Setiap anak bukan hanya membutuhkan ibu dalam masa tumbuh kembangnya, tetapi juga seorang ayah. Sayangnya banyak anak yang harus menghabiskan hidupnya tanpa Ayah. Entah karena ayah meninggal saat anak masih sangat kecil atau karena perceraian orang tua dan sang ayah kemudian tidak terlibat dalam pengasuhan. Apa pun penyebabnya, ada sejumlah dampak psikologis anak yang dibesarkan tanpa figur ayah.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa seorang anak yang dekat dengan ayah memiliki kondisi mental yang baik. Begitu pun dengan nilai akdemis yang terbukti lebih baik dibandingkan anak yang tidak dekat dengan ayah. Meski selama ini ibu dianggap memegang peranan dalam pembentukan karakter anak, nyatanya kehadiran sosok ayah tidak kalah penting.
Tanpa adanya sosok ayah membuat anak memiliki kondisi mental yang berbeda dengan anak-anak yang tinggal dalam keluarga harmonis dan orang tua yang lengkap. Sayangnya perubahan psikologis anak tanpa ayah ini sering kali tidak segera disadari oleh orang dewasa di sekitarnya, termasuk sang ibu. Padahal kondisi mental yang buruk dapat memengaruhi kelangsungan hidup anak hingga dewasa.
Dampak Psikologis Anak yang Dibesarkan Tanpa Figur Ayah
Berdasarkan data Dukcapil Kementrian Dalam Negeri, ada 3,97 juta perceraian di Indonesia. Ditambah lagi dengan 28.000 anak yang kehilangan Ayah akibat pandemi COVID-19. Dalam kasus perceraian, kebanyakan hak asuh didapatkan oleh sosok ibu dan beberapa kasus membuat terbatasnya kontak antara ayah dan anak.
Melansir dari Psychology Today, berikut ini beberapa dampak psikologis anak yang dibesarkan tanpa figur ayah.
1. Kesulitan Mengelola Emosi dan Konsep Diri yang Berkurang
Anak-anak secara konsisten melaporkan perasaan ditinggalkan ketika ayah mereka tidak terlibat dalam kehidupan mereka. Mereka juga sering kali berjuang dengan emosi mereka dan rasa benci pada diri sendiri.
Hal ini biasanya terjadi pada kasus perceraian di mana sang ayah pergi begitu saja dan tidak turut terlibat dalam pengasuhan. Anak merasa mendapat penolakan dari orang yang paling dekat dengannya sehingga ia pun kemudian membenci dirinya sendiri.
2. Masalah Perilaku Termasuk Dampak Psikologis Anak yang Dibesarkan Tanpa Figur Ayah
Anak-anak tanpa ayah memiliki lebih banyak kesulitan dengan penyesuaian sosial, kesulitan untuk berteman, dan masalah perilaku yang nyata. Mereka juga sering kali menjadi sombong dan mengintimidasi anak-anak lain dalam upaya untuk menyamarkan ketakutan, kebencian, kecemasan, dan ketidakbahagiaan yang mereka rasakan.
Artikel terkait: 10 Teknik untuk Membentuk Perilaku Anak yang Baik Sejak Dini
3. Prestasi Akademik yang Buruk
Anak yang hidup tanpa ayah lebih banyak mengalami putus sekolah menengah. Selain itu, anak-anak yatim memiliki lebih banyak masalah akademis, seperti nilai buruk pada tes membaca, matematika, dan keterampilan berpikir.
Banyak anak tanpa ayah juga yang membolos dari sekolah, dikeluarkan dari sekolah, dan lebih mungkin untuk putus sekolah pada usia 16 tahun. Juga lebih kecil kemungkinannya untuk mencapai kualifikasi akademik dan profesional di masa dewasa.
4. Kenakalan dan Kejahatan di Masa Muda
85 persen pemuda di penjara tidak memiliki ayah, anak-anak yatim lebih mungkin untuk masuk penjara di masa dewasa muda. Mereka umumnya melakukan kenakalan dan kejahatan untuk mencari perhatian. Di samping itu juga karena mereka tidak memahami aturan dan kontrol sosial karena tidak ada yang menuntun mereka untuk memahaminya.
Artikel terkait: 10 Alasan Dibalik Perilaku Anak yang Terlihat Nakal
5. Pergaulan Bebas dan Kehamilan Remaja
Hidup tanpa ayah membuat anak-anak berisiko untuk mengalami masalah kesehatan seksual. Ini termasuk kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual sebelum usia 16 tahun, tidak menggunakan kontrasepsi selama hubungan pertama, dan tertular infeksi menular seksual.
Banyak juga anak perempuan yang menunjukkan betapa mereka membutuhkan sosok laki-laki dalam hidup mereka, Hal tersebut kemudian menjadi rentan terhadap eksploitasi oleh laki-laki dewasa di sekeliling mereka.
