Mengalami Stillbirth, Seorang Ibu: "Berharap Ini Mimpi, Melahirkan Anak Sudah Tak Bernyawa"

"Pertama kalinya aku berjuang menjadi seorang ibu, melahirkan anak yang sudah tak bernyawa,” ungkap sang ibu pilu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kasus bayi lahir mati atau cerita mengenai stillbirth cukup sering terjadi. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), dilaporkan setiap harinya ada 7.200 bayi yang lahir mati. Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan Indonesia, pada tahun 2016 tercatat ada 19 kasus stillbirth per 1000 kelahiran.

Ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka ini. Sebagai contoh, proses persalinan dengan penyulit atau memakan waktu yang lama, posisi janin, hingga tidak pernah memeriksakan kehamilan pun bisa saja menjadi salah satu penyebabnya. Namun ada juga kasus stillbirth lainnya yang tak bisa dijelaskan penyebabnya.

Seperti seorang Bunda dari komunitas theAsianparent berbagi mengenai kisah stillbirth yang dialaminya melalui aplikasi theAsianparent Indonesia. Bunda Ainur terpaksa harus kehilangan sang buah hati di usia kandungan 27 minggu, tepatnya pada 15 Desember 2019.

Artikel Terkait: 7 Mitos dan Fakta Tentang Stillbirth yang Perlu Parents Ketahui

Cerita Stillbirth Dimulai Saat Merasakan Pergerakan Janin Berkurang

Bunda Ainur mengawali cerita stillbirth yang dialaminya ketika ia baru selesai check up atau pemeriksaan rutin kehamilan di bidan. Ia menceritakan bahwa hasil pemeriksaan yang ia jalani semuanya baik dan normal.

“Hari itu hari Sabtu, seminggu setelah check up dari bidan. Ketika check up tidak ada yang aneh, semua sehat. Mulai detak jantung janin, berat badan janin juga normal tidak ada yang aneh. Tapi seminggu kemudian aku merasa pergerakan janinku mulai berkurang,” kisahnya.

Merasakan ada yang aneh dengan janin yang dikandungnya, Bunda Ainur berkeluh kesah kepada suami. Untungnya, sang suami selalu memberikan energi positif untuknya. Ia mencoba menguatkan diri dan percaya jika janinnya baik-baik saja.

“Di hari Sabtu pergerakan (janin) sangat sedikit. Yang biasanya tiap bangun tidur sampai tidur lagi sangat aktif, ini hanya bergerak beberapa kali,” ungkapnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel Terkait: 5 Cara Mendukung Orangtua yang Berduka Akibat Mengalami Stillbirth

Ketika itu, Bunda Ainur masih mencoba berpikir positif. Kebetulan, ia pernah mengalami hal yang sama di mana pergerakan janinnya sangat minim, tetapi hari berikutnya sang buah hati aktif kembali.

Keesokan harinya, ia mengikuti kegiatan car free day (CFD) di kota. Bunda Ainur berharap janinnya bisa bergerak aktif seperti biasanya. Sayangnya, harapannya tersebut pupus karena sang janin tetap saja tak kunjung bergerak.

“Sampai jam 9 tak ada pergerakan, padahal di tempat CFD ada konser musik yang suaranya keras. Tahukan, bun… biasanya janin kalau mendengar suara yang keras seperti itu pasti menendang-nendang sampai sakit perut kita. Cuma ini tidak ada pergerakan sama sekali,” papar Bunda Ainur.

Diliputi kekhwatiran, ia masih mencoba untuk tenang. Ketika mengeluh kepada suami, sang suami menyuruh Bunda Ainur untuk beristirahat terlebih dahulu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hingga sore hari, masih belum ada gerakan janin yang dirasakan olehnya. Ia pun mulai merasa panik.

“Benar, sih, aku pernah baca kalau janin dalam kandungan biasanya juga tidur, cuma ini sudah seharian enggak gerak. Kan, enggak mungkin seharian enggak gerak,” ia membatin.

Akhirnya Bunda Ainur memutuskan untuk mengunjungi bidan, tetapi sayang ia sudah kemalaman. Malam itu ia menangis berharap sang janin dapat bergerak seperti biasa, tetapi tetap saja tidak ada gerakan.

Sang Bayi Sudah Tiada

Pada Senin pagi, Bunda Ainur kembali untuk periksa ke bidan. Ternyata setelah diperiksa, detak jantung janin hanya 115, sementara normalnya ada di angka 120 hingga 180. Bidan pun segera merujuk Bunda Ainur untuk USG ke rumah sakit.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Jam 10 aku dan suami ke rumah sakit, menunggu di antrean dengan sholawat tak berhenti kuucapkan. Berharap ada keajaiban bahwa detak jantung janin bisa normal kembali,” kenang Bunda Ainur.

