Brem adalah salah satu makanan ringan khas Indonesia yang berasal dari Madiun, Jawa Timur. Terbuat dari sari tape yang difermentasikan, makanan ini jadi cemilan manis yang sangat disukai masyarakat Indonesia.
Namun, bagaimana bila Bumil ingin makan brem? Amankah brem untuk ibu hamil? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Apa itu brem?
Dilansir dari Liputan 6, brem merupakan makanan ringan khas daerah Madiun, Wonogiri dan Bali, yang dibuat dari sari ketan yang telah difermentasi dan diendapkan selama sehari semalam.
Brem dari madiun umumnya berwarna putih kekuningan, berbentuk balok, dan memiliki rasa asam manis. Sementara itu, brem Wonogiri berbentuk bulat, berwarna putih, rasanya manis, dan sangat mudah larut saat dimasukkan ke dalam mulut. Brem Bali adalah yang paling berbeda, karena berupa cairan berkadar alkohol tinggi.
Meskipun banyak yang kurang menyukai brem karena memiliki kandungan alkohol, panganan ini sendiri memiliki beberapa manfaat. Kadar alkohol rendah pada brem dapat menaikkan kadar hormon yang diyakini dapat bermanfaat bagi pembuluh darah.
Berdasarkan penelitian dari Lembaga Riset Nutrisi dan Makanan di Belanda, mengonsumsi alkohol secara tidak berlebihan dapat mengurangi risiko serangan jantung. Alkohol akan menurunkan penyumbatan akibat peradangan pada pembuluh darah arteri, dan menurunkan kadar asam dalam darah.
Alkohol juga dapat meningkatkan DHEAS (dehydro-epiandrosterone) yang mempunyai manfaat memperlancar peredaran darah dalam tubuh.
Selain itu, brem ternyata juga dipercaya bermanfaat bagi kesehatan kulit. Masyarakat Madiun percaya bahwa mengonsumsi brem dapat membuat kulit wajah terasa halus dan menghilangkan jerawat
Amankah brem untuk ibu hamil?
Dilansir dari Klik Dokter, sebelum mengonsumsi brem, Bumil baiknya memperhatikan kadar alkohol yang terdapat dalam brem yang akan dikonsumsi.
Sebab, ada beberapa produk brem padat yang sudah memiliki kadar alkohol cukup tinggi akibat proses fermentasi. Kadar alkohol yang cukup tinggi dari brem ini berisiko kepada proses kehamilan.
Kadar alkohol yang tinggi dalam darah ibu dapat mengalir ke bayi melalui tali pusat. Di dalam tubuh bayi, alkohol tersebut akan dipecah di hati.
Namun sayangnya karena hati bayi belum terbentuk secara sempurna dan masih dalam tahap perkembangan, maka hati bayi belum dapat memecah alkohol dengan sempurna.
Akibatnya, tubuh bayi terdapat kadar alkohol yang tinggi di dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan beberapa komplikasi kehamilan, seperti:
- Keguguran
- Bayi lahir mati
- Bayi lahir prematur
- Bayi lahir dengan berat badan rendah
- Cacat fisik
Tidak hanya masalah saat di dalam kandungan, efek alkohol yang dikonsumsi oleh ibu hamil juga dapat dialami bayi bahkan setelah dia dilahirkan.
Ibu hamil yang mengonsumsi alkohol dapat mengembangkan risiko Fetal alcohol spectrum disorders (FASD) atau fetal alcohol syndrome (FAS). Ini bisa dialami oleh bayi seumur hidup.
Di mana dia akan mengalami pertumbuhan yang buruk selama di dalam kandungan, setelah lahir, atau keduanya.
Biasanya bayi yang memiliki kondisi ini mengalami kelainan bentuk wajah (kepala lebih kecil), kelainan pada jantung, dan kerusakan sistem saraf pusat. Kerusakan pada sistem saraf pusat dapat mencakup cacat intelektual, keterlambatan perkembangan fisik, penglihatan, dan masalah pada pendengaran, dan berbagai masalah perilaku.
Beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa ibu hamil yang setidaknya mengonsumsi alkohol satu kali dalam seminggu, lebih mungkin untuk memiliki anak yang menunjukkan perilaku agresif dan nakal dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak minum alkohol.
Maka semakin banyak atau semakin sering ibu hamil mengonsumsi alkohol, semakin besar pula risiko bayinya terkena FAS atau FASD dan masalah mental atau fisik di kemudian hari,
Sayangnya, hingga sampai saat ini belum diketahui secara pasti kadar aman konsumsi alkohol selama kehamilan. Jadi, untuk menjaga kesehatan ibu dan janin, sebaiknya ibu hamil menghindari konsumsi alkohol atau makanan yang mengandung alkohol seperti brem.
Bila Anda telah terlanjur konsumsi alkohol atau makanan yang mengandung alkohol maka segera periksakan kehamilan ke dokter. Dengan begitu, dokter akan mencari tahu tanda-tanda yang berhubungan dengan FASD pada bayi Anda.
Dokter juga mungkin akan melakukan pemantauan dan perawatan yang lebih ketat pada kehamilan Anda.
Semakin cepat Anda memberitahu dokter, maka masalah ini akan semakin cepat pula untuk ditangani. Jadi, jangan ragu atau malu untuk memeriksakan kandungan Anda secara rutin pada dokter.
Itulah informasi mengenai konsumsi brem saat hamil, semoga informasi di atas bermanfaat!
Baca juga:
Bolehkah Ibu Hamil Makan Durian? Ini Penjelasannya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.