6. Penyalahgunaan Narkoba dan Alkohol
Ketiadaan sosok ayah, membuat anak lebih mungkin untuk merokok, minum alkohol, dan menyalahgunakan narkoba di masa kanak-kanak hingga dewasa. Mereka melakukannya karena keinginan besar untuk mencari tahu sesuatu yang baru tanpa adanya bimbingan mengenai mana hal yang baik dan mana yang buruk.
7. Menjadi Tunawisma
Sebanyak 90 persen anak-anak yang melarikan diri dari rumah adalah mereka yang tidak memiliki ayah. Mereka tidak merasakan adanya kehangatan di dalam rumah. Sehingga mendorong mereka untuk ke luar dari rumah.
Beberapa anak juga melarikan diri dari rumah karena tidak ingin diasuh oleh anggota keluarga lain. Belum lagi bila sang ibu lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk mencari nafkah.
8. Dampak Psikologis Anak yang Dibesarkan Tanpa Figur Ayah: Eksploitasi dan Pelecehan
Risiko untuk dilecehkan secara fisik, emosional, dan seksual juga lebih besar untuk dialami oleh anak tanpa ayah. Studi terbaru bahkan melaporkan bahwa anak-anak prasekolah yang tidak tinggal dengan kedua orang tua kandung mereka 40 kali lebih mungkin untuk mengalami pelecehan seksual.
9. Masalah Kesehatan Fisik
Tidak diasuh oleh ayah juga membuat anak-anak lebih rentan untuk mengalami gejala dan penyakit psikosomatis seperti nyeri akut dan kronis, asma, sakit kepala, dan sakit perut.
Seperti diketahui masalah mental sering kali menimbulkan masalah fisik yang disebut dengan psikosomatis. Ketidakmampuan untuk mengelola emosi dan mengatasi masalah mental, membuat penderitanya terdampak secara fisik.
10. Gangguan Kesehatan Mental pun Menjadi Dampak Psikologis Anak yang Dibesarkan Tanpa Figur Ayah
Kecemasan, depresi, dan bunuh diri adalah beberapa gangguan kesehatan mental yang sering dialami oleh anak-anak tanpa ayah. Bukan hanya tidak adanya sosok ayah secara fisik, mereka yang hidup tanpa ayah juga sering merasa kesepian, kurangnya kasih sayang termasuk dari ibu yang mungkin lebih sibuk bekerja untuk menafkahi.
Mereka juga sering kali merasa iri saat melihat teman sebayanya menghabiskan waktu bersama ayahnya. Di dalam suatu kelompok, masih banyak juga anak yang melakukan perundungan atau bully terhadap anak-anak yang tidak memiliki ayah. Hal itulah yang kemudian menyebabkan anak tanpa ayah rentan terhadap gangguan kesehatan mental.
Artikel terkait: Demi Kesehatan Mental Anak, Jangan Lakukan 7 Hal ini Pada Mereka
11. Kesulitan Memiliki Hubungan di Masa Depan
Adanya kecenderungan untuk memulai hubungan asmara lebih awal juga banyak dialami oleh anak yang tumbuh tanpa ayah. Mereka juga cenderung lebih mudah untuk bercerai dan memiliki anak di luar nikah.
Ketidakhadiran sosok ayah ini juga membuat mereka memiliki masalah kepercayaan terhadap hubungan relasi dengan orang lain. Sehingga mereka tidak percaya adanya hubungan relasi yang baik dan menganggap bahwa perceraian adalah hal yang wajar terjadi dalam pernikahan.
12. Peluang Hidup
Setelah dewasa, anak-anak yatim lebih berisiko untuk menjadi pengangguran, berpenghasilan rendah, hidup dengan menggunakan bantuan sosial, hingga kemudian hidup sebagai tunawisma. Hal tersebut terjadi lantaran mereka tidak memiliki figur yang bertanggung jawab terhadap diri mereka dan mengajarkan bagaimana cara untuk bertahan hidup dengan layak.
13. Agresif dan Cepat Marah pun Termasuk Dampak Psikologis Anak yang Dibesarkan Tanpa Figur Ayah
Studi psikologis menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa ayah cenderung menjadi agresif dan cepat marah. Bukan hanya kemarahan yang keras dan dilampiaskan, tetapi juga kemarahan yang disembunyikan. Hal ini tentu saja berbahaya juga dan layaknya bom waktu yang bisa meledak kapan pun. Saat diliputi kemarahan, anak cenderung akan berpikir dan bertindak yang tidak semestinya. Mereka juga akan menularkan sikap agresifnya kepada anak lain.
Nah, itulah beberapa dampak psikologis anak yang dibesarkan tanpa figur ayah. Apa pun penyebab kepergian ayah, sosok ibu atau keluarga terdekat perlu terus mendampingi anak yang hidup tanpa ayah. Sehingga meski tanpa figur ayah, anak tetap bisa mendapatkan kehidupan layak dan kesehatan mental yang tetap terjaga.
Baca juga:
Anak rentan alami gangguan kesehatan mental, orangtua jadi salah satu pemicunya
Hati-hati! Kebiasaan buruk orangtua bisa memengaruhi kesehatan mental dan fisik anak