Minuman manis dengan bola-bola terbuat dari tapioka sering disebut bubble drink atau bubble tea. Bubble tea merupakan menu pencuci mulut khas Asia yang kini semakin menjamur ke banyak negara termasuk Indonesia.
Saat peneliti Jerman mempublikasikan bahwa bola-bola tapioka yang awalnya berasal dari Taiwan ini mengandung bahan kimia penyebab kanker, mereka kemudian menuduh Taiwan tidak menguji kualitas produk mereka.
Di sisi lain, Taiwan dan juga lembaga pengawas makanan dari Singapura mengaku telah menguji secara independen. Menurut mereka, bola-bola mutiara tersebut aman untuk dikonsumsi.
Namun, maukah Parents membiarkan anak minum bubble tea setelah mengetahui fakta-fakta berikut ini?
Bubble tea yang menjadi favorit semua orang kemungkinan tidak aman dikonsumsi
Jerman memutuskan untuk mengadopsi kegemaran orang Asia yaitu minum bubble tea. Bola-bola tapioka hitam kecil (yang biasa disebut bubble atau pearl atau mutiara) ini dimasukkan dalam menu McCafe di Jerman yang telah mengalami penyesuaian.
Namun, ketika bubble yang diimpor dari Taiwan ini diuji di lab, banyak peringatan kesehatan yang dikeluarkan agar masyarakat tidak meminum bubble drink ini.
Artikel terkait: 10 Makanan Dari China yang Berbahaya dan Harus Anda Hindari
Bahan kimia seharusnya tidak ada dalam makanan
Huffington Post melaporkan bahwa para peneliti Jerman di University Hospital Aachen mengklaim bahwa mereka menemukan bahan kimia penyebab kanker pada bola-bola tapioka. Seperti yang dikutip, ilmuwan menemukan, “Bifenil poliklorinat atau PCB seperti stirena, asetofenon, dan zat brominasi – bahan kimia yang seharusnya tidak ada sama sekali dalam makanan.”
Bola-bola tapioka ini didapatkan dari sebuah chain company yang tak disebutkan namanya di Jerman. Tidak jelas apakah hanya satu kejadian saja atau memang semua bola-bola tapioka dari Jerman mengandung PCB.
Huffington Post juga menyebutkan bahwa PCB – yang biasanya ditemukan pada lampu neon – telah diketahui menyebabkan kanker sekaligus memengaruhi sistem kekebalan tubuh, sistem reproduksi, dan juga sistem saraf.
Laporan ini menambah daftar peringatan akan bahaya mutiara atau bubble yang dapat menyebabkan anak tersedak, terutama untuk mereka yang masih kecil.
Bahaya mengonsumsi PCB
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, PCB merupakan penyebab kanker yang ditemukan pada bola-bola tapioka. Menurut University of Queensland, PCB akan memberi efek buruk pada penderita asma.
Ibu yang terpapar PCB sebelum maupun selama hamil akan melahirkan bayi yang memiliki masalah kesehatan, termasuk IQ lebih rendah dari normal dan memori yang buruk. Anak-anak yang terlahir dengan memiliki paparan PCB juga memiliki berat lahir lebih rendah dibanding bayi lainnya.
Bayi-bayi ini juga memiliki lingkar kepala lebih kecil. PCB memang memberikan banyak pengaruh pada anak-anak, terutama mereka yang telah terpapar PCB sejak dini akan mengurangi respon terhadap vaksin.
Efek PCB dalam jangka panjang akan terakumulasi dan tersimpan sebagai lemak tubuh. Tidak seperti bahan kimia lain yang dapat larut dalam air, PCB tidak akan pernah benar-benar bisa hilang dari tubuh.
Bahayanya lagi, PCB dapat berpindah dari ibu ke bayi melalui ASI.
Jadi, bubble tea = kanker?
Perusahaan pembuat bubble dari Taiwan menyatakan bahwa bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan bola-bola tapioka telah mengikuti peraturan dan standar kesehatan Jerman, sehingga aman untuk dikonsumsi. Pernyataan ini membantah klaim bahan kimia penyebab kanker.
Laporan yang dipublikasikan Huffington Post secara spesifik menyebutkan bahwa pearls yang diuji adalah yang diimpor dari Taiwan. Isu ini telah membuat usaha bubble tea di Berlin mengalami kebangkrutan, salah satunya BoBoQ – sebuah toko bubble tea Berlin yang mengimpor bahan-bahannya dari Taiwan.
Selain itu, kantor perwakilan Taiwan di Jerman mengeluarkan klarifikasi tanggal 31 Agustus yang menyatakan bahwa produk mereka telah diuji sebelum diekspor. Pernyataan ini juga menekankan bahwa pengecekan secara berkala dilakukan untuk memastikan bahwa bola-bola tapioka tersebut telah memenuhi standar di negara tujuan impor.
Tanggapan di Singapura
Lembaga pengawas makanan di Singapura membuat pernyataan yang dipublikasikan Channel News Asia tanggal 13 Oktober 2012 setelah pengujian terakhir bola-bola tapioka, yaitu bahwa pearls termasuk ‘baik dalam batas keamanan makanan internasional’. Hal ini menegaskan bahwa makanan yang tidak lulus standar kualitas tidak mungkin dijual di Singapura.
Bola-bola tapioka membuat tubuh gendut
Tapioka sendiri tidak mengandung lemak, tapi kanji kosong dalam pearls tetap mengandung kalori yang dapat menambah berat badan Anda. Satu ons bola-bola tapioka mengandung 100 kalori.
Bila kalori dari mutiara ini ditambah kalori dari minuman yang biasanya sangat manis, maka bubble tea menganduk lemak dan kalori yang sangat besar. Menikmati satu gelas bubble tea dengan satu ons bola-bola tapioka berarti Anda harus jogging selama 12 menit atau bersepeda selama 40 menit.
Jadi, bagaimana nih Bun? Masih mau mengonsumsi bubble drink atau memberikan minuman ini pada anak?
Baca juga:
10 Kandungan berbahaya dalam makanan anak yang sering tidak disadari orangtua
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.