Mendongengkan kisah rakyat, seperti cerita Sangkuriang dan Asal-Usul Gunung Tangkuban Perahu, bisa menjadi salah satu cara untuk melestarikan cerita rakyat yang sudah turun-temurun.
Selain itu, mendongeng selalu menjadi kegiatan seru yang bisa dilakukan bersama dengan si kecil. Melalui dongeng, Parents bisa menumbuhkan ketertarikan si kecil terhadap dunia literasi, pun memupuk minat bacanya.
Yuk, langsung saja simak di sini cerita rakyat Sangkuriang dan Tangkuban Perahu berikut ini.
Asal-Usul Cerita Sangkuriang Kecil
Terkisah di zaman dahulu, ada seorang perempuan cantik yang berasal dari kerjaan di Jawa Barat. Perempuan tersebut bernama Dayang Sumbi. Dayang Sumbi senang sekali menenun. Suatu hari, ketika Dayang Sumbi sedang menenun, tiba-tiba benang tenunnya jatuh dan menggelinding jauh sekali.
“Ah, benang tenunku, jauh sekali jatuhnyanya. Siapa pun yang mengambilkan benang tenunku, jika perempuan akan kujadikan saudara dan jika laki-laki akan jadi suami,” janji Dayang Sumbi.
Tidak lama waktu berselang, tiba-tiba ada seekor anjing membawakan benang tenun miliknya. Lantaran sudah mengucapkan janji, Dayang Sumbi pun memenuhi ucapan janjinya.
Menikahlah dia dengan anjing tersebut yang bernama Tumang. Ternyata, Tumang adalah titisan dewa yang dikutuk dan dibuang ke Bumi.
Pernikahan Dayang Sumbi dan Tumang berjalan dengan bahagia, hingga Dayang Sumbi hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan bernama Sangkuriang. Mereka bertiga tinggal di sebuah desa. Sangkuriang pun bertumbuh menjadi lelaki tampan, kuat, dan gagah.
Sangkuriang tumbuh menjadi anak pemberani yang senang berburu, saat berburu ia pun selalu ditemani si Tumang yang merupakan titisan anjing dari ayah kandungnya sendiri. Hingga suatu hari terjadilah peristiwa yang membuat Sangkuriang marah kepada Tumang.
Artikel Terkait: Manfaat Dongeng yang Tak Terbantahkan
Cerita Sangkuriang Membunuh Ayahnya Sendiri
Saat itu, Dayang Sumbi yang tak lain adalah Ibu dari Sangkuriang, meminta Sangkuriang untuk berburu kijang dan mengambil hatinya untuk dimakan. Hal ini karena Dayang Sumbi sedang ingin memakan hati kijang. Lantaran Sangkuriang sangat menyayangi ibunya, ia pun segera melaksanakan perintah Dayang Sumbi.
Sesampainya Sangkuriang dan Tumang di hutan, ia pun melihat kijang di antara semak-semak. Sangkuriang pun memerintahkan si Tumang untuk mengejar dan memburunya.
Akan tetapi, si Tumang menolak. Baru kali ini Tumang menolak, biasanya ia selalu menurut perintah Sangkuriang.
Penolakan si Tumang untuk menangkap kijang membuat Sangkuriang marah. Ia marah dan mengancam si Tumang akan membunuhnya jika ia tidak menuruti perintahnya. Si Tumang tetap menolak perintah Sangkuriang sehingga Sangkuriang marah dan membunuh si Tumang.
Si Tumang pun mati. Karena Sangkuriang gagal berburu kijang seperti yang diminta ibunya, Dayang Sumbi, akhirnya ia mengambil hati si Tumang untuk dibawa pulang dan diberikan kepada ibunya.
Dayang Sumbi belum menyadari bahwa hati yang diberikan Sangkuriang adalah hati si Tumang yang tak lain adalah hati suaminya dan ayah dari Sangkuriang. Setelah mengolah hati si Tumang, Dayang Sumbi pun baru menyadari bahwa si Tumang tidak pulang bersama anaknya, Sangkuriang.
Setelah itu, Dayang Sumbi pun menyadari bahwa hati yang dimasak dan dimakannya adalah hati suaminya, si Tumang. Dayang Sumbi pun murka dan marah kepada Sangkuriang.
Ia melemparkan gayung dari batok kelapa tepat mengenai kepala Sangkuriang sambil berteriak “Tumang itu ayah kandungmu, Sangkuriang. Kamu tega membunuhnya. Aku tidak akan memaafkanmu.”
Karena amarah Dayang Sumbi, Sangkuriang menjadi kesal dan berkecil hati bahwa ibunya lebih mencintai si Tumang daripada dirinya. Hal itulah yang membuat Sangkuriang pergi meninggalkan ibunya hidup sendiri. Sangkuriang pergi mengembara hingga ia menjadi lelaki dewasa.