Tak lama kemudian, tiba gilirannya untuk diperiksa oleh dokter. Bunda Ainur menjelaskan kekhawatirannya dan apa yang terjadi. Dokter pun segera memeriksa kandungannya melalui alat USG.

“Maaf, ya, sebelumnya…” kata dokter kala itu. Bunda Ainur mengira sang dokter akan memberitahu bahwa ada kelainan pada janinnya, tetapi ternyata bayinya sudah tiada.

“Innalillahi wainnailihi radji’un, bayinya sudah meninggal. Mungkin sudah 24 jam tidak ada,” jelas dokter yang memeriksanya.

Lantaran berbagai pikiran berkecamuk di dalam benaknya, Bunda Ainur sendiri tak mengetahui bagaimana perasaannya kala itu. Ia mengungkapkan bahwa rasanya waktu seperti berhenti sejenak.

Sang suami pun berusaha menguatkan dirinya. Dokter menyarankan untuk bayi segera dilahirkan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Aku keluar ruangan dengan tatapan kosong, dan masih berharap bahwa ini mimpi,” katanya mengulang cerita pengalaman stillbirth yang pahit tersebut.

Cerita Perjuangan Melahirkan Bayi Stillbirth

Tak sampai di situ, setelah mengetahui bayinya sudah wafat, Bunda Ainur masih harus berjuang untuk melahirkan buah hatinya yang telah tidak bernyawa lagi. Proses kelahiran dimulai pada jam 11 siang menggunakan induksi dan obat perangsang.

“Pembukaan 1 sekitar jam 20.00, ketika itu rasanya sudah sakit sekali. Sekitar 10-15 menit, jam 00.00 pembukaan 2. Sampai jam 03.00 masih pembukaan 3. Rasa sakitnya makin intens, rasanya aku sudah tidak tahan,” Bunda Ainur menceritakan pengalamannya melewati pembukaan demi pembukaan saat itu.

Tak lama, ia merasakan sakit perut seperti ingin buang air besar. Lantaran sudah tidak kuat jalan, ia meminta ke toilet. Namun, ketika kembali rasa sakitnya sudah tak berjeda.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Suami segera memanggil suster, dan ketika dicek, sudah pembukaan sempurna. Setelah sholat subuh itulah pertama kalinya aku berjuang menjadi seorang ibu. Melahirkan anak yang sudah tak bernyawa,” lanjutnya.

Selang 15 menit bayinya lahir tanpa tangisan, seketika Bunda Ainur merasa rasa sakitnya sudah hilang, tetapi berganti dengan rasa sakit yang lain. Yakni rasa sakit hati melihat bayinya lahir dalam keadaan wafat.

Artikel Terkait: Cegah Stillbirth Hingga Stunting, Ini Alasan Wajib melakukan Pemeriksaan Kehamilan!

“Anaku tergeletak lemah di dada dengan kulit yang masih merah namun telah sempurna anggota tubuhnya. Ia mirip sekali dengan Babanya, dia berjenis kelamin laki-laki. Ya Allah dek, kenapa kamu meninggalkan Uma dan Baba secepat ini,” ungkap ia bersedih.

Kehilangan bayi yang telah dinanti selama 1 tahun setengah setelah sebelumnya pernah keguguran di usia 5 minggu merupakan pukulan berat bagi Bunda Ainur.

“Kami sadar, semua hanyalah titipan yang akan diminta kembali. InsyaAllah kami ikhlas, walaupun sampai sekarang terkadang kami masih memikirkannya. Dek, maafkan kami orang tuamu jika selama dedek di perut Uma merasa ada yang tidak nyaman. Tapi kami telah berusaha menjaga dedek dengan hati-hati dan penuh kasih sayang,” tuturnya.

Ia pun berharap sang bayi mendoakannya dari tempat nun jauh di sana.

“Sampaikan sama Allah biar cepat kasih Uma sama Baba dedek lagi. Biar dedek jadi abang… kami sayang dedek. Jagoan surga Uma sama Baba, Ahmad Holilur Rohman 03 Juni 2019 – 17 Desember 2019.”

Parents, kehilangan anak adalah cobaan yang berat bagi setiap orangtua. Perlu dukungan yang kuat dari orang-orang terdekat agar sang ibu dapat melewati masa yang tersebut.

Jika Parents juga pernah mengalami atau punya cerita stillbirth seperti Bunda Ainur, yakinlah ada hikmah di balik semua cobaan yang datang. Semoga kelak Bunda Ainur dapat berkumpul kembali bersama buah hatinya di taman surga.

Baca Juga:

3 Cara Ungkapkan Rasa Duka Stillbirth dan Keguguran kepada Keluarga, Jangan Pendam Sendiri!

Jangan Salahkan Diri Sendiri, Ini 9 Tips Mengatasi Rasa Kehilangan Akibat Stillbirth!

8 Tips Merawat Kesehatan Mental Pasca Menghadapi Keguguran dan Stillbirth