Ternyata Trauma Masa Kecil Bisa Pengaruhi Kehidupan Pernikahan, Lo!

Sering mengalami konflik dengan pasangan? Bisa jadi dampak trauma masa kecil penyebabnya. Simak penjelasan dan solusinya di sini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bagi sebagian orang, masa kecil menjadi momen yang menyenangkan untuk terus diingat. Namun tidak sedikit pula yang menganggap momen itu menyakitkan atau bahkan menimbulkan trauma tersendiri. Nah, tahukah Parents? Dampak trauma masa kecil ini bisa berpengaruh hingga dewasa, bahkan sampai pada kehidupan pernikahan, lo.

Ada berbagai perlakuan kepada kita saat masih anak-anak yang tanpa sadar terus membekas hingga beranjak dewasa. Cara orang tua merawat, mendidik hingga memberikan kasih sayang berpengaruh pada gaya pendekatan seseorang secara emosional kepada orang lain. 

Gaya Pengasuhan Berpengaruh pada Kondisi Emosional Saat Dewasa

Gaya pendekatan tersebut dikenal dengan istilah attachment style atau gaya kelekatan. Sekali gaya ini terbentuk, maka pola inilah yang akan terus dihadapi dalam berbagai hubungan. Pendekatan ini juga berpengaruh pada cara seseorang memperlakukan pasangannya hingga cara mendidik anaknya kelak. 

Biasanya, anak yang tumbuh pada lingkungan yang menyenangkan, sehat dan stabil, cenderung akan memiliki gaya kelekatan yang aman atau biasa disebut dengan secure attachment style. Attachment style ini dianggap menjadi kelekatan yang paling ideal.

Mengutip situs mindbodygreen, seseorang yang memiliki secure attachment style dapat mempercayai orang lain sekaligus dapat dipercaya. Mereka juga bisa dengan mudah mencintai ataupun dicintai. Individu ini tidak mengalami kesulitan untuk membangun kedekatan dengan orang lain.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Meski demikian, seseorang yang memiliki secure attachment style tidak selalu mulus dalam menjalani hubungannya. Namun, permasalahan yang muncul bukanlah akibat dari attachment style yang tidak sehat.

Sebaliknya, bagi anak yang tumbuh dengan lingkungan yang tidak sehat dapat berpengaruh pada attachment style yang tidak sehat pula. Kecenderungan untuk terus bergantung pada orang lain (clingy) ataupun menjauhi orang yang menyayanginya bisa jadi akibat dari attachment style tersebut.

Artikel terkait: Waspada! Cemburu Berlebihan bisa Berbahaya bagi Pernikahan Anda

Berikut Dampak Trauma Masa Kecil yang Dapat Berpengaruh Buruk dalam Hubungan Pernikahan

1. Penolakan dan Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi Sejak Kecil

Kondisi ini terjadi ketika seseorang tidak mendapatkan kebutuhan yang seharusnya diberikan oleh orang tua sejak kecil. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan dasar maupun kebutuhan emosional. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Perilaku ini dapat menyebabkan seseorang tumbuh menjadi seseorang dengan attachment style insecure-avoidant (tidak aman dan menghindar) atau dismissive-avoidant (mengabaikan dan menghindar).

Perilaku tersebut cenderung membuat seseorang menghindari hubungan yang terlalu dekat. Selain itu, mereka juga akan menjaga jarak emosional dengan pasangannya. 

Bukan hanya itu, biasanya individu tersebut akan sering menyembunyikan perasaan, menjauhi orang lain, menyimpan banyak rahasia atau menghindar ketika orang lain menunjukkan emosinya.

Lingkungan yang tidak menerima keberadaan dirinya dengan baik sejak kecil, membuat orang dengan attachment style ini seringikali tidak tertarik dengan hubungan yang terlalu intim. Mereka juga cenderung selalu merasa sendirian. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Pengabaian dan Kekerasan Terus Menerus

Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang abai akan kehadirannya atau bahkan mengalami kekerasan dari sekitar, dapat menjadikannya tumbuh menjadi individu yang takut dan menghindar (fearful-avoidant) atau tidak tertata dan bingung (disorganized-disoriented).

Saat kecil, seorang anak idealnya tumbuh dengan cinta dan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya. Baik dari orang tua ataupun sanak saudaranya yang lain. 

Namun ketika orang di sekitarnya justru menjadi pihak yang menyakitinya, maka bisa saja individu tersebut tumbuh menjadi pribadi yang trauma terhadap kedekatan sekaligus selalu merasa takut saat sendirian.

Attachment style ini dapat membuat seseorang kesulitan dalam mempercayai orang lain, menutup diri secara emosional dan sangat takut dengan penolakan. Bukan hanya itu, mereka juga tidak nyaman dalam menunjukkan rasa sayangnya terhadap orang lain.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Tanggung Jawab dari Orang Tua yang Timbul Tenggelam

Tentunya menjadi suatu kewajiban bagi orang tua untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Namun jika tanggung jawab tersebut tidak konsisten diberikan, hal ini memungkinkan seorang anak untuk memiliki attachment style insecure-ambivalent atau anxious-preoccupied.

