Candi Singosari merupakan salah satu destinasi wisata yang sayang untuk dilewatkan jika berkunjung ke Malang, Jawa Timur. Karya terakhir dari Kerajaan Singasari ini berlokasi tepat di Desa Candirenggo, Kecamatan Singasari. Dahulu, candi ini dijadikan tempat pendharmaan bagi raja terakhir Kerajaan Singasari, yaitu Kertanegara.
Hingga kini, Candi Singosari masih menjadi salah satu objek wisata bernuansa kebudayaan yang banyak diminati. Bahkan, pesonanya tak lekang oleh waktu meski telah berusia ratusan tahun.
Di balik kemegahannya, candi yang satu ini juga menyimpan sejumlah fakta menarik yang mungkin belum banyak diketahui orang. Penasaran apa saja? Kali ini pembahasannya telah dirangkum untuk Parents. Yuk, simak!
5 Fakta Menarik Candi Singosari
Para ahli memperkirakan bahwa Candi Singosari didirikan sekitar tahun 1300 M. Berdasarkan beberapa bukti sejarah yang tertulis pada Kitab Negarakertagama dan Prasasti Gadjah Mada yang ditemukan di pelataran, disebutkan candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Kertanegara, raja terakhir dari Kerajaan Singhasari.
Candi ini pun tak lepas dari berbagai fakta yang tersimpan di dalamnya. Berikut ini enam fakta menarik Candi Singosari yang tak banyak diketahui.
1. Candi Setengah Jadi
Hal pertama yang menarik untuk diamati pada Candi Singosari adalah hiasan candi. Pada umumnya, bangunan candi memiliki hiasan yang rata pada seluruh bagian atau badan candi, tetapi berbeda dengan Candi Singosari.
Faktanya, hiasan yang terdapat pada bangunan Candi Singosari tidak seluruhnya diselesaikan. Ada dugaan kuat yang berkembang di masyarakat bahwa dahulu Candi Singosari belum selesai dikerjakan, tetapi kemudian ditinggalkan.
Candi Singosari | Image: merdeka.com
Alasan mengapa candi ini belum selesai dikerjakan kerap dikaitkan dengan peperangan yang dihadapi oleh Kerajaan Singhasari kala itu. Sekitar tahun 1292 telah terjadi seranan dari kerajaan Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang terhadap Kerajaan Singhasari.
Serangan raja Jayakatwang tersebut mampu menghancurkan kerajaan Singhasari. Alhasil, Raja Kertanegara beserta pengikutnya pun terbunuh. Akibat dari kehancuran kerajaan Singhasari itulah, maka pembangunan Candi Singosari tidak diselesaikan dan akhirnya terbengkalai.
Meskipun demikian, tidak selesainya bangunan candi ini memberikan manfaat tersendiri bagi peradaban manusia yang ingin mengetahui bagaimana teknik pembuatan hiasan (ornamen) candi. Dari “candi setengah jadi” inilah dapat diketahui bahwa hiasan candi dikerjakan dari atas ke bawah.
Hiasan pada bagian atas candi dikerjakan dengan sempurna dan bagian tubuh candi (tengah) sudah selesai sebagiannya. Sementara itu, bagian bawah candi sama sekali belum terselesaikan.
2. Arca-arca yang Berserakan
Selain hiasan candi yang belum diselesaikan, di halaman Candi Singosari terdapat pula beberapa arca yang tampak berserakan. Meskipun arca-arca tersebut bisa dibilang tidak utuh lagi, beberapa di antaranya masih dapat diketahui merupakan arca tubuh dewa-dewi.
Arca | Image: nativeindonesia.com
Bahkan, terdapat satu arca Dewi Parwati yang memiliki bagian kepala yang terlihat “aneh”. Terbilang aneh karena bagian atas (kepala) dari arca tersebut tampak seperti bukan kepala arca yang sebenarnya. Ada dugaan bahwa kepala arca yang sesungguhnya telah putus dan tidak ditemukan kembali.
Selain arca Dewi Parwati, terdapat pula arca Resi Agastya, dan banyak lagi arca-arca lain yang bernilai seni tinggi di lokasi candi ini. Namun, pada zaman kolonial Belanda, sebagain besar arca yang paling bagus telah diambil. Arca-arca itu sekarang tersimpan di Institut Tropika Kerajaan, Leiden, Belanda.
3. Patung Penjaga Terbesar di Dunia
Patung penjaga candi dalam kepercayaan Hindu dilambangkan dengan arca Dwarapala. Dwara berarti “jalan” dan Pala berarti “penjaga”. Jadi, Dwarapala bisa diartikan sebagai penjaga jalan atau pintu gerbang pada candi atau istana.
Dwarapala sendiri digambarkan sebagai sosok raksasa yang menyeramkan dan membawa gada. Sosok ini persis seperti yang terlihat pada Candi Singosari. Terdapat dua arca Dwarapala sebagai patung penjaga Candi Singosari. Kedua arca ini memiliki bentuk yang sangat besar dan juga unik karena keduanya menghadap ke arah yang berbeda.
Arca Dwarapala yang ada di selatan menghadap ke utara dengan posisi jongkok. Tangan kanan memegang gada dan tangan kiri memegang lutut. Sedangkan arca Dwarapala yang berada di bagian utara menghadap ke arah timur dengan tangan kanan memberikan kode dua jari serta tangan kiri memegang gada terbalik.
