilahi dari seorang mursyid atau guru tasawuf.
Doa-doa tersebut diperdengarkan dan dilantunkan dengan sangat merdu untuk mengiringi atraksi. Tujuannya adalah untuk memohon keselamatan kepada Allah SWT agar para pemain tidak terluka.
5. Ritual Sebelum Atraksi
Layaknya atraksi menegangkan lainnya, debus juga tak boleh dimainkan oleh sembarang orang. Pemain haruslah orang yang sudah terlatih dan menjalani ritual sebelum atraksi. Ritual yang dimaksud di sini juga bukan suatu hal yang musyrik tetapi justru menghindari hal-hal yang dilarang dalam agama Islam.
Mereka yang hendak tampil dalam pertunjukan harus menyucikan diri. Biasanya, satu minggu sebelum pertunjukan para pemain tidak diperbolehkan minum minuman beralkohol, dilarang berjudi, tidak boleh mencuri, dan tidak boleh bersenggama dengan istri maupun perempuan lain.
Parents, itulah sederet fakta menarik tentang pertunjukan debus, seni bela diri dari Banten yang konon berbau mistis. Rupanya, kesenian ini justru digunakan sebagai media penyebaran Islam, ya.
Semoga informasi seputar debus ini dapat menambah khasanah pengetahuan kita tentang budaya sendiri. Yuk, bantu lestarikan tradisi lokal dengan mencari tahu lebih banyak soal warisan budaya di theAsianparent Indonesia!
Baca juga:
Mengenal Sekura, Tradisi Idul Fitri Asal Lampung yang Pererat Persaudaraan
Mengenal Tradisi Masyarakat Bali Jelang Dewasa dengan Potong Gigi