Orang dewasa yang memiliki attachment style tersebut sering disebut clingy atau terlalu bergantung dengan orang lain. Jika Parents memiliki attachment style ini, kemungkinan sering menginginkan kedekatan yang terus menerus dan sangat hati-hati terhadap perubahan yang terjadi dalam suatu hubungan. Kehati-hatian ini bahkan bisa mencapai level yang berlebihan atau paranoia.

Perasaan bahwa diri lebih loyal terhadap pasangan dibandingkan sebaliknya bisa menjadi ciri dari attachment style ini. Hal ini juga memberikan dampak pada rasa percaya diri yang rendah juga mood swing.

Ketiga bentuk attachment style di atas merupakan pengaruh yang tidak sehat dan bisa terus terbawa hingga dewasa. Dampak masa kecil yang traumatis tersebut bisa membuat seseorang sulit untuk mengenali emosi pasangannya sekaligus kesulitan dalam meresponnya. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jika terus dibiarkan tanpa ada upaya untuk memahami dan mencari solusi, attachment style yang tidak sehat tersebut dapat menimbulkan konflik yang berkepanjangan.

Artikel terkait: 12 Hal yang harus Diperhatikan Saat Meminta Maaf pada Pasanga

Bagaimana mencegah dampak traumatis masa kecil yang memengaruhi kehidupan pernikahan?

1. Ketahui Bagaimana Attachment Style Anda

Parents, mengetahui attachment style ini menjadi hal yang krusial bagi sepasang suami istri. Pemahaman akan hal ini akan mengurangi asumsi-asumsi yang belum tentu benar adanya.

Bayangkan saja jika pasangan Anda sedang dalam suasana hati yang tidak baik. Kemudian Anda melihatnya dan langsung berasumsi bahwa ada yang salah dengan diri Anda.

Lebih jauh lagi, Anda berprasangka bahwa pasangan Anda tidak lagi mencintai Anda. Ini bisa menjadi percikan konflik yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

Dengan mengetahui attachment style Anda, maka Anda dapat memahami bahwa ini hanyalah bentuk reaksi terhadap situasi tersebut dan bukanlah situasi yang sebenarnya. 

Memahami attachment style yang dimiliki juga dapat membuat kita lebih bijak dalam menyikapi permasalahan yang terjadi. Pemahaman ini membuat Anda memiliki sedikit ruang bagi otak untuk mengolah dan memilah respon yang sesuai juga tidak bertindak impulsif.

2. Bicarakan soal attachment style dengan pasangan

Setelah memahami apa attachment style Anda, selanjutnya Anda dapat mengkomunikasikannya dengan pasangan. Informasi yang diberikan ini dapat memberikan gambaran bagi pasangan mengenai sikap Anda.

Selain itu, dengan mengkomunikasikan hal ini, pasangan Anda mungkin saja dapat membantu Anda dalam menghadapi dampak trauma masa kecil tersebut. Alih-alih bertengkar karena masalah sepele, Anda justru bisa saling berempati dengan apa yang dihadapi oleh pasangan.

Jika Anda terbiasa menjauhi pasangan ketika terjadi suatu masalah dalam rumah tangga akibat dampak trauma masa kecil, maka pasangan Anda dapat lebih memakluminya. Membicarakan hal ini bisa menghindari masalah yang lebih besar yang bisa saja Anda sesali.

3. Temukan pasangan yang memiliki attachment style yang sesuai dengan Anda

Tentu saja pasangan yang ideal adalah ketika keduanya memiliki attachment style yang aman (secure). Sayangnya, hal ini tidak selalu terjadi pada semua hubungan.

Individu yang memiliki permasalahan pada attachment style yang tidak sehat akan mengalami kesulitan dalam memilih pasangan. Meski demikian, hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil.

Untuk menjalani hubungan yang saling melengkapi, Anda dapat mencari pasangan yang memiliki attachment style yang berbeda. Selain itu, seseorang dengan secure attachment style juga dapat menjadi pasangan yang ideal, karena kepekaannya terhadap dampak trauma dan bersedia untuk bekerja sama dalam menghadapinya.

4. Pahami bahwa dampak trauma masa kecil tidak selalu permanen

Meskipun banyak studi yang menunjukkan bahwa luka emosional di masa kecil dapat mengubah otak seseorang, namun neuroplastisitas memungkinkan Anda untuk bisa mengembalikannya. 

Menyadari attachment style Anda, terus melatihnya sabar serta melakukan terapi bisa membuat Anda menghadapi trauma. Dengan demikian Anda dapat menjadi individu yang mampu mengembangkan dan menjaga hubungan percintaan dewasa.

***

Itulah dampak traumatis masa kecil yang bisa menyebabkan permasalahan bahkan sampai pernikahan sekaligus solusi untuk mengatasinya. Semoga pernikahan Parents langgeng selalu, ya.

 

Baca juga

id.theasianparent.com/kasus-covid-19-pada-anak-meningkat-drastis

id.theasianparent.com/jenis-bahasa-cinta

id.theasianparent.com/menikah-tanpa-pacaran