4 Cerita Rakyat Sumatera Terpopuler untuk Dijadikan Teladan Si Kecil

Mengajarkan nilai hidup bisa darimana saja, termasuk dari dongeng dan legenda. Ini 4 cerita rakyat Sumatera yang penuh makna dan pembelajaran.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tak hanya cerita dongeng dari luar negeri, Indonesia juga punya berbagai cerita rakyat yang bagus untuk dikenalkan kepada si kecil. Salah satunya adalah cerita rakyat Sumatera. Nah, berikut ini empat cerita rakyat Sumatera yang penuh makna dan pembelajaran.

Baca Juga: Cerita Rakyat Mentiko Betuah dari Aceh yang Sarat Akan Pesan Moral

Cerita Rakyat Sumatera 

1. Legenda Malin Kundang

Malin Kundang merupakan salah satu tokoh dari cerita rakyat Sumatera Barat yang begitu populer. Dikisahkan hiduplah Mande Rubayah dan anak lelaki kesayangannya, Malin Kundang, di sebuah desa dekat Pantai Air Manis, Padang. 

Meski tak memiliki banyak harta, ibu dan anak ini begitu bahagia. Kesulitan hidup tak membuat Malin Kundang kekurangan kasih sayang dari ibunya. Permintaan Malin Kundang selalu dipenuhi oleh sang ibu. 

Setelah dewasa, Malin Kundang meminta izin kepada ibunya untuk merantau. Dia berniat memperbaiki hidup dengan bekerja di negeri seberang. Kebetulan saat itu ada sebuah kapal besar yang merapat ke Pantai Air Manis. Malin menjadi tergerak untuk berlayar ikut berlayar mencari pundi-pundi rezeki untuk memperbaiki hidupnya dan sang ibu. 

Awalnya Mande Rubayah tak rela melepaskan anak lelaki kesayangannya itu pergi meninggalkan kampung halamannya. Dia khawatir sesuatu yang buruk akan menimpa Malin Kundang. Namun, Malin bersikeras dengan keinginannya itu sehingga hati Mande Rubayah pun luluh. 

Mande Rubayah pun mengantarkan Malin Kundang untuk memantau. Hatinya begitu sedih karena akan berpisah dengan anak semata wayangnya. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Ibu, aku akan segera pulang. Ibu tunggu saja di sini," ujar Malin Kundang yang sesaat kemudian memeluk ibunya sebagai tanda perpisahan. 

Malin Kundang Pulang Kampung

Tahun berganti kepulangan Malin Kundang tak kunjung terjadi. Mande Rubayah pun tak lelah bertanya kepada setiap kapal yang bersandar di pantai. Dia begitu merindukan putranya hingga tak bosan menanyakan sosok Malin Kundang kepada setiap awak kapal. 

Suatu hari ada kabar bahwa Malin Kundang akan segera pulang. Mande Rubayah senang tak terkira. Lekas-lekas dia menuju pantai untuk menyambut anak lelakinya yang disebut telah sukses menjadi saudagar kaya dan memiliki istri cantik dari kalangan bangsawan. 

Kapal besar itu pun akhirnya tiba. Mande Rubayah berlari dan menghampiri Malin Kundang dan memeluknya. Tak disangka Malin Kundang rupanya melepaskan pelukan ibunya. Dia tak mengenali rupa sang ibu yang telah berubah. Apalagi, pakaian sang ibu sudah compang-camping dan wajahnya menjadi begitu keriput. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Ini ibumu? Kau bilang ibumu berasal dari keluarga kaya," ucap istrinya. 

Malin pun semakin terpancing dengan ucapan istrinya yang terkesan mengejeknya. Malin pun mengusir ibunya karena merasa malu di tengah kerumunan orang. 

"Pergi kau! Aku bukan anakmu. Ibuku tak seperti ini," kata Malin yang kemudian menendang ibunya hingga jatuh tersungkur. 

"Malin, tampan sekali kau, nak. Ini ibumu. Aku merindukanmu, nak," kata Mande Rubayah dengan menangis. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Malin Kundang Dikutuk

Mande Rubayah merasa sakit hati karena diperlakukan dengan tidak baik oleh putra tercintanya. Dia pun berdoa kepada Tuhan agar diberikan keadilan. 

