Bolehkah Bayi Minum Madu? Ketahui 5 Dampaknya serta Gejala Keracunan Madu

Parents ingin memberikan madu kepada si kecil? Baca dulu ulasan seputar efek sampingnya berikut ini!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Madu merupakan gula alami yang bergizi dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Namun, yang sering kali jadi perdebatan adalah bolehkah bayi minum madu?

Madu memiliki rasa yang manis dan tekstur yang lembut. Gula alami ini sering kali menjadi alternatif pilihan pemanis pengganti gula pasir.

Madu biasanya menjadi obat herbal tradisional yang dapat memelihara kebugaran dan kesehatan tubuh. Terlebih di masa pandemi, madu menjadi minuman untuk menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Akan tetapi faktanya, para ahli tidak merekomendasikan madu untuk bayi di bawah 1 tahun. Mengapa demikian? Berikut jawaban dari pertanyaan bolehkah bayi minum madu serta ulasan mengenai dampak madu bagi bayi.

Artikel terkait: Seorang Bayi 10 Bulan Tewas Karena Orangtua Mencampur ASI dengan Air Putih

5 Dampak Buruk Memberikan Madu untuk Bayi

Meskipun memiliki beragam manfaat untuk kesehatan, faktanya madu tidak dianjurkan untuk bayi di bawah 12 bulan. CDC dengan jelas mengimbau untuk jangan memberikan makanan yang mengandung madu, termasuk yoghurt dengan campuran madu dan sereal serta makanan ringan lainnya, kepada bayi.

Pemberian madu berdampak buruk pada bayi usia 12 bulan ke bawah. Berikut beberapa risiko masalah kesehatan bila bayi di bawah 12 bulan diberi atau minum madu.

1. Botulisme

Madu yang diberikan kepada anak yang berusia di bawah 12 tahun dapat menyebabkan botulisme. Botulisme adalah keracunan makanan yang serius diakibatkan oleh bakteri Clostridium.

Tahukah Parents, madu terkadang terkontaminasi oleh spora bakteri Clostridium botulinum. Spora ini tumbuh dan berkembang biak dalam usus dan menghasilkan  racun botulinum atau neurotoksin.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bakteri Clostridium botulinum mudah berkembang di debu, sungai, tanah, dan madu yang berpotensi terkontaminasi bakteri ini. Spora ini tahan terhadap panas sehingga meskipun memanaskan madu sebelum dikonsumsi tetap tidak aman bagi usus bayi.

Racun botulinum dapat menyebabkan gejala seperti sembelit. Racun botulinum bersifat neurotoksik yang memengaruhi sistem saraf sehingga dapat menyebabkan kelemahan otot, dengan tanda-tanda seperti kemampuan mengisap yang buruk, tangisan yang lemah, kontrol kepala yang buruk, kesulitan bernapas, dan penurunan tonus otot (floppiness)

Saluran pencernaan bayi belum terbentuk secara matang, sehingga sangat berisiko terhadap botulisme. Lain halnya dengan saluran pencernaan anak-anak atau orang dewasa yang telah matang dan mengandung lebih banyak bakteri baik yang dapat  melawan bakteri Clostridium sebelum melepaskan racun.

2. Kerusakan pada Gigi Bayi

Dampak lain bayi minum madu adalah bisa menyebabkan kerusakan gigi pada bayi. Faktanya, kebiasaan mengonsumsi makanan yang manis memang tidak baik bagi bayi.

Gigi susu bayi rentan terhadap plak yang menyebabkan gigi bayi menjadi kuning. Sisa madu yang tertinggal pada gigi dan mulut bayi membuat bakteri pada mulut berkembang biak dan menggerogoti sisi madu tersebut. Ini dapat membentuk plak pada gigi si kecil dan merusak enamel sehingga membentuk lubang kecil pada permukaan gigi menyebabkan kerusakan gigi.

Sebaiknya, si kecil dihindarkan dulu dengan makanan yang manis, termasuk madu dan permen, untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut si kecil.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Menurunkan Nafsu Makan

Umumnya, anak-anak menyukai makanan manis, termasuk madu. Bahkan tidak menutup kemungkinan, bisa menyebabkan anak menjadi kecanduan terhadap makanan manis.

Jika sudah demikian, si kecil cenderung tidak dapat menghabiskan makanannya yang tidak manis. Itulah sebabnya, anak berusia di bawah 2 tahun tidak dianjurkan mendapat gula tambahan dalam makanannya.

Pemberian madu yang terlalu dini bisa membuat anak-anak akan meminta makanan manis terus-menerus dan mengabaikan makanan lain bahkan tidak memakannya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kebiasaan memberikan madu pada anak juga dapat menyebabkan botulisme pada anak yang menyebabkan mulut kering dan dan kesulitan menelan. Akibatnya, anak menjadi malas makan dan nafsu makannya pun menurun.

4. Meningkatkan Risiko Diabetes Melitus

Kebiasaan makan dari orang tua biasanya menurun pada anak kelak. Memberikan madu, makanan dan minuman manis pada si kecil dapat membuat anak terbiasa dengan makanan tersebut.

Anak-anak akan terbiasa menerima asupan gula yang tinggi setiap hari. Akibatnya, anak-anak menjadi suka dan cenderung menolak makanan lain yang kurang manis.

Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis biasanya akan terbawa hingga anak tumbuh dewasa nanti. Ini dapat meningkatkan risiko diabetes melitus di kemudian hari.

5. Berisiko Obesitas 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dampak buruk lain dari memberikan madu pada bayi di usia sebelum satu tahun, akan meningkatkan risiko anak mengalami obesitas. Ini lantaran asupan gula yang tinggi.

