Cerita fabel dari Pakistan berikut ini bisa Parents bacakan kepada si kecil. Selain cerita yang menghibur, pesan yang terkandung di dalamnya juga memiliki nilai positif.
Langsung saja, yuk, Parents, simak kisahnya berikut ini!
Cerita Fabel dari Pakistan: Kerajaan Tikus dan Kucing
Gambar: Freepik
Dahulu di Pakistan terdapat sebuah rawa bernama Dawran. Rawa itu ratusan kilometer panjangnya. Di tengah rawa tersebut terdapat sebuah kota bernama Aydazinum.
Kota itu memiliki banyak hal yang menarik. Penduduknya sangat sejahtera, hingga bisa mendapatkan apa pun yang mereka inginkan. Di dalam kota itu ada seekor tikus bernama Mezra yang dinobatkan sebagai Raja Tikus di wilayah tersebut.
Kekuasaan Mezra bahkan meluas hingga ke desa-desa dipinggir kota. Untuk membantunya dalam memimpin para tikus, dia dibantu oleh tiga orang penasehat yang cerdas dan pemberani.
Suatu hari para penasehat berkumpul dengan sang raja tikus untuk membicarakan berbagai masalah yang terjadi di sekitar kerajaan mereka.
Di tengah perbincangan, Mezra si Raja Tikus berkata, “Apakah mungkin membebaskan diri kita dari teror kucing? Kita sudah sangat lama ditindas oleh para kucing itu.”
“Meski kita hidup nyaman dan memiliki banyak kesenangan, ketakutan kita terhadap kucing telah melenyapkan semua kenikmatan tersebut. Saya harap kalian bisa memberi saran bagaimana mengatasi masalah ini. Apa yang kalian pikir harus kita lakukan?”
“Saran saya…” ujar penasehat pertama. “…adalah mengumpulkan sebanyak mungkin lonceng kecil dan mengalungkan bel itu ke leher setiap kucing sehingga kita dapat mendengar mereka datang dan memiliki waktu untuk bersembunyi di lubang-lubang kita.”
Gambar: Freepik
Raja menoleh ke penasehat kedua dan berkata, “Bagaimana menurut kamu tentang sarannya itu?”
“Saya pikir itu sarang yang kurang baik,” ujar penasehat kedua. “Siapa yang berani memasang lonceng di leher kucing meskipun kepada seekor anak kucing?”
“Menurut saya, kita harus mengungsi untuk sementara waktu ke desa. Ketika kota kosong, kucing akan mencari di kota lain yang banyak tikusnya. Sehingga ketika kucing sudah tidak ada di kota kita, kita dapat kembali dengan aman,” lanjut penasehat kedua.
Mezra sepertinya masih kurang puas dengan ide dari penasihat kedua. Dia lalu menoleh ke penasehat ketiga yang dikenal paling cerdas dan bijaksana.
“Menurutmu bagaimana dengan saran tersebut?”
Penasehat ketiga menggeleng, “Saya tidak setuju. Jika kita meninggalkan kota dan tingal di desa, bagaimana bisa kita pastikan kucing-kucing itu akan menghilang, yang saya tahu sebagian besar kucing di kota ini menjadi peliharaan para pemiliknya. Andaipun mereka pergi ke kota lain, tidak ada jaminan bahwa mereka tidak akan kembali.”
“Yang lebih penting adalah tentang keselamatan para tikus. Kehidupan di desa jauh lebih berat dibandingkan dengan di kota. Di sana bukan hanya hidup para kucing liar, tetapi banyak binatang liar lain yang juga memangsa bangsa kita, beberapa di antaranya ular dan burung elang.”
“Saya setuju dengan pendapatmu itu,” ucap sang Raja. “Lalu apa menurutmu jalan keluar yang terbaik untuk masalah ini?”
“Saya berpendapat satu rencana yang paling masuk akal dan dapat kita lakukan. Raja harus memanggil seluruh tikus di kota dan memerintahkan mereka membangun lorong di dalam rumah-rumah orang kaya yang menghubungkan ke semua ruang dalam rumah.”
“Lalu kita masuk ke terowongan itu, tapi kita tidak akan menyentuh makanan manusia. Tugas kita hanya merusak pakaian, tempat tidur dan karpet mereka. Ketika melihat kerusakan itu, orang kaya akan berpikir, ‘Satu kucing sepertinya tidak cukup untuk mangatasi banyak tikus di sini.’ Dan dia pasti akan menambah satu lagi kucing peliharaan,” ujar penasehat ketiga.
“Begitu kucing ditambah, kita pun menambah jumlah kerusakan. Dia pasti akan menambah satu kucing lagi, lalu kita pun menambah kerusakan hingga tiga kali lipatnya. Manusia yang cerdas tentu akan berpikir, ‘hei kerusakan hanya sedikit ketika aku memiliki satu kucing. Kini ketika aku memiliki banyak kucing kerusakan di rumahku semakin bertambah parah.”
“Jika orang tersebut mengurangi jumlah kucingnya kita pun akan mengurangi jumlah kerusakan di rumah tersebut. Orang tersebut pasti berpikir, ‘aneh sekali’. Dia lalu akan menyingkirkan satu kucing lain. Kita mengikuti dengan mengurangi tingkat kerusakan. Dan akhirnya tentu saja dia akan menyingkirkan satu lagi kucing yang tersisa.”
“Saat itu merupakan waktu kita untuk mengherntikan merusak barang-barang orang kaya itu. Tentu para orang kaya akan berpikir, ‘Wah, ternyata bukan tikus yang merusak rumahku, malainkan kucing.’
Mereka tentu akan bercerita kepada orang lainnya. Karena mereka orang kaya tentu saja pengaruh mereka akan sangat besar untuk masyarakat di kota ini. Dan nantinya kucing akan diburu dan justru akan dimusnahkan.”
Gambar: Freepik
Raja Mezra pun mengikuti saran penasehat ketiga. Butuh waktu tidak terlalu lama hingga tidak ada satu pun kucing berada di kota tersebut. Bila mereka melihat lubang di pakaian mereka, orang-orang tetap yakin bahwa itu adalah ulah kucing.
Kini, jika itu terjadi, mereka pasti berkata, “Seekor kucing pasti telah menyelinap ke rumah tadi malam. Seekor kucing pasti mengendap-endap di kota tadi malam.”
Dengan cara itu, para tikus benar-benar berhasil membebaskan diri dari rasa takut terhadap kucing.
Itulah cerita fabel dari Pakistan yang berjudul “Kerajaan Tikus dan Kucing”. Dari cerita ini, pesan moral yang bisa Parents ajarkan kepada si kecil adalah untuk mencapai sesuatu terkadang kita memerlukan kecerdikan dan keberanian untuk melakukan hal yang tidak biasa.
Baca Juga:
Manfaat Membacakan Cerita Dongeng untuk Stimulasi Si Buah Hati
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.