Ciri-ciri anak mengalami gangguan sensorik sebenarnya bisa diamati sedini mungkin. Semua anak biasanya mengalami beberapa gangguan kecil pada masalah sensorik ketika pada masa tumbuh kembang mereka.
Gangguan sensorik terjadi ketika anak mengalami kesulitan menerima dan merespons informasi dari indra mereka. Mereka menjadi terlalu peka terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Suara yang biasa-biasa saja mungkin akan terasa sangat bising di telinganya, atau sentuhan ringan dari kain baju bisa membuat kulitnya jadi kering.
Gangguan ini umumnya disertai dengan gangguan pada perilaku lainnya, misalnya anak menjadi sulit konsentrasi, emosional, sampai gangguan pada proses mengunyah dan berbicara.
Gangguan sensorik ujuga sering terjadi pada anak dengan Autisme dan yang mengalami hipersensitif pada saluran cerna.
Di luar itu, gangguan sensorik juga bisa terjadi pada anak-anak yang lahir prematur atau yang mengalami komplikasi kelahiran. Kemungkinan aktivitas otak yang abnormal dapat mengubah cara otak merespons indera dan rangsangan.
Ciri-ciri anak mengalami gangguan sensorik
Ciri-ciri anak mengalami gangguan sensorik mungkin berbeda-beda, tergantung pada cara anak memproses sensasi yang didapatnya.
Anak-anak yang mudah distimulasi mungkin memiliki hipersensitivitas. Mereka sering bereaksi seolah-olah semuanya terlalu keras atau terlalu terang. Anak-anak ini mungkin kesulitan berada di kamar bising. Mereka juga mungkin memiliki reaksi berlebihan terhadap bau-bauan.
Sedangkan anak-anak yang tidak mudah distimulasi mengalami lebih sedikit sensasi dan memiliki hiposensitivitas. Anak-anak ini mungkin akan tampak hiperaktif untuk mencoba membuat indra mereka lebih sensitif. Anda bisa melihat anak-anak hiposensitif ini menunjukkan beberapa gejala, seperti memiliki ambang nyeri yang tinggi, suka menabrak dinding, suka menyentuh apapun, memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut, serta menabrak orang atau benda lain.
Terdapat 7 sensorik dasar pada tubuh anak, jika fungsi sensoriknya mengalami gangguan, masing-masing akan menunjukkan gejala yang berbeda berikut ini:
1. Sensorik peraba
Indra peraba mendapat rangsangan berupa sentuhan, suhu, rasa sakit, atau geli. Gangguan sensorik pada indra ini ditunjukkan dengan gejala:
- Tidak suka disentuh
- Tidak menyukai label pada baju
- Jijik terhadap mainan bulu
- Tidak suka rambutnya disisir
- Berjalan jinjit
2. Sensorik pendengaran
Indra pendengaran menangkap suara-suara yang berasal dari luar. Gangguan pada sensorik ini ditandai dengan gejala:
- Takut pada suara tertentu, seperti pengering rambut, penyedot debu, atau suara mesin pengering tangan
- Menangis berlebihan jika mendengar suara yang tiba-tiba seperti petasan
- Perhatiannya mudah teralihkan pada suara yang ia sukai yang umumnya diabaikan orang lain
3. Sensorik penciuman
- Mengalami kesulitan membedakan bau
- Tidak menyukai makanan dengan bau tertentu
4. Sensorik penglihatan
Indra penglihatan yaitu mata menangkap cahaya, warna, dan gerakan. Gangguan pada fungsi sensorik ini ditandai dengan:
- Mudah silau
- Senang bermain dengan suasana redup ataugelap
- Tidak bisa menulis dalam garis lurus pada kertas kosong
- Kesulitan dalam membedakan warna, bentuk, dan ukuran
5. Sensorik pengecap
- Suka memilih-milih makanan
- Sering memasukkan barang kedalam mulut
- Kesulitan dalam mengunyah, menelan, dan menghisap
6. Sensorik Propioseptif (gerakan antar sendi)
- Senang menabrakkan diri ke badan orang lain
- Sering menggemerutukkan gigi
- Tidak bisa mengontrol kekuatannya saat melakukan sesuatu (selalu melakukannya dengan kekuatan penuh)
7. Sensorik vestibular (keseimbangan)
- Takut ketinggian
- Tidak mau naik ayunan atau seluncuran
- Kesulitan naik turun eskalator
Artikel terkait: Montessori di Rumah; Inilah Pentingnya Permainan Sensoris Untuk Anak
Tidak ada obat untuk mengatasi gangguan sensorik. Pada beberapa kasus, gangguan sensorik umumnya akan hilang sendiri seiring dengan bertambahnya usia. Namun ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan sensorik ini.
Jenis terapi tergantung pada kebutuhan individu anak. Tetapi secara umum, terapi ini membantu anak-anak agar bisa melakukan kegiatan dengan lebih baik dalam hal-hal yang biasanya tidak mereka kuasai, dan membantu agar mereka terbiasa dengan hal-hal yang tidak dapat mereka toleransi. Antara lain:
- Usapan di bagian kepala, bahu, tangan, pinggang, paha, kaki, telapak kaki bertujuan untuk relaksasi otot-otot yang tegang
- Usapan di bagian kaki untuk anak dengan jalan jinjit
- Tidur miring, dan diusap sepanjang abdomen berfungsi untuk mengenalkan reflex gallant (keseimbangan kanan dan kiri). Saat masa sekolah, terapi ini bisa mengurangi risiko sulit belajar.
Baca juga:
id.theasianparent.com/anak-susah-belajar