Beberapa waktu terakhir, kasus Covid-19 di Indonesia melonjak tajam. Kondisi ini disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 varian delta yang memiliki tingkat penularan cukup tinggi. Akibatnya, banyak fasilitas kesehatan yang kewalahan menangani jumlah pasien yang membludak, sehingga banyak pasien yang harus memilih cara isolasi mandiri.
Tidak hanya itu, banyak lokasi isolasi yang juga penuh sehingga banyak pasien yang harus isolasi mandiri di rumah masing-masing. Biasanya, mereka yang isolasi di rumah merupakan pasien yang dinyatakan positif terpapar virus SARS-CoV-2 dengan gejala ringan, gejala sedang, dan tanpa gejala.
Isolasi mandiri dilakukan untuk memutus penularan virus agar tidak menyebar ke orang lain. Lalu, apa yang mesti dilakukan?
Salah seorang dokter yang banyak mengedukasi perkara Covid-19, dr. Tirta Mandira Hudhi pun memberikan penjelasan. Melalui kanal Youtube-nya, Tirta PengPengPeng, dr. Tirta mengatakan bahwa seseorang wajib isolasi mandiri atau isoman ketika ia dinyatakan terpapar virus corona dengan gejala ringan, gejala sedang, dan tanpa gejala.
Aktivitas yang dilakukan pun berbeda-beda, tergantung gejalanya. Ini deretan cara isolasi mandiri tergantung dari gejala yang dialami oleh masing-masing individu.
Artikel terkait: 10 Anggota Keluarga Positif COVID-19, Ayah Meninggal karena Terpapar Virus Varian Delta
Cara isolasi mandiri orang tanpa gejala (OTG)
Apabila seseorang yang terinfeksi tidak mengalami gejala apa pun, berikut hal yang bisa dilakukan.
- Pasien isolasi mandiri tanpa gejala cukup isolasi mandiri selama 10 hari
- Ketika menjalani isolasi tersebut, ia tidak perlu mengonsumsi obat-obatan apa pun
- Pasien dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan protein untuk mengganti sel tubuh yang rusak
- Pasien mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C dan vitamin D
- Pasien harus banyak istirahat (bedrest)
- Pasien boleh melakukan olahraga, tetapi tidak boleh melakukan olahraga berat yang menyebabkan kelelahan
- Banyak minum air putih
Selain itu, pasien yang tidak bergejala tidak harus melakukan tes swab setelah masa isolasi mandiri berakhir. Hal ini disebabkan, setelah 10 hari tanpa gejala, kemampuan virus sudah tidak aktif (inactive) atau dormant.
“Seseorang yang sudah bebas gejala selama 10 hari, apa pun hasil PCR-nya, itu tidak berpengaruh karena kemampuan virus tersebut sudah inactive atau dormant,” ungkap dokter lulusan Universitas Gadjah Mada ini.
Artikel terkait: Kenali Segera 3 Tanda Kondisi Pasien COVID-19 Memburuk, Jangan Sampai Terlambat!
Orang dengan gejala ringan
Orang dapat digolongkan gejala ringan apabila ia mengalami beberapa gejala berikut.
- Demam lebih dari 2 hari
- Nyeri sendi
- Batuk ringan tanpa sesak napas
- Anosmia
Apabila mengalami gejala-gejala tersebut, dr. Tirta menyarankan untuk mengobati gejala yang ditimbulkan. Ketika seseorang mengalami demam selama 2 hari, ia bisa minum paracetamol 500 mg tiga kali sehari.
Jika seseorang mengalami nyeri perut, ia bisa minum antasida 500 mg dua hingga tiga kali sehari. Di samping itu, inilah beberapa hal yang direkomendasikan oleh dr. Tirta untuk pasien Covid-19 yang mengalami gejala ringan.
- Minum cukup air
- Mengonsumsi makanan berprotein tinggi
- Istirahat cukup (bedrest)
- Disarankan untuk tidak berolahraga
- Melakukan isolasi mandiri antara 10 sampai 14 hari, isolasi bisa berjalan sampai 17 hari apabila di hari ke-14, pasien masih dinyatakan positif
- Wajib PCR setelah isoman
- Setelah selesai isolasi mandiri, disarankan untuk membersihkan ruangan dengan desinfektan.
Artikel terkait: Benarkah Air Kelapa Hijau Dapat Mengobati COVID-19? Cek 5 Fakta Berikut Ini!
Cara isolasi mandiri orang dengan gejala sedang
Jika seseorang mengalami gejala sedang, ia harus berkonsultasi dengan dokter dan harus berada di rumah sakit atau di shelter isolasi. Namun, apabila tidak memungkinkan, orang dengan gejala sedang bisa isolasi mandiri di rumah, tetapi harus dipantau terus saturasi oksigennya oleh dokter.
Selain itu, apabila ketika isolasi mandiri berjalan mengalami batuk yang memberat, segera bawa ke rumah sakit. Sebab, dikhawatirkan pasien mengalami happy hypoxia. Berikut ini beberapa hal yang harus dilakukan oleh pasien dengan gejala sedang.
- Melakukan rontgen dan cek darah lengkap untuk melihat aktivitas paru-paru dan darahnya.
- Seseorang diperbolehkan isolasi mandiri di rumah apabila hasil rontgen menunjukkan tidak ada bercak keputihan di paru-paru dan kondisi darah bagus. Dalam kondisi ini, pasien akan mendapat resep obat dari dokter sesuai kebutuhan. Biasanya yang diberikan adalah obat antiviral yang mengurangi aktivitas virus dan tidak memperburuk gejala, tetapi perlu dicatat bahwa obat ini tidak membunuh virus.
- Harus menyediakan oksigen di rumah
- Menghindari makanan yang berminyak dan mengandung kolesterol tinggi
- Membatasi asupan gula/karbohidrat
- Mengonsumsi makanan kaya antioksidan, seperti brokoli, kembang kol, tomat, wortel
- Mengonsumsi makanan yang mengandung bawang putih, bawang merah, dan jahe merah. Jahe merah mengandung zat antiinflamasi yang dapat melancarkan aliran darah ke tenggorokan sehingga mempercepat penyembuhan.
- Mengonsumsi makanan kaya protein
- Minum banyak air putih
- Lakukan hal-hal yang menyenangkan diri sendiri
Dalam video sepanjang 10 menit lebih tersebut, dr. Tirta juga menekankan pasien untuk tidak mengobati diri sendiri. Sebab, pemberian obat yang salah dapat menyebabkan dampak negatif.
“Pemberian obat harus tepat dosis, sasaran, waktu, dan cara penggunaan,” tegasnya. Ia pun menjelaskan dampak negatif yang dapat terjadi, yakni sebagai berikut.
- Efek samping jangka panjang.
- Pemberikan antibiotik tanpa resep dokter dapat menyebabkan bakteri dan virus resisten
- Dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, terutama hati dan ginjal.
Baca juga:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.