X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

Cek! Ternyata Ini yang Menyebabkan Seseorang Alami Buta Warna

Bacaan 5 menit
Cek! Ternyata Ini yang Menyebabkan Seseorang Alami Buta Warna

Bisakah kondisi ini dicegah?

“Bagaimana ya, orang yang mengalami buta warna, apakah mereka tidak bisa melihat semua warna? Apakah apa yang dilihatnya ibarat film hitam putih saja?”

Pertanyaan ini mungkin terbersit di benak saat membayangkan seseorang yang tida bisa melihat warna secara normal atau buta warna. 

Nyatanya, ketidakmampuan individu untuk melihat warna secara normal ini sebenarnya bisa diartikan sebagai kesulitan untuk melihat atau membedakan warna-warna tertentu saja. Dan yang paling umum terjadi adalah buta warna merah-hijau, dan yang lebih jarang tidak bisa melihat warna biru-kuning.

Istilah ‘buta warna’ sebetulnya kurang tepat karena individu yang benar-benar buta, atau hanya bisa melihat hitam dan putih, sangatlah jarang. Dalam bahasa medis, kondisi ini disebut sebagai defisiensi penglihatan warna (color vision deficiency). 

Kondisi medis ini memang lebih banyak diderita oleh laki-laki ketimbang perempuan (5-8 persen vs 0,5 persen). Kelainan ini umumnya mengenai kedua mata secara merata dan bersifat stabil (tidak membaik ataupun memburuk) seiring dengan bertambahnya usia.

Jenis-jenis Buta Warna

Buta warna

Mata manusia mengandung sel-sel pendeteksi cahaya yang disebut dengan fotoreseptor. Ada dua jenis fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang adalah sel-sel yang sangat sensitif terhadap tingkat pencahayaan yang rendah sehingga mampu membedakan gelap dan terang.

Sedangkan, sel kerucut sensitif terhadap gelombang cahaya yang berbeda-beda sehingga mampu membedakan warna. Otak menggunakan input dari sel-sel kerucut ini untuk menentukan persepsi individu terhadap warna.

Sel kerucut sendiri dibagi menjadi tiga, yakni yang berfungsi mendeteksi cahaya merah (gelombang panjang), cahaya hijau (gelombang sedang), dan cahaya biru (gelombang pendek). Individu dengan penglihatan warna yang normal memiliki trikromasi, yang berarti ketiga jenis sel kerucut ini jumlahnya normal. Sedangkan individu dengan buta warna mungkin kekurangan sebagian atau semua sel kerucut.

Jenis kelainan dapat berupa:

  • Dikromasi, di mana hanya ada dua jenis sel kerucut yang berfungsi.
  • Trikomasi anomali, yang berarti ketiga jenis sel kerucut ada, namun salah satunya tidak mampu mendeteksi warna secara normal.
  • Monokromasi atau akromatopsia, yang terjadi ketika hanya satu atau tidak ada sama sekali sel kerucut yang berfungsi normal.

Secara umum, individu dengan trikromasi anomali mengalami ketidak mampuan melihat warna yang lebih ringan ketimbang individu dengan dikromasi. Sedangkan individu dengan monokromasi atau akromatopsia mengalami buta warna yang paling bermakna.

Pada kelainan ini, berbagai warna yang berbeda tampak abu-abu, sama seperti sedang menonton film hitam-putih. Kondisi ini biasanya pun berhubungan dengan kelainan mata lain seperti ambliopia (mata malas), nistagmus (gerakan mata cepat dan tidak disadari), sensitif terhadap cahaya dan buruknya ketajaman penglihatan. Meski demikian, akromatopsia jarang ditemukan di populasi.

Gejala yang Perlu Diketahui

Buta warna

Gejala seseorang tidak bisa melihat warna secara warna dapat bersifat ringan hingga berat. Individu yang mengalami gejala ringan rata-rata tidak menyadari bahwa mereka ‘buta warna’. Pada anak, ketidakmampuan melihat warna ini sering kali baru disadari ketika orang tua menyadari si Kecil sulit membedakan warna pada lampu lalu lintas atau saat menyebutkan materi edukasi terkait warna. 

Gejala buta warna yang tersering yakni sulit membedakan warna dan tingkat kecerahan warna, sulit membedakan bayangan warna yang mirip, seperti merah dengan hijau atau biru dengan kuning, dan beberapa warna tampak sama. Buta warna tidak memengaruhi ketajaman penglihatan kecuali pada kasus yang sangat berat.

Apa yang Menyebabkan Kelainan Ini Terjadi?

Buta warna

Sebagian besar kasus ketidak mampuan melihat beberapa warna ini bersifat kongenital atau bawaan lahir. Pada yang seperti ini, buta warna merupakan kelainan genetik yang diwariskan ibu kepada anak laki-lakinya. Kelainan terjadi akibat tidak adanya sebagian atau seluruh sel kerucut pada retina.

Kondisi ini terjadi pada kedua mata dengan spektrum ringan hingga berat, serta keparahannya tidak berubah seiring bertambahnya usia.

Sebagian lain dari kasusnya juga bersifat didapat (acquired). Yang seperti ini terjadi di kemudian hari dan disebabkan oleh penuaan, penyakit mata, cedera pada mata, efek toksik obat-obatan, serta penyakit metabolik maupun pembuluh darah. Buta warna bisa hanya terjadi pada satu mata dan cenderung memburuk seiring bertambahnya usia.

Adanya faktor-faktor tertentu juga meningkatkan risiko individu mengalami buta warna. Salah satunya adalah jenis kelamin pria. Kurang lebih 1 dari 10 pria mengalaminya.

