Menjelang hari raya kurban, sebuah isu yang cukup meresahkan masyarakat beredar melalui grup-grup Whatsapp. Yakni soal daging sapi mengandung TBC, yang ditandai dengan bintik-bintik putih di dagingnya.
Bagi banyak orang, terutama ibu rumah tangga yang sering memasak daging tentunya isu ini membuat khawatir. Beberapa ibu bahkan menjadikan daging sapi sebagai campuran di menu MPASI, tentunya mereka menjadi was-was setelah mengetahui isu daging sapi yang mengandung TBC.
Penjelasan dokter mengenai daging sapi mengandung TBC
Menanggapi hal ini, seorang dokter hewan yang berdomisili di Yogyakarta memberi penjelasan.
Dalam sebuah status Facebook bertanggal 15 Agustus 2018, Drh. Supriyanto MVPH, seorang dokter hewan juga sekaligus anggota Dinas Pertanian Dan Pangan Kota Yogyakarta menjelaskan:
Dapat pertanyaan dari banyak kawan. Katanya, ini yang beredar di grup Whatsapp. Apakah ini tuberculosis yang sangat berbahaya?
Saya jawab:
Kalau yang di paru dan thorak itu gambar TB, meskipun menurut saya kurang menciri. Tuberkulosis menciri dengan adanya tuberkel, gumpalan nanah mengkeju pada paru-paru, dan pembengkakan limphnode.
Daging sapi bagian paru-paru dan toraks (iga) yang mengandung TB.
Apakah TB pada daging sapi berbahaya bagi manusia?
Memang ini bisa menular ke manusia, penularan TB dari hewan ke manusia sebagian besar terjadi melalui susu atau daging yang tidak dimasak sempurna. Dari beberapa literasi disebutkan bahwa bakteri ini mati oleh panas.
Sehingga bila dijumpai gejala ini pada sapi setelah disembelih: tulang, organ dalam, termasuk saluran reproduksinya harus dimusnahkan. Sementara dagingnya boleh dikonsumsi, dengan syarat harus di rebus, dipanasi atau dimasak dengan matang.
Sementara gambar yang di daging adalah cysticercosis, alias cacing pita. Yang menciri dengan bulatan bulatan putih, yang bisa ada di otot alias daging, hati, lidah, dan lain-lain.
Daging sapi dengan bulatan putih yang merupakan indikasi adanya cacing pita.
Bahayakah cacing pita di dalam daging sapi?
Sebenarnya parasit ini bisa mati dengan pemanasan suhu tinggi, dimasak saja mati. Atau dimasukkan freezer di suhu minus 20 derajat sampai dagingnya beku, parasitnya juga akan mati.
Tetapi, jika dimakan dalam kondisi parasitnya belum mati dan masih aktif, bisa menular ke manusia. Manusia terinfeksi cacing pita biasanya karena mengkonsumsi daging yang belum matang sempurna.
Lalu bagaimana solusinya?
Kalau menurut Standar operasional pemeriksaan post mortem pemotongan hewan, daging yang mengandung cysticercus dalam jumlah sedikit boleh dikonsumsi, dengan syarat dimasak dengan matang atau dibekukan dulu baru dimasak.
Tapi kalau infestasinya banyak, artinya menyebar rata ke seluruh tubuh hewan, dagingnya tidak boleh diedarkan, dan tidak boleh dikonsumsi.
***
Semoga penjelasan dokter tadi memberi pencerahan pada kita semua. Jangan mudah percaya dengan isu yang beredar di media sosial. Dan yang pasti harus jeli saat membeli daging yang akan dikonsumsi oleh keluarga kita.
Begitupun ketika hendak memasak daging kurban di hari raya Idul Adha nanti, pastikan memasaknya sampai matang sempurna. Hindari makan daging setengah matang karena kurang baik bagi kesehatan.
Baca juga:
Penelitian: Konsumsi daging rendah saat hamil dapat mengakibatkan anak kecanduan narkoba saat dewasa
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.