Anak-anak biasanya akan kecanduan dengan makanan manis. Mereka terus-menerus ingin mengonsumsi makanan manis dan terbiasa dengan asupan gula yang tinggi setiap harinya, sehingga anak berisiko mengalami kelebihan berat badan bahkan obesitas.

Artikel terkait: Hadiah Terbaik dari Alam, 6 Manfaat Madu untuk Kesehatan Anak

Gejala Bayi Keracunan karena Madu

Jawaban dari pertanyaan bolehkah bayi minum madu yaitu tidak. Madu dapat mengakibatkan keracunan yang disebabkan oleh spora bakteri Clostridium. Masa inkubasi botulisme karena keracunan biasanya berlangsung 12-36 jam, terkadang juga berkisar beberapa jam hingga 10 hari.

Gejala botulisme atau keracunan karena madu biasanya tidak menimbulkan kenaikan suhu tubuh atau demam dan tidak menyebabkan penurunan kesadaran. Gejala awal pada bayi yang mengalami botulisme adalah konstipasi dan kelemahan otot.

Nah, untuk lebih jelasnya, berikut gejala bayi keracunan karena madu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Sembelit 

Sembelit sering kali menjadi tanda pertama keracunan karena madu. Gejala setelah usus besar terinfeksi atau terpapar racun bakteri Clostridium adalah sembelit, kram perut, dan sakit perut. 

2. Kelemahan Otot 

Gejala keracunan madu atau botulisme biasanya dimulai dengan kelemahan otot yang mengontrol mata, wajah, mulut, dan tenggorokan. Keracunan ini dapat berkembang menjadi kelemahan pada leher dan lengan, setelah itu otot-otot pernapasan dan otot otot tubuh bagian bawah.

Toksin botulinum menyebabkan kelemahan dan hilangnya tonus otot karena menghambat kemampuan ujung saraf untuk memberi sinyal pada otot untuk berkontraksi. Botulisme melemahkan otot-otot yang terlibat dalam pernapasan yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas.

Gejala awal kelemahan otot biasanya ditandai dengan tangisan anak yang melemah, sulit menyusu, badan terkulai lemah, dan refleks lambat. 

3. Penglihatan Kabur 

Bayi yang mengalami keracunan madu biasanya akan mengalami penglihatan ganda dan pupil lambat bereaksi terhadap cahaya sehingga penglihatan menjadi kabur.

4. Mulut Kering dan Kesulitan Menelan

Tanda selanjutnya jika bayi mengalami keracunan karena madu adalah mulut kering dan kesulitan menelan. Hal ini dikarenakan racun bakteri Clostridium menyerang usus dan menyebabkannya mengekskresi cairan dalam sel. Akibatnya, sel-sel menjadi kekurangan cairan, sehingga mulut menjadi kering.

5. Muntah

Racun bakteri Clostridium menyebabkan infeksi pada usus besar menyebabkan gerakan peristaltik pada usus menjadi terganggu sehingga menimbulkan gejala perasaan ingin muntah bahkan muntah. Bayi yang keracunan madu juga cenderung mengalami dehidrasi.

Artikel terkait: 7 Madu Kurma Pilihan di 2022, Aman dan Bergizi untuk Anak Hingga Dewasa

Kapan Boleh Memberikan Madu pada Bayi?

Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian madu setelah bayi berusia di atas 1 tahun. Sebab, pada usia ini, diyakini bahwa saluran pencernaan anak telah mampu menghasilkan bakteri baik yang dapat memblok spora bakteri Clostridium sebelum mengeluarkan racun botolinum yang bersifat neurotoksik.  

Di samping itu, hal yang perlu diperhatikan saat memperkenalkan makanan atau minuman baru pada bayi adalah reaksi bayi. Jika Parents ingin mengenalkan madu pada si kecil mulailah dalam porsi kecil atau tambahkan sedikit pada makanannya.

Parents bisa memulai memperkenalkan madu pada si kecil dengan mengoleskannya pada roti, mencampurnya ke dalam yoghurt atau oatmeal, atau mencampur madu dengan minuman hangat si kecil.

Salah satu metode perkenalan makanan baru pada si kecil yaitu dengan pendekatan “menunggu empat hari” untuk melihat reaksi tubuh si kecil. Berikan sajian makanan tersebut sekali saja lalu tunggulah hingga 4 hari untuk melihat penerimaan bayi dan gejala yang muncul setelah bayi mengonsumsinya.

Sebaiknya, Parents memastikan keamanan dan kebersihan madu yang akan diberikan pada bayi. Madu yang tidak disterilkan tidak boleh diberikan pada bayi dan tidak boleh dioleskan pada luka atau digunakan untuk tujuan pengobatan lainnya.

Madu merupakan produk lebah yang bisa terkontaminasi oleh pestisida, logam berat, bakteri dan bahan radioaktif lainnya. Selain itu, madu juga dapat terkontaminasi oleh fungisida yang digunakan untuk melawan hama di pepohonan.

Kontaminasi madu ini bisa menyebabkan menurunnya kualitas madu dan dan menimbulkan masalah kesehatan. Jadi, Parents harus memperhatikan madu yang akan diberikan untuk si kecil, ya. 

Nah, jadi, bolehkah bayi minum madu? Jawabannya, tidak dianjurkan untuk bayi di bawah 12 bulan. Untuk menghindarkan si kecil dari risiko botulisme dan dampak lain dari madu, maka dianjurkan untuk memberikan madu setelah bayi berusia 1 tahun. 

Baca juga:

id.theasianparent.com/khasiat-madu-penyubur-kandungan-fakta-atau-mitos

id.theasianparent.com/masker-madu

id.theasianparent.com/manfaat-clover-honey

Penulis

Titin Hatma