Setiap ibu memiliki kisahnya sendiri saat proses kehamilan hingga kelahiran buah hati. Seperti seorang Bunda yang membagikan cerita proses melahirkan di aplikasi theAsianparent.
Melahirkan secara normal, sang Bunda bagikan proses kelahiran anak pertama yang cukup panjang. Ia menuturkan bahwa saat itu cairan ketubannya sudah merembes, berwarna hijau, dan bayi sempat terperangkap di jalan lahir.
Sang Bunda pun memberikan semangat kepada Bunda lain yang hendak melahirkan. Begini kisah dan pesannya, Bun
Cerita Proses Melahirkan yang Dialami Seorang Bunda
“Ini cerita saat kelahiran anak laki-laki ku.
Pada saat itu hari Senin, 21 Januari 2020 aku sudah mulai merasakan kontraksi di pagi hari. Tapi saat itu aku masih bisa tahan. Siangnya keluar lendir bercampur darah, akhirnya aku berangkat ke bidan dicek dan ternyata masih pembukaan 1.
Akhirnya aku pulang, malamnya sekitar pukul 1 dini hari tanggal 22 Januari 2020 aku balik lagi ke bidan karena sudah nggak bisa tidur dari sore. Dicek lagi ternyata masih bukaan 1 setengah.
Aku nggak pulang, aku memutuskan tetap di sana, dari jam 1 kontraksinya luar biasa. Benar-benar sakitnya nggak karuan. Aku sudah nggak bisa tidur sama sekali. Aku memutuskan jalan-jalan sekitar ruangan, jongkok sambil atur napas, punggung rasanya sudah panas luar biasa.
Sampai subuh tiba, aku pun merasakan seperti mau pipis, bolak-balik ke kamar mandi buat pipis karena sedikit-sedikit keluarnya. Ternyata setelah aku dicek, jam 7 pagi ketuban aku sudah pecah dan rembes. Saat itu nggak ada suara, cuma kaya pengin pipis, makanya aku nggak tau kalo itu ternyata pecah ketuban.
Sudah Mengalami Pembukaan Lengkap
Ketika dicek itu ternyata pembukaan aku sudah lengkap, bun. Di situ bidan langsung shock dan manggil bidan yang lain buat siap-siap, aku ditangani tiga bidan, ya, bun.
Di sini awal perjuangannya. Aku berkali-kali mengatur napas, aku belum boleh ngeden sama bidannya. Tapi aku benar-benar sudah nggak kuat, padahal aku sudah ngeden dari subuh, karena benar-benar sakit banget seperti mau pup tapi nggak pup. Sakitnya luar biasa.
Dari jam 7 lebih itu sampai jam 8 aku sudah ngeden-ngeden dan atur napas, gitu terus. Tapi aku gak bisa, berkali-kali aku gagal, bayinya tetep nggak keluar-keluar.
Di situ aku sudah nggak kuat, tapi aku berusaha kuat padahal bidan nyemangatin aku karena memang si kepala bayi, tuh, sudah keliatan, rambutnya sudah keliatan banget. Sampai akhirnya aku diinduksi 2 kali suntikan, pasang selang oksigen, dan aku digunting 2 kali. Itu bener-bener perjuangan banget.
Setelah Melalui Perjuangan Panjang
Bidan bilang dengan lembut di deket saya “ayo teh, dedenya sudah keliatan, tuh, ibunya yang kuat, ya, dorongnya kasian dia lama-lama di dalam dari jam 7, ini sudah sejam lho, ayo yah, bismillah, yang kuat ya ibunya, kalo sampai setengah jam lagi nggak keluar terpaksa harus dibawa ke RS untuk divakum”.
Dengan lemas aku jawab “Aku nggak mau bu divakum, aku pengin ketemu dede, pengin ketemu di sini saja, aku kuat insyaaAllah” Itu yang keluar dari mulut aku sambil netesin air mata, aku di situ terus berdoa dan istigfar. Berharap Allah berikan keajaiban atas doa aku dan kesabaran aku karena dari jam 8 itu nggak keluar-keluar juga bayinya.
Suami aku tetap setia nyemangatin aku berkali-kali dan dia megang tanganku terus di samping aku. Karena lama, satu bidan di atas kepala aku dan neken perut aku. Tangannya ngepel kaya orang mau ninju, karena di situ bantu dedenya keluar.
