Dua tahun lalu, tepatnya Bulan September 2019, Alhamdulillah saya mendapat amanah yaitu anak ke dua. Bahagia sekali karena kakak mau punya adik. Namun di sisi lain saya merasa sangat hancur karena saat itu kakak didiagnosis leukemia oleh dokter.
Seiring berjalanannya waktu, kehamilanku semakin besar dan kakak harus melakukan kemoterapi.
Saya dan suami tidak henti-hentinya berdoa akan kesembuhan kakak dan kesehatan saya. Kami bekerjasama dalam mengurus anak dan selalu saling support dalam pekerjaan dirumah maupun di tempat kerja.
Anakku Didiagnosis Leukemia, Cobaan Terbesar dalam Keluarga
Saat itu, yang ada di kepala selalu dikelilingi dengan pikiran yang negatif tentang penyakit kakak. Tak mengherankan kalau ketika itu saya merasa kelelahan dan kesehatan mental pun terganggu.
Jujur fisik saya sangat lelah di trimester pertama. Saat hamil, namun tetap harus kuat mendampingi kakak bolak balik untuk kemoterapi.
Saya dan suami menjalaninya dari awal kehamilan sampai trimester ketiga dan sampai lahirnya adik.
Kondisi kehamilan saya saat itu tidak di ijinkan dokter untuk menunggu kakak tindakan kemoterapi. Karena efek samping dari paparan obat tersebut sangat toxic dan berbahaya untuk kehamilan saya.
Saat itu saya merasa down lagi karena tidak bisa menemani kakak, syukurnya kami masih bisa video call. Yah, setidaknya hal ini bisa mengobati hati saya.
Putriku Didiagnosis Leukemia, Dukungan Keluarga Membuatku Lebih Kuat
Alhamdulillah suami, orangtua, keluarga dan kerabat menjadi support system utama. Meskipun kondisi sangat mengkhawatirkan, saya berusaha tetap kuat dan optimis menjalaninya.
Karena adik yang ada di perut saya pun sangat penting. Saya banyak belajar memanage kesehatan mental dan kesehatan fisik dari awal kehamilan. Mengelola emosi, mengelola pikiran agar tetap tenang dan stabil menjadi yang utama saya lakukan.
Saya sadar bahwa jika kesehatan mental terganggu, tentu saja akan berdamapak besar pada janin saya sejak dalam kandungan sampai di masa yang akan datang. Lelah fisik masih bisa diistirahatkan dengan cara tidur atau bed rest. Tapi jika mental dan pikiran kita digenjot terus-menerus akan rusak dengan sekejap bahkan sampai putus.
Tiap pagi saat jadwal kemoterapi kakak sedang free kami selalu menyempatkan untuk berjalan kaki meski hanya di sekitar lingkungan rumah. Di samping menghibur kakak, bermanfaat juga buat kehamilan saya yang menginjak trimester ke tiga. Kami sangat bahagia bisa berkumpul bersama dan kakak pun tidak sabar menunggu adik lahir.
Anak Kedua Lahir dengan Selamat
Tiba saat saya melahirkan adik alhamdulillah sangat lancar, kakak, suami dan keluarga sangat senang.
Tapi dua hari setelah saya melahirkan, kakak harus dirawat karena kondisi yang kritis mungkin karena kecapean. Ketika itu, kakak pun harus menjalani perawatan satu bulan full di Rumah Sakit.
Sementara kondisi saya saat itu masih harus bedrest dan belum bisa kemana-mana karena adik masih butuh saya.
Sedih, gelisah, khawatir. Sebagai seorang ibu yang jauh dari anaknya, perasaan seperti ini tentu saja terus menghantui saya. Berujung dengan ASI untuk adik mulai seret tidak sederas awal-awal lahiran.
Saya belajar jadi seorang ibu yang kuat dan mandiri ditambah dukungan dari keluarga sangat melimpah. Saya memaksakan untuk menemui kakak dan berat sekali rasanya harus ninggalin adik di rumah.
Sambil menunggu kakak saya harus membawa peralatan untuk pumping ASI, karena saya bertekad untuk memberikan ASI eksklusif 2 tahun buat adik.
Saya dan Suami Berupaya Kuat…
Kondisi kakak semakin menurun namun saya dan suami harus tetap kuat di depan kakak, kekuatan kami menjadi semangat terbesar buat kakak. Namun Tuhan berkehendak lain, kakak harus pergi meninggalkan kami.
Tak ada kata yang mampu menggambarkan perasaan saya ketika itu. Lebih dari hancur. Rasanya kalimat ini cukup mewakili karena kehilangan kakak.
Tapi saya yakin Tuhan lebih menyayangi kakak dan punya rencana lain buat kami. Dari awal perjalanan saya hamil, kakak sakit kami ikhlas menerima apa yang Tuhan tetapkan untuk kami.
Menata Hati dan Fokus Membesarkan Anak Kedua
Kini saya dan suami tetap bangkit dan semangat memulai membesarkan adik, mendidik adik, menjaga adik. Setiap bunda memiliki kondisi kehamilan dan proses perjalan kehamilan sampai melahirkan yang berbeda-beda.
Kita harus tetap menjaga kesehatan mental dan kesehatan fisik selama kehamilan seberat apapun kondisinya.
Tips dari saya, bebaskan semua kepenatan, beban pikiran, pikiran yang negatif yang ada di otak kepala kita.
Caranya bisa dengan cerita langsung kepada suami, orang terdekat, atau bisa dicurahkan lewat tulisan dan dengan hal-hal positif lainnya. Saya pribadi lebih sering mediasi untuk mendekatkan diri sama Allah, dengan cara seperti itu saya lebih merasa tenang, rileks.
Di samping kesehatan mental, kesehatan fisik saat hamil sangat penting untuk bunda dan janin, karena salah satu penunjang kelancaran saat lahiran nanti, menjaga fisik juga aset sebagai seorang wanita untuk kesehatan jangka panjang.
Bunda bisa melakukan olahraga ringan seperti yoga, jalan-jalan santai, berenang, menjaga asupan nutrisi yang benar, perbanyak me time atau hanya sekadar beristirahat dengan tidur siang. Semua yang kita lakukan semata-mata ikhtiar untuk menjaga amanah dari Allah yaitu anak kita.
Semoga pengalaman bagaimana saya menghadapi anak yang didiagnosis leukemia saat berita kehamilan anak kedia datang ini bisa bermanfaat untuk bunda yang lain.
*Ditulis oleh Fuji Warlilis, VIPP Member theAsianparent ID
Artikel Lain yang Ditulis VIPP Member theAsianparent ID
Mencoba Induksi Alami, Salah Satu Upaya Menjalani Persalinan Normal
Dari Anakku, Aku Belajar Banyak Hal
Kehamilan dengan Hiperemesis Gravidarum Setelah Aku Alami Keguguran
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.