Adanya riwayat penyakit berikut juga meningkatkan risiko buta warna:

  • Glaukoma atau tekanan bola mata tinggi
  • Diabetes
  • Degenerasi makular 
  • Penyakit Alzheimer
  • Penyakit Parkinson
  • Alkoholisme kronis
  • Leukemia
  • Anemia sel sabit

Menggunakan obat-obatan dalam jangka panjang yang ditujukan untuk penyakit jantung, tekanan darah tinggi, artritis reumatoid, disfungsi ereksi, infeksi, gangguan saraf dan psikologis, lama-kelamaan pun dapat menurunkan kemampuan melihat dan membedakan warna.

Diagnosis

Cek! Ternyata Ini yang Menyebabkan Seseorang Alami Buta Warna

Individu yang dicurigai buta warna dapat diperiksa melalui tes sederhana yang disebut dengan tes Ishihara. Tes ini menunjukkan pola-pola yang dibentuk oleh titik-titik berwarna tertentu.

Individu yang bisa melihat warna secara normal dapat menyebutkan angka atau bentuk di antara titik-titik tersebut sedangkan yang tidak bisa melihat secara normal akan kesulitan atau bahkan tidak melihat pola apapun. Bila hasil tes positif, dokter akan melakukan tes yang lebih kompleks untuk mengonfirmasinya. 

Cerita mitra kami
Selain Menjaga Kebersihan, Ini Upaya Lain yang Dapat Dilakukan untuk Mencegah Hepatitis A
Selain Menjaga Kebersihan, Ini Upaya Lain yang Dapat Dilakukan untuk Mencegah Hepatitis A
Mengenal Lebih Jauh Gejala Hepatitis A
Mengenal Lebih Jauh Gejala Hepatitis A
Diare dan Dehidrasi pada Anak
Diare dan Dehidrasi pada Anak
Faktor Risiko Hepatitis A: Seseorang Lebih Mudah Terkena Hepatitis A Jika Memiliki Kondisi Ini
Faktor Risiko Hepatitis A: Seseorang Lebih Mudah Terkena Hepatitis A Jika Memiliki Kondisi Ini

Bisakah Dicegah dan Diobati ?

Cek! Ternyata Ini yang Menyebabkan Seseorang Alami Buta Warna

Hingga kini, belum ada cara untuk mengobati buta warna kongenital. Namun, penggunaan lensa kontak atau kacamata dengan filter khusus dapat membantu individu dalam membedakan warna-warna yang serupa.

Perlu diketahui bahwa penggunaan alat bantu ini tetap tidak dapat sepenuhnya mengoreksi seseorang yang tidak mampu melihat warna secara normal. Sedangkan untuk buta warna yang didapat, yakni yang disebabkan oleh penyakit atau obat-obatan tertentu, dapat membaik bila penyebabnya diketahui dan diobati dengan tepat.

Jika ketidakmampuan melihat warna secara normal yang dialami sejak lahir tidak dapat dicegah. Namun, sebelum memasuki usia sekolah anak-anak perlu menjalani pemeriksaan kesehatan mata dan tes buta warna. Mengenali gangguan mata sejak dini akan membantu anak beradaptasi sehingga tidak mengganggu proses belajar.

Sebaliknya, individu dapat menurunkan peluang mengalami buta warna yang didapat di kemudian hari. Caranya dengan rutin melakukan pemeriksaan mata satu tahun sekali serta menjalani pola hidup yang sehat.

 

Baca Juga:

Depresi Kronis atau Distimia, Kenali Gejalanya Sebelum Terlambat

Cara Membuat Oralit di Rumah untuk Bayi dan Anak, Ini Panduan Lengkapnya!

13 Gejala Batu Amandel, Bagaimana Cara Mengobatinya?

 

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

dr. Fiona Amelia, MPH

Diedit oleh:

Adisty Titania

  • Halaman Depan
  • /
  • TAPpedia
  • /
  • Cek! Ternyata Ini yang Menyebabkan Seseorang Alami Buta Warna
Bagikan:
  • Sindrom Asperger pada Anak: Penyebab, Gejala, Perawatan

    Sindrom Asperger pada Anak: Penyebab, Gejala, Perawatan

  • Radang Tenggorokan pada Anak: Kenali Gejala, Penyebab, serta Pertolongan Pertama

    Radang Tenggorokan pada Anak: Kenali Gejala, Penyebab, serta Pertolongan Pertama

  • Bukan Hanya Menopause, Ini Penyebab Hot Flashes dan Cara Mengatasinya

    Bukan Hanya Menopause, Ini Penyebab Hot Flashes dan Cara Mengatasinya

Author Image

dr. Fiona Amelia, MPH

Medical Writer dengan pengalaman di dunia kesehatan digital selama 5 tahun terakhir. Dokter sekaligus ibu dari 2 putra ini memiliki passion yang kuat di dalam dunia parenting serta edukasi seputar kesehatan ibu dan anak. Menyukai travelling dan olahraga, khususnya bulutangkis dan bersepeda. Untuk kontak, email di [email protected] atau DM Instagram @amelifio.
  • Sindrom Asperger pada Anak: Penyebab, Gejala, Perawatan

    Sindrom Asperger pada Anak: Penyebab, Gejala, Perawatan

  • Radang Tenggorokan pada Anak: Kenali Gejala, Penyebab, serta Pertolongan Pertama

    Radang Tenggorokan pada Anak: Kenali Gejala, Penyebab, serta Pertolongan Pertama

  • Bukan Hanya Menopause, Ini Penyebab Hot Flashes dan Cara Mengatasinya

    Bukan Hanya Menopause, Ini Penyebab Hot Flashes dan Cara Mengatasinya

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.