Cerita Sangkuriang yang Kembali Bertemu dengan Dayang Sumbi
Seiring berjalannya waktu, Dayang Sumbi pun menyadari kesalahannya kepada Sangkuriang. Ia merindukan Sangkuriang dan memohon maaf kepada para dewa, serta meminta kepada para dewa untuk mempertemukannya kembali dengan Sangkuriang.
Satu waktu, pengembaraan Sangkuriang yang sudah bertahun-tahun tanpa tujuannya akhirnya membawa dirinya kembali ke sebuah desa dimana ia dilahirkan. Meskipun, Sangkuriang sendiri tak menyadarinya. Hingga ia berhenti di sebuah pondokan untuk meminta air minum kepada pemilik pondok tersebut.
Saat melihat pemilik pondok tersebut, tanpa disadari Sangkuriang terpesona akan paras cantik perempuan itu, yang tak lain adalah Dayang Sumbi, ibu kandungnya sendiri. Namun, Sangkuriang sama sekali tidak mengetahui bahwa perempuan cantik itu adalah ibunya.
Begitu pula dengan Dayang Sumbi. Ia tidak tahu bahwa lelaki tampan yang bertubuh kuat dan gagah adalah Sangkuriang, anak kandungnya yang selama ini dicarinya.
Dayang Sumbi pun merasakan hal yang sama dengan Sangkuriang, mereka saling menaruh kagum dan jatuh cinta hingga merencanakan pernikahan.
Namun, pada suatu waktu, ketika Dayang Sumbi menemani Sangkuriang yang saat itu memperkenalkan diri dengan nama Jaka, untuk berburu ke hutan. Dayang Sumbi dibuat terkejut bahwa lelaki yang akan menikahinya adalah anaknya sendiri.
Dayang Sumbi yakin bahwa Sangkuriang adalah anaknya ketika melihat luka di bagian kepalanya. Ia teringat akan peristiwa saat ia melemparkan gayung batok kelapa hingga mengenai kepala Sangkuriang dan terluka.
Melihat bekas luka tersebut, Dayang Sumbi pun memberitahu bahwa ia adalah ibunya dan Sangkuriang adalah anaknya. Namun, Sangkuriang tidak mempercayai Dayang Sumbi.
Syarat Pernikahan yang Berat
Ia tetap ingin menikahi Dayang Sumbi. Sangkuriang sudah dibutakan oleh hawa nafsu sehingga tidak pernah memperdulikan perkataan Dayang Sumbi. Dayang Sumbi pun kebingungan untuk membatalkan pernikahan tersebut.
Hingga akhirnya, Dayang Sumbi memberikan syarat yang cukup berat kepada Sangkuriang jika ia ingin menikah dengannya, yakni minta dibuatkan sebuah danau dan perahu besar serta harus selesai sebelum fajar tiba.
Sangkuriang tidak menyerah untuk menikah Dayang Sumbi, sehingga ia menyetujui persyaratan mustahil yang diberikan kepadanya. Sangkuriang pun memulai pekerjaan membuat danau dan perahu seperti yang diminta Dayang Sumbi.
Agar pekerjaannya selesai tepat waktu, Sangkuriang pun meminta bantuan para makhluk gaib untuk membantu pekerjaannya. Setelah melihat pekerjaan Sangkuriang yang hampir selesai sebelum terbit fajar, Dayang Sumbi merasa cemas.
Artikel Terkait: Nikahi Seorang Gadis, Lurah di Sulawesi Selatan Beri Mahar 3 Miliar
Ia memohon petunjuk kepada dewa untuk menggagalkan rencana pernikahan tersebut. Setelah itu, Dayang Sumbi memiliki ide. Ia berkeliling desa untuk membangunkan para ayam dan memintanya berkokok.
Mendengar kokokan ayam, para makhluk gaib yang membantu Sangkuriang pun menghilang karena mereka percaya bahwa fajar sudah mulai terbit. Sangkuriang pun marah dan murka dengan tindakan Dayang Sumbi.
Ia masih percaya bahwa fajar belum datang. Kemurkaannya membuat Dayang Sumbi ketakutan dan lari ke dalam bukit-bukit. Lalu Sangkuriang dengan amarahnya menendang perahu yang sudah hampir selesai hingga telungkup ke dalam sebuah danau yang sudah dibuatnya. Sejak itulah, para masyarakat menamakannya gunung Tangkuban Perahu.
Nah, Parents itulah cerita rakyat tentang Sangkuriang dan asal usul gunung Tangkuban Perahu. Cerita tersebut bisa memberi pelajaran kepada si kecil tentang sebuah tindakan kejujuran yang akan membawa kebaikan serta tentang norma sosial bahwa menikah tidak boleh antara anak dengan ibu atau ayah.
Semoga cerita Sangkuriang ini bisa bermanfaat dan bisa menjadi bacaan dongeng antara Parents dan si kecil.
Baca Juga:
Remaja Hamil Akibat Incest, Psikolog: Pentingnya Edukasi Seks
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.