Sudah menjadi rahasia umum bila masalah stunting di Indonesia masih merajalela, bahkan 1 di antara 3 anak di Indonesia mengalami stunting. Fakta yang menyedihkan bukan? Pertanyaan yang kemudian akan timbul, bagaimana cara mencegah stunting ?
Stunting merupakan kondisi anak berperawakan pendek, disertai dengan penurunan kognitif jangka panjang. Penyebabnya karena kurangnya kecukupan nutrisi (malnutrisi jangka panjang) di 1000 hari kehidupan awal seorang anak, atau sebelum usia dua tahun.
Jika hal ini terjadi, tentu saja akan memengarui tumbuh kembang si kecil di mana kemampuan kognitifnya akan berkurang, sehingga IQ nya pun menurun. Penting untuk digaris bawahi ada beberapa efek jangka pendek stunting yang meliputi terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, risiko gangguan pada pertumbuhan fisik meningkat, juga gangguan metabolisme.
Sedangkan, efek jangka panjangnya akan lebih irreversible alias fungsi kognitif dan kecerdasan tidak bisa kembali lagi seperti sedia kala. Bekebalan tubuh lemah, mudah sakit dan risiko tinggi munculnya penyakit metabolik.
Karena efek jangka panjangnya yang tidak bisa diperbaiki, oleh karena itulah para orangtua perlu mencegahnya. Hal ini ditegaskan oleh Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, SpA(K) dalam acara Media Workshop “MilkVersation Hari Gizi Nasional” Frisian Flag Indonesia, Rabu (23/1/2019) di Jakarta Pusat.
“Bayi sampai usia dua tahun itu tidak boleh mengalami malnutrisi sama sekali baik under maupun over,” ujar Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, SpA(K).
Pentingnya deteksi stunting pada anak
Dijelaskan oleh Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, SpA(K) penting bagi orangtua untuk melakuka pemantauan status tinggi dan berat badan anak secara rutin. Anak yang berusia di bawah dua tahun bisa diukur tinggi badannya dalam posisi tidur, sementara anak-anak di atas dua tahun bisa diukur dalam keadaan berdiri.
Tak hanya soal tinggi badan, stunting pada anak juga ditandai dengan penurunan berat badan dan penurunan fungsi kognitif anak. Hal ini sering terjadi ketika anak berusia 3-24 bulan.
Apabila tidak ada peningkatan tinggi badan, dan berat badan tidak kunjung naik, anak akan dimasukkan ke dalam program penanggulangan stunting.
“Kalau sudah stunting, harus dirujuk ke dokter spesialis anak, karena harus dokter spesialis anak yang menanngani kasus stunting. Lalu dokter akan membedakan stunting atau non-stunting, dan menatalaksanakan untuk menyelamatkan otaknya.”
Cara Mencegah Stunting Pada Anak
Lebih lanjut, Dr. Damayanti menegaskan karena kondisi stunting tak bisa diperbaiki, hal yang perlu dilakukan tentu saja mencegah agar anak Indonesia tidak mengalami stunting.
“Kita lihat lagi, masih bisa diperbaiki bila masih dibawah usia dua tahun. Kalau diatas usia dua tahun itu menjadi lebih sulit, dan kita akan kerja keras, karena anak bisa saja sudah tidak mau makan, padahal anak harus makan, makanan harus masuk baru dia membaik,” imbuh Damayanti.
Jika diagnosis cepat dilakukan, hal pertama yang akan dilakukan tentu saja memastikan asupan nutrisi anak diperbaiki, di mana dilakukan penambahan asupan energi, protein hewani dan stimulasi. Selain itu, perhatikan juga kecukupan waktu tidur anak di malam hari karena akan membantu merangsang produksi hormon pertumbuhan.
“Perbandingan protein dan energi harus 10 persen. Nggak cukup protein nabati saja, tapi juga harus hewani. Misal kebutuhan kalori anak 1000 maka 100 gram itu protein hewani. Anak juga harus mendapat hormon pertumbuhan artinya anak harus tidur cukup. Jadi jam 8 malam harus masuk kamar tidur,” tegasnya lagi.
Sayangnya, jika kondisi ini telat diketahui, meskipun keadaannya sudah membaik, DR. Damayanti meyakinkan bahwa pasien stunting tidak akan bisa memiliki kecerdasan atau fungsi kognitif seperti anak seusianya.
“Kalaupun membaik, dia tidak akan pernah bisa mencapai ke fungsi kognitif semula. Dan yang sebenarnya kita takutkan dari stunting bukan pendeknya, tapi kognitifnya. Dan kalau diperbaiki di usia lebih dari dua tahun, akan sangat sulit.”
Oleh karena itulah stunting dikatakan irreversible, yang artinya kemampuan kognitif anak tidak akan bisa kembali ke fungsi kognitif sesungguhnya.
Apakah efeknya akan permanen?
Kondisi stunting pada anak memang tidak boleh diabaikan. Bila di atas dua tahun belum bisa mengatasi stunting, akibatnya kondisi itu akan menetap, membuat IQ anak akan selalu di bawah rata-rata anak-anak yang tidak stunting.
“Karena ketidakmampuan otaknya, kita akan kehilangan anak yang cerdas dan berkualitas, anak yang semestinya bisa memimpin, jadi tidak bisa,” ucap DR. Damayanti.
Selain itu Dokter Anak Spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik ini juga mengatakan bahwa banyak yang perlu dilakukan untuk penanganan atau cara mencegah stunting pada anak. Misalnya seperti pemenuhan nutrisi dikontrol dengan ketat oleh dokter spesialis, memerhatikan kenaikan berat, panjang tubuh serta lingkar kepala, juga menstimulasi fungsi kognitif anak.
Dr. Damayanti melanjutkan, bahwa kondisi anak stunting bisa diintervensi dengan beberapa langkah di bawah ini:
- Saat hamil, konsumsi tablet penambah darah
- Penui kebutuan nutrisi saat hamil
- Lakukan IMD
- Berikan ASI eksklusif hingga 6 bulan
- Biasakan perilaku hidup bersih
- Terus pantau perumbuhan anak, baik berat badan, tinggi, dan lingkar kepala
- Berikan imunisasi yang lengkap untuk anak
- Berikan MPASI yang tepat untuk anak. Namun ingat, bahwa kandungan nutrisi yang baik untuk anak tidak harus mahal
Dengan mengetahui faktor pemicu stunting ini, diharapkan Parents bisa mencegah dengan memastikan kebutuhan nutrisi anak tercukupi dengan baik.
Baca juga:
Kenali salah satu penyebab anak pendek, bisa jadi akibat gangguan hormon!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.