Tak lama datanglah badai besar, menghantam kapal milik Malin Kundang. Langit pun menjadi gelap seketika dan petir menyambar. Secara tiba-tiba kapal Malin pun hancur berkeping-keping. Tak hanya itu, Malin Kundang seketika berubah menjadi batu. Wujud batu itu menyerupai bentuk orang sedang bersujud. 

Hingga kini penduduk percaya jika ada ombak besar menghantam batu-batu akan terdengar bunyi mirip teriakan pilu orang minta ampun. Mereka percaya itu suara Malin Kundang yang meminta ampunan ibunya. Itulah tadi kisah Malin Kundang yang melegenda. Pesan moral dari kisah ini adalah janganlah sombong dan durhaka kepada orang tua.

Baca Juga: Cerita Rakyat Roro Jonggrang, Asal Muasal Candi Prambanan yang Megah

2. Asal Mula Danau Toba

Danau toba yang terletak di Parapat Sumatera Utara tak hanya terkenal dengan keindahannya saja. Ada kisah menarik di balik asal usulnya. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kisahnya bermula dari seorang petani bernama Toba. Suatu hari, Toba pergi untuk memancing ikan ke danau. Setelah lama tak kunjung mendapatkan ikan akhirnya umpan dimakan oleh seekor ikan berukuran besar. Dia pun merasa senang dan segera pulang karena telah mendapat ikan. 

Toba membayangkan nikmatnya ikan besar hasil pancingannya itu. Sesampainya di rumah saat akan memasak ikan itu, Toba kaget saat melihat ikan mas yang sebelumnya ingin dibersihkan dan dimasak, kini berubah menjadi sosok perempuan cantik.

Toba kebingungan namun putri cantik itu kemudian menjelaskan tentang dirinya. Dia pun berterima kasih kepada Toba karena telah membantunya bebas dari kutukan. Sebagai tanda terima kasih, putri cantik tersebut rela dijadikan istri dengan syarat tidak memberitahukan asal usulnya kepada orang lain. 

Dari pernikahan Toba dan putri itu, lahirlah seorang anak laki-laki bernama Samosir.

Toba Melanggar Janji

Suatu hari Samosir diminta ibunya untuk mengantarkan bekal kepada sang ayah yang sedang bekerja di ladang. Awalnya Samosir menolak tetapi karena paksaan dari sang ibu, dia akhirnya bersedia untuk mengantarkan bekal itu. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Toba sangat senang melihat Samosir membawakan bekal makan siang untuknya karena dia sudah lapar sekali. Namun, Toba kaget mendapati bekal itu tinggal sedikit. 

"Tadi di jalan aku sangat lapar, jadi aku makan sedikit tapi aku sisakan untuk ayah," jelas Samosir. 

Toba yang tengah kelaparan itu merasa murka dan memarahi Samosir. 

“Anak tidak tahu diuntung. Dasar anak ikan!" teriak Toba.  

Samosir pun ketakutan dan berlari pulang. Sesampainya di rumah dia mengadu kepada ibunya. 

Mendengar cerita itu, sang ibu terkejut. Dia segera berdiri dan memegang tangan Samosir dan dalam hitungan sekejap mereka sudah menghilang. Toba pun menyesali ucapannya kepada anak lelakinya itu.

Dari bekas pijakan kaki keduanya muncul air yang sangat deras dan tak terbendung lagi hingga semua desa itu tergenang air dan tenggelam. Tempat itu kemudian menjelma menjadi sebuah danau yang kemudian diberi nama Toba.  Muncul pulau kecil di tengah-tengah Danau Toba yang disebut Samosir. 

Cerita rakyat Sumatera Utara ini memberikan pesan agar setiap orang menepati janji dan tak membocorkan rahasia. Selain itu, jangan mengambil keputusan saat amarah memuncak karena hanya akan berujung penyesalan.

3. Legenda Si Pahit Lidah 

Berasal dari Sumatera Selatan legenda Si Pahit Lidah begitu melekat bagi masyarakat setempat. Dikisahkan, di suatu tempat bernama Banding Agung ada dua jagoan pemberani bernama Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat. 

