Sejak dinyatakan sebagai wabah, Virus Corona menyebar dan bermutasi menjadi berbagai macam varian. Salah satunya ialah varian Delta yang telah mendominasi di berbagai negara. Belum usai dengan varian Delta, kini dilaporkan temuan adanya varian COVID-19 Delta Plus yang muncul.
Data dari epidemiologi WHO periode 28 Juni hingga 4 Juli 2021 menyebutkan bahwa varian Delta sendiri sudah menyebar di sekitar 104 negara. Kini, varian baru Delta Plus menjadi sub varian baru yang juga dikenal dengan nama B.1.617.2.1 atau AY 1.
Kemunculan jenis baru ini tentu saja menarik perhatian banyak kalangan. Mulai dari pawa ilmuwan hingga masyarakat awam diimbau untuk senantiasa berhati-hati. Sebab, hasil temuan menyebutkan bahwa jenis ini lebih memungkinkan virus menyerang sel pada organ paru-paru dengan lebih intens. Selain itu, varian tersebut juga lebih berpotensi lolos dari vaksin.
Artikel Terkait: 10 Anggota Keluarga Positif COVID-19, Ayah Meninggal karena Terpapar Virus Varian Delta
Muncul Varian COVID-19 Delta Plus
Melansir WebMD, pekan lalu varian jenis Delta Plus ini telah ditemukan di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat dan Inggris, serta banyak negara lainnya. Varian ini sendiri pertama kali teridentifikasi di India pada Februari 2021 lalu. Di sana, varian jenis ini dilabeli dengan “variant of concern” atau jenis yang sangat diperhatikan.
Varian Delta Plus memiliki perbedaan utama dengan jenis varian Delta biasa. Perbedaannya terletak pada jenis protein spike yang juga disebut K417N. Di sisi lain, persamaannya ialah dinyatakan lebih ganas sekitar 40-100 persen dari varian Alpha atau varian Kent yang pertama kali dideteksi di Inggris, menurut laporan CNN.
Mutasi pada protein spike virus memungkinkannya untuk bereplikasi lebih cepat dan masuk ke dalam sel-sel paru-paru. Berdasarkan laporan dan penelitian terbaru di India, jenis inilah yang menjadi salah satu penyebab gelombang COVID-19 yang memuncak. Saat itu, India melaporkan adanya kasus masyarakat meninggal dunia sebanyak 4.000 orang dalam kurun waktu satu hari, Parents.
Artikel Terkait: Ciri-Ciri Corona Varian Delta, Pahami agar Bisa Mengenali Gejalanya
Gejala Varian Delta
Melansir Raillynews.com, gejala varian Delta menjadi khas dan didominasi beberapa tanda. Beberapa yang kerap dialami ialah demam yang tinggi, gejala batuk yang terus menerus terjadi, hilangnya indra penciuman maupun perasa.
Perbedaannya, pada varian Delta biasanya pasien akan mengalami berbagai gejala seperti sakit kepala, flu, dan sakit tenggorokan yang lebih intens dibandingkan virus COVID-19 klasik atau varian yang muncul sebelumnya.
Artikel Terkait: Wajib Tahu! Perbandingan Varian COVID-19, Manakah yang Paling Berbahaya?
Vaksin Masih Cukup Bisa Melindungi
Di sisi lain, para ilmuwan mengungkap bahwa vaksin seperti Pfizer dan Astra-Zeneca masih cukup ampuh sebagai tindakan pencegahan dan proteksi diri dari ragam jensi COVID-19. Jadi, masyarakat memang diimbau untuk melakukan vaksinasi, apa pun jenisnya yang tersedia. Sebab, vaksin bisa efektif mencegah kondisi yang memperparah seseorang atau risiko kematian akibat terinfeksi varian-varian virus.
Lebih lanjut, diperlukan laporan lebih mendetail mengenai sampel varian Delta Plus untuk menentukan tingkat penyebaran yang sebenarnya. Sejauh ini, Amerika Serikat mengonfirmasi jumlah akasus varian Delta tertinggi pada Juni lalu.
Itulah penjelasan mengenai varian baru COVID-19 Delta Plus. Mari kita selalu terapkan protokol kesehatan mulai dari lingkungan paling kecil, yakni diri sendiri serta keluarga. Dan semoga pandemi bisa segera berakhir.
****
Baca Juga:
Virus Corona Inggris B117 Ditemukan di Indonesia, Ampuhkah Vaksin yang Sudah Ada?