Tapi itu sakit banget ya Allah. Satu bidannya megangin kaki aku dan satu lagi selalu ngecekin jantung Dede. Alhamdulillah masih normal, tapi nggak keluar-keluar juga.
Hampir Berada di Kondisi Kritis
Didorong kaya ditonjok gitu sampai setengah jam dari jam 8, akhirnya setelah sekian lama itu bayiku keluar alhamdulillah. Beruntung aku nggak jadi divacum, tapi bayiku nggak langsung nangis, aku shock dan sedih karena bercampur bayiku yang lahir dengan kepala yang lonjong.
Setelah ditepuk-tepuk bayi aku nangis kejer dan aku masih kaget banget dan nangis karena bayiku kepalanya ga normal. Suami aku juga shock, dia terus nanya ke bidannya kenapa bisa gtu, apa bisa normal lagi.
Jawaban bidannya bikin kita tenang “Nggakp apa-apa pak bu, dedenya kelamaan di jalan lahir, bisa normal kok, kepala bayi kan masih lunak”. Aku lega dengarnya aku berusaha kuat ngeliatnya, dede pun disimpan di atas dada aku, aku peluk, aku nangis.
Ya Allah gini, ya, rasanya melahirkan. Berat banget rasanya cape, letih, sakit, payah demi kepayahan yang dilalui. Di situ tangisku pecah sambil meluk anakku.
Aku teringat mamah, mamah juga pasti kaya gini saat melahirkan aku. Ternyata begini ya rasanya jadi seorang ibu.
Dan anakku, walaupun kata bidan ternyata air ketubannya sudah ijo dan kelamaan di jalan lahir, bayi aku sehat. Lahir dengan berat badan 3 kg dan panjang 50 cm.
“Semua Ibu Pasti Bisa”
Aku sangat bersyukur aku didampingi lahiran oleh suami yang setia nemenin aku dan ketiga bidan yang sabarnya luar biasa nanganin aku. Sampe bidannya bilang dari sekian puluhan pasien, aku yang paling-paling sulit dan lama.
Karena bukan aku saja yang cape dan berjuang, tapi ketiga bidan itu juga. Sampai detik ini, bidan bilang nama aku dan aku lah yang paling diingat. Bidannya sangat baik, dia bilang, “Semangat yaa teh, semoga anak kedua lebih mudah yah, tapi tetehnya kuat loh hebat, bayinya juga kuat”.
Bidan yang lain nyaut “Iya bu, alhamdulillah dicek jantungnya juga normal terus, ini pengalaman yang nggak bakal dilupain bu, bener-bener baru kali ini” .
Terima kasih yang sudah baca, dari pengalamanku sendiri aku sadar dan percaya sama Allah, pasrah kepadaNya itu penting. Jika kita sudah berusaha maka iringi dengan tawakal, semua ibu pasti bisa.
Karena memang ini sudah menjadi kodratnya seorang wanita untuk melahirkan, namun pasti ujian dan pengalaman setiap ibu beda-beda. Maka dari itu kita sebaiknya tetap bersyukur, karena kita kuat, kita yakin kita bisa. Semua ibu pasti bisa,” pungkasnya.
Peran Suami saat Istri Melahirkan
Berkaca dari cerita tadi, keberadaan suami tentu menjadi faktor penting untuk memberikan berbagai aspek dukungan kepada istri saat proses melahirkan. Beberapa peran penting suami antara lain :
- Menjadi pendukung moril, seperti menyemangati, menenangkan, dan menemani momen sulit selama istri melahirkan
- Orang yang paling berwenang dalam pengambilan keputusan saat tim medis memberikan pilihan
- Membantu persiapan mulai dari kebutuhan, administrasi, dan berbagai keperluan lainnya
- Mendokumentasikan momen haru dan emosional saat si kecil lahir
Bunda punya hal menarik seputar cerita proses melahirkan, kehamilan, maupun kehidupan keluarga lainnya? Yuk, bagikan kisahnya di aplikasi theAsianparent Indonesia.
Baca Juga :
Melahirkan saat Pandemi Corona, 5 Artis Ini Buktikan Perjuangannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.