Aku percaya, bisikian cinta ibu akan didengar dan dirasakan oleh anak. Bisa membantu tumbuh berkembang dengan maksimal.
Ini adalah sebuah kisah persalinanku yang sangat indah. Persalinan yang telah kulalui dan membuahkan dua buah hati yang sangat sempurna dan penuh kebahagiaan. Anakku lahir sehat, ceria, dan cerdas. Aku melahirkan dua anakku dengan sangat lancar, tanpa mengejan, dan minim rasa sakit.
Aku pun tidak butuh waktu lama untuk merasakan pembukaan. Sepuluh pembukaan hanya aku lalui dalam satu jam saja. Ibu mana yang tidak mendambakan hal seperti ini. Aku telah melalui proses. Proses yang harus aku tekuni demi buah hati tercinta.
Awal Kisah Merasakan Telah Berbadan Dua
Pertama kali aku merasakan keanehan pada tubuhku, aku merasa sangat yakin ada benih-benih cinta yang telah tertanam dalam rahimku. Aku langsung melakukan test pack dan mengecek kehamilanku. Saat aku tahu bahwa aku hamil, aku segera memberitahukan suamiku.
Jelas, kami sangat bahagia.
Kehamilan pertamaku tidak ada kendala yang berarti. Suamiku selalu mendampingiku hingga proses persalinan. Namun, bersamaan pada kehamilan keduaku, aku harus dihadapkan kenyataan bahwa suamiku dipindahkan ke luar kota.
Artinya, aku harus menghadapi 9 bulan kehamilan ini tanpa pendampingan penuh suamiku. Terkadang aku khawatir kalau suamiku tidak berada di sampingku saat aku melahirkan. Aku berusaha menepis itu semua.
Sejak itu, aku mulai mengikhlaskan diri untuk meninggalkan banyak hal yang selama ini aku tekuni. Aku tidak lagi siaran di Radio dan Televisi. Aku hanya bekerja kantoran saja, namun aku berusaha untuk mengatur jadwal pekerjaanku agar tidak membuat janinku resah. Semua dilakukan agar aku terhindar dari kelelahan.
Aku berusaha untuk selalu bahagia di sepanjang kehamilanku. Aku juga memeriksakan secara rutin kehamilanku ke dokter kandungan serta meminum obat-obatan maupun vitamin yang dianjurkan oleh dokter.
Terkadang aku merasakan mual dan muntah, namun selepas rasa itu hilang, aku selalu mengingat bahwa asupan makanan yang bergizi sangatlah penting untuk perkembangan janinku saat ini. Aku berusaha untuk tetap makan sehat dan bergizi secara teratur.
Saat kehamilan memasuki usia 2 bulan, tubuhku berontak ketika sempat aku bertemu dengan ibuku seusai pulang dari luar negeri. Aku mengalami demam sangat tinggi, diare, batuk pilek yang sangat berat. Aku ketakutan setengah mati, aku ketakutan masa-masa perkembangan otak janin ini terlewatkan karena sakit yang aku derita. Aku berusaha kuat demi janinku.
Aku sempat menangis dan berdoa, “Ya Tuhan, kondisiku saat ini sangat sakit, aku mohon kesehatan atas anakku. Aku mohon kekuatan agar bisa melewati masa berat ini.”
Bisikan Cinta Ibu, “Nak, Kami Sangat Menantikan Kehadiranmu”
Aku berangsur-angsur sehat kembali. Selang beberapa hari, aku mendengar berita yang meresahkan. Ada virus berbahaya yang telah memasuki negara ini. Virus COVID- 19 yang cukup mencekam dan terpaksa dilakukan pembatasan di berbagai wilayah.
Apakah virus ini yang pernah memasuki tubuhku? Aku tidak tahu pasti. Aku lebih khawatir bila aku tidak bisa melahirkan di Rumah Sakit lantaran penyebaran virus ini yang sangat cepat.
Aku berusaha menenangkan diriku. Aku berusaha mengalihkan segalanya dengan sesuatu yang membuatku tenang. Setiap malam menjelang, aku selalu berkomunikasi dengan janinku. Aku selalu menceritakan kegiatan yang aku lakukan setiap harinya. Aku sering tersenyum sembari mengelus perutku dengan lembut.
Setiap malam, bisikan cinta ibu selalu ku ucapkan, “Nak, tumbuhlah bahagia di dalam rahimku. Lahirlah dengan bahagia. Kami sangat menantikan kehadiranmu.”
Hari terus berjalan. Bulan terus melangkah. Aku semakin sering merasakan gerakan-gerakan kecil yang membuatku lega. Aku lega janinku masih ada di rahimku. Ketika memasuki usia 5 bulan, aku menempelkan senter ke arah jalan lahir.
Berharap rangsangan ini bisa membantu janinku untuk mencari cahaya, mencari jalan untuk turun agar tidak sungsang. Aku rutin melakukannya bersama anak pertamaku.
Aku mulai melakukan yoga dan senam hamil di usia kehamilanku yang ke-6. Aku juga mulai menyiapkan segala perlengkapan melahirkan agar nantinya aku tidak panik saat masa itu tiba. Tiap hari berdoa agar suamiku bisa mendampingiku.
Berdoa agar bisa melahirkan dengan menyenangkan sekalipun kondisi pandemi sedang melanda. Aku banyak membaca buku dan melakukan aktivitas-aktivitas ringan sembari menunggu janinku siap dilahirkan.
Dan… Waktu Itu Tiba…
segala hal adalah sebuah proses.
Aku melahirkan puteri cantik didampingi oleh suamiku. Kelahiran normal, lancar, dan begitu cepatnya hingga dokter kandungan pun tidak sempat membantu kelahiranku.
Aku akhirnya dibantu perawat yang saat itu mendampingiku karena pembukaan yang begitu cepat. Saat itu, aku pun memuntahkan keharuanku ketika melihat senyum kecil tersungging di bibir bayiku.
Kata adalah doa. Doaku saat aku membisikkan cintaku untuk anakku.
“Tumbuhlah sehat dan bahagia, sejak pertama engkau di rahimku.”
“Anakku, bisikan cinta ibu ini akan terus mengiri di setiap hembusan napasmu.”
Ditulis oleh Saka Kotamara, VIPP Member theAsianparent ID
Artikel Lain yang ditulis VIPP Member theAsianparent ID
"Dinyatakan Hamil Kedua Saat Anak Pertamaku Didiagnosis Leukemia"
Kehamilan Pertamaku, Pengalaman Menyiapkan Diri Jadi Ibu
Alami PCOS, Saya Berhasil Hamil Setelah Satu Tahun Menikah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.