Kedua jagoan ini sama-sama disegani dan merasa bahwa dirinya adalah yang paling hebat. Tak ingin merasa disaingi keduanya memutuskan bertanding untuk menentukan yang paling tangguh. Si Pahit Lidah memiliki kemampuan Serunting Sakti yang dapat memberi kutukan dengan lidahnya yang pahit. Semua orang yang melawan Si Pahit Lidah akan dengan mudah dikutuk menjadi batu. 

Sementara, Si Mata Empat ternyata memiliki kesaktian yang tak diketahui orang lain yaitu memiliki dua mata di belakang kepalanya. Dia begitu lihai saat bertarung dengan lawannya karena dapat mengetahui serangan dari belakang. 

Pertarungan Mematikan Terjadi

Pertandingan keduanya dilakukan di bawah pohon aren di tepi Danau Ranau dengan menelungkup. Tantangannya adalah salah satu dari mereka bergantian tidur di bawah pohon aren, sementara lawannya akan memotong tangkai buah dan bunga aren dari atas pohon. 

Siapapun yang nantinya tertimpa buah aren itu maka akan kalah dan yang di atas pohon ditetapkan sebagai pendekar terhebat. Hari pertarungan pun tiba. Si Pahit Lidah naik ke pohon aren dan Si Mata Empat dengan mudahnya menghindar. Dia makin jumawa karena bisa mengelak serangan dari Si Pahit Lidah. 

Tiba giliran Si Mata Empat melakukan hal serupa. Si Pahit Lidah pun tertimpa tangkai buah aren dan bersimbah darah kemudian tewas. Namun, Si Mata Empat belum merasa puas dan ingin membuktikan soal lidah lawannya yang disebut mematikan itu. Dia segera mengecap lidah Si Pahit Lidah dan seketika merasakan pahit yang tak terperi. Dia sempoyongan dan terjatuh kemudian meninggal. 

Kedua jagoan itu akhirnya dikuburkan di daerah tempat mereka bertarung yakni di tepian Danau Ranau yang berada di kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan. 

Pesan moral dari legenda ini adalah janganlah berlaku sombong dan licik karena akan merugikan diri sendiri juga orang lain. 

Baca Juga: Memetik Hikmah dari Dongeng Cerita Rakyat Malin Kundang

4. Legenda Si Lancang

Kisah Si Lancang dari Riau mirip dengan kisah Malin Kundang. Si Lancang merupakan anak yang awalnya begitu sayang dan hormat kepada ibunya. Namun, akibat sudah jaya dan memiliki tujuh orang istri dia lupa kepada ibundanya. 

Merasa tak terima tak diakui sebagai orang tuanya, ibu Si Lancang mengambil pusaka yang dimilikinya yakni berupa lesung penumbuk padi dan sebuah nyiru. Dia memutar lesung padi itu itu dan dikibas-kibaskan nyiru itu dengan berkata dalam amarah, "Ya Tuhanku, hukumlah anak durhaka ini!" teriaknya. 

Dalam waktu sekejap, Tuhan mengabulkan permintaan ibu Si Lancang. Kapal besar milik Si Lancang hancur lebur seketika. Menurut kepercayaan rakyat setempat, kain sutra milik Si Lancang melayang-layang dan jatuh menjadi negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri. 

Gongnya terlempar ke Kampar Kanan dan menjadi Sungai Ogong. Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah, sedangkan tiang bendera kapal si Lancang terlempar hingga sampai di sebuah danau yang diberi nama Danau Si Lancang di provinsi Riau. 

Pesan yang dapat diambil dari kisah ini adalah janganlah lupa dengan asal usulmu dan hormati orang tua. Jangan seperti kacang lupa kulitnya yang bersikap angkuh dengan orang tua. 

Itulah empat cerita rakyat Sumatera yang penuh makna, pembelajaran, dan nasihat baik untuk dipelajari oleh si kecil. Selamat mendongeng untuk si buah hati!

Baca Juga:

id.theasianparent.com/cerita-rakyat

id.theasianparent.com/ande-ande-lumut

id.theasianparent.com/cerita-sangkuriang-dan-tangkuban-perahu

 

Penulis

lolita