CTM untuk ibu menyusui amankah dikonsumi?
Chlorpheniramine atau CTM merupakan salah satu jenis obat untuk meredakan alergi, baik itu alergi akibat makanan, obat, gigitan serangga, debu atau bulu binatang, maupun alergen lainnya.
Bagaimana kalau gejala ini menimpa seorang ibu, bolehkah minum CTM untuk ibu menyusui? Baca terus artikel ini untuk menemukan jawabannya, Parents.
Artikel terkait: Bolehkah Ibu Menyusui Minum Obat Hipertensi? Begini Penjelasannya
Bolehkah Minum CTM untuk Ibu Menyusui?
Mengutip berbagai sumber, jenis obat chlorpheniramine pada kehamilan dan ibu menyusui dikategorikan oleh FDA sebagai kategori B sehingga diperkirakan aman untuk dikonsumsi.
“Pada ibu menyusui, chlorpheniramine diekskresikan dalam ASI dalam jumlah minimal sehingga dapat dikonsumsi oleh ibu menyusui yang mengalami gejala alergi,” ujar dr.Gita Permatasari, Dokter Umum dan Konsultan Laktasi saat dihubungi melalui WhatsApp.
Kendati jumlahnya minim, alangkah baiknya ibu hamil maupun menyusui berkonsultasi dulu dengan dokter.
Cari tahu dahulu apa penyebab gatal atau alergi yang menimpa Anda, lalu minta anjuran dokter obat dan dosis yang aman dikonsumsi.
Patut diketahui bahwa Chlorpheniramine bekerja dengan cara menghambat kerja histamin. Yaitu senyawa yang bisa menyebabkan munculnya gejala alergi saat seseorang terpapar zat atau pemicu alergi (allergen).
CTM akan memblokir zat alami lain yang dibuat oleh tubuh (asetilkolin) kemudian membantu mengeringkan beberapa cairan tubuh untuk meredakan gejala alergi yang muncul.
Seseorang yang alergi akan merasakan aneka gejala antara lain mata berair, hidung tersumbat, pilek, bersin, batuk, serta gatal pada kulit, hidung, mata, dan tenggorokan.
Sesuai anjuran pakar kesehatan, seorang ibu sebaiknya menyusui bayi selama 2 tahun. Periode ini menjadi masa krusial tumbuh kembang bayi, karenanya jangan sampai terlewat.
Asupan makanan maupun minuman yang dikonsumsi ibu biasanya dapat dirasakan oleh bayi melalui ASI.
Hal ini juga berlaku untuk obat-obatan, sehingga ibu menyusui jangan sampai salah minum obat.
Artikel terkait: Ampuh Lancarkan BAB, Amankah Minum Vegeta untuk Ibu Menyusui?
Bagaimana Dosis dan Aturan Pakai CTM?
Sebagai informasi, obat CTM bisa dikonsumsi oleh anak dan orang dewasa. Diharapkan obat ini ampuh meredakan gejala alergi.
Berikut dosis yang disarankan:
- Dewasa dan anak usia >12 tahun: 4 mg setiap 4–6 jam. Dosis maksimal 24 mg per hari
- Anak usia 6–12 tahun: 2 mg, tiap 4–6 jam. Dosis maksimal 12 mg per hari
- Anak usia 2–5 tahun: 1 mg, tiap 4–6 jam. Dosis maksimal 6 mg per hari
- Anak usia 1–2 tahun: 1 mg, 2 kali sehari. Dosis maksimal 4 mg per hari
Saat mengonsumsi, pasien memang dianjurkan mengikuti saran dokter dan membaca informasi yang tertera secara seksama.
Untuk CTM ini dikemas dalam bentuk tablet, kapsul, kaplet, dan sirop.
Obat ini dapat dikonsumsi sebelum maupun setelah makan.
Sebelum mengonsumsi, ciptakanlah jeda waktu yang cukup antara dosis pertama dengan dosis berikutnya.
Hentikan konsumsi jika gejala alergi sudah reda mengingat obat ini hanya boleh digunakan untuk jangka pendek.