Arca Dwarapala | Image: kebudayaan.kemdikbud.go.id
Perbedaan ini konon menyesuaikan tugas masing-masing. Dwarapala yang memberikan kode dua jari dengan tangan kanannya memiliki arti mengingatkan rakyat untuk taat beragama.
Kedua arca tersebut juga tampak menggunakan mahkota dengan ukiran ular dan lambaian tengkorak. Pada telinga dari kedua Dwarapala tersebut terdapat anting (kundala) yang bermotif tengkorak. Motif yang sama juga terdapat pada kalung (hara) yang ada di leher Dwarapala.
Tidak hanya itu, ada pula hiasan lain berupa selempang atau tali kasta (upavita) yang menyilang dengan hiasan ular. Dwarapala ini juga menggunakan kelat bahu (keyura), gelang tangan (kankana) serta gelang kaki.
4. Fungsi Candi Singosari
Banyak orang yang menganggap bahwa candi ini adalah makam dari Raja Kertanegara. Namun, anggapan itu diragukan oleh para ahli sejarah. Para ahli lebih meyakini fungsi Candi Singosari sebagai tempat pemujaan dan penyembahan terhadap dewa-dewi.
Candi Singosari | Image: jejakpiknik.com
Hal itu dikarenakan posisi Candi Singosari yang didirikan tepat di antara Gunung Arjuna dan Pegunungan Tengger. Selain itu, terdapat pula sistem mandala dengan konsep candi Hindu yang memiliki fungsi sebagai media pengubah air biasa menjadi air suci (amerta).
Bukan hanya itu, bagian-bagian dari bangunan candi juga memiliki arti dan fungsi yang merujuk pada keagamaan. Salah satunya yakni adanya arca Resi Agastya yang dipercaya sebagai penyebar agama Hindu dari India.
Hal-hal itulah yang menguatkan keyakinan para ahli bahwa Candi Singosari merupakan tempat pemujaan dan penyembahan, bukan sebagai makam raja terakhir dari Kerajaan Singhasari yang bernama Raja Kertanegara.
5. Berdekatan dengan Situs Sejarah Lainnya
Bagi wisatawan yang telah puas menikmati situs Candi Singosari juga bisa melanjutkan perjalanan ke lokasi yang masih berkaitan dengan sejarah klasik. Salah satunya yaitu ke Candi Sumberawan. Candi ini hanya berjarak 1.8 km dari Candi Singosari.
Apabila Parents ingin menyelami objek wisata lainnya dengan tema sejarah tapi berasal dari masa yang lebih modern, maka Museum Angkut dan Museum Satwa bisa menjadi pilihan selanjutnya. Museum Angkut berjarak hanya 15.1 km, sedangkan Museum Satwa berjarak hanya 14.2 km.
Candi Sumberawan | Image: newshub.di
Jika ingin melanjutkan perjalanan wisata berikutnya ke lokasi yang lebih modern, seperti taman hiburan dan sejenisnya, Parents juga bisa mengunjungi banyak pilihan destinasi wisata lain di sekitar sini.
Dalam radius kurang dari 14 km, kita bisa menemukan Batu Secret Zoo sejauh 13.9 km, Taman Rekreasi Jawa Timur Park 2 sejauh 14.2 km, Wahana Edukasi Green Park sejauh 14.5 km, Taman Safari Prigen sejauh 12.4 km, serta Jawa Timur Park 3 sejauh 12.4 km.
6. Rute Menuju Candi Singosari
Ingin berkunjung ke Candi Singosari? Jangan khawatir! Akses menuju candi bersejarah ini sangat mudah. Parents bisa menggunakan mobil, motor, atau bus pariwisata ukuran besar maupun kecil. Parents juga bisa menggunakan layanan kereta api untuk sampai di lokasi yang dituju.
Jika menggunakan angkutan umum seperti bus, maka kita bisa berangkat dari Surabaya atau Malang. Dari Surabaya bisa menggunakan bus jurusan Malang, sebaliknya dari Malang bisa menggunakan bus jurusan Surabaya.
Kemudian, turun di Pasar Singosari atau tepatnya Jalan Kertanegara. Setelah itu, Parentskita bisa memilih naik delman untuk menuju Candi Singosari yang berjarak kurang lebih 1,5 km dari Pasar Singosari.
Delman | Image: jybmedia.com
Apabila menggunakan kereta api, maka kita bisa berangkat dari stasiun kereta api di Surabaya ataupun di Malang. Dari Stasiun Surabaya Gubeng bisa menggunakan kereta api Penataran Jurusan Blitar. Sebaliknya, dari Stasiun Malang bisa menggunakan kereta api Penataran Jurusan Surabaya.
Selanjutnya, kita bisa turun di Stasiun Singosari. Dari stasiun kita bisa lanjut perjalanan dengan berjalan kaki sekitar 700 meter untuk sampai di Pasar Singosari. Setelah itu, naik delman menuju Candi Singosari.
Itulah beberapa fakta menarik yang terungkap dari Candi Singosari, seperti memiliki patung penjaga terbedar, bangunan candi yang belum diselesaikan, fungsi candi sebagai tempat pemujaan, dan sebagainya. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kita akan kebudayaan bangsa, ya!
Baca Juga:
10 Daftar Pondok Pesantren di Jawa Timur dengan Kualitas Terbaik
3 Resep Rawon Khas Jawa Timur yang Menggugah Selera
Sejarah Rujak Cingur Khas Jawa Timur dan 3 Resepnya yang Mudah Dibuat
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.