Jika tidak sengaja lupa mengonsumsi obat, segera konsumsi jika jeda waktu dengan dosis selanjutnya belum terlalu dekat.
Bila sudah dekat, abaikan dosis tersebut dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.
Tak kalah penting, simpan obat dalam tempat tertutup di ruangan yang sejuk dan kering. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
Artikel terkait: Bolehkah ASI Kanan dan Kiri Dicampur? Ini Ketentuannya
Apa Efek Samping Mengonsumsi CTM saat Menyusui?
Dengan kata lain, penggunaan CTM untuk ibu menyusui memang sebaiknya tidak sembarangan jika tidak direkomendasikan oleh dokter anak.
Hal ini mengingat akan ada beberapa efek samping penggunaan obat, yakni:
- Efek mengantuk yang cukup kuat
- Hilangnya nafsu makan
- Mual dan muntah yang disertai dengan kondisi sakit kepala
- Mulut, hidung, dan tenggorokan terasa kering
- Kondisi gangguan penglihatan sesaat
- Munculnya gangguan pada saluran pencernaan, misalnya sembelit atau konstipasi
- Sulit buang air kecil
Merujuk laman Drugs, studi menemukan bahwa sekitar 10% ibu menyusui yang mengonsumsi chlorpheniramine melaporkan bayi mereka mengalami iritabilitas, gejala kolik, dan mengantuk.
Patut dicatat juga bahwa peningkatan efek kantuk dan risiko terjadinya komplikasi berisiko meningkat jika digunakan dengan obat anti nyeri golongan opioid, obat anti ansietas, obat penenang, atau obat antipsikotik.
Artikel terkait: Bolehkah Ibu Menyusui Minum UC 1000? Berikut Penjelasan Dokter
Peringatan
Layaknya jenis obat medis lain, ada beberapa poin penting yang patut diperhatikan sebelum Anda mengonsumsi chlorpheniramine.
- Jangan mengonsumsi chlorpheniramine jika Anda alergi terhadap obat ini. Beri tahu dokter jika Anda alergi terhadap dexchlorpheniramine atau obat lain.
- Jangan memberikan obat ini kepada anak usia di bawah 2 tahun tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
- Beri tahu dokter jika Anda menderita asma, bronkitis emfisema, diabetes, fenilketonuria, penyakit jantung, glaukoma, hipertensi, hipertiroidisme, penyakit liver, obstruksi usus, tukak lambung, pembesaran prostat, kejang, atau kecanduan alkohol.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat, suplemen, atau produk herbal.
- Jangan mengonsumsi chlorpheniramine jika Anda baru saja atau sedang menjalani pengobatan dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOI).
- Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
- Beri tahu dokter jika Anda berencana untuk menjalani operasi, termasuk operasi gigi.
- Jangan mengemudikan kendaraan atau melakukan kegiatan yang membutuhkan kewaspadaan setelah mengonsumsi chlorpheniramine, karena obat ini bisa menyebabkan pusing atau kantuk.
- Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan chlorpheniramine, karena bisa meningkatkan risiko terjadinya efek samping.
- Segera temui dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau overdosis setelah mengonsumsi chlorpheniramine.
Lebih lanjut, dr. Gita menguatkan bahwa mencegah lebih baik dibandingkan mengobati.
Sebelum harus minum obat, lakukan langkah preventif. Tak terkecuali menghindari pencetus yang sekiranya menjadi alergi sebut saja bulu hewan atau alergen lainnya.
Menggaruk area gatal juga tidak dianjurkan karena dikhawatirkan mengakibatkan luka. Dibanding menggaruk keras, lebih dianjurkan mengusap bekas gatal dengan pelan.
***
Parents, itulah informasi CTM untuk ibu menyusui.
Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
***
Baca juga:
Ampuh Atasi Radang, Bolehkah Minum FG Troches Saat Menyusui?
Amankah Obat Maag Mylanta untuk Ibu Menyusui dan Ibu Hamil? Ini Penjelasan Dokter
Fungsi dan Manfaat Asam Glutamat dalam ASI, Busui Perlu Tahu!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.