Perempuan yang alami PCOS sering kali merasa was-was akan sulit mendapatkan keturunan.
Tidak bisa dipungkiri, punya anak merupakan sebuah impian bagi sebagian pasangan. Pun dengan saya dan suami. Melihat dan merawat bayi yang lucu dan menggemaskan tentu membawa kebahagian di dalam rumah tangga.
Namun, kenyataannya tidak semua pasangan bisa dengan mudah mendapatkannya. Ada sebagian perempuan yang diberikan kesuburan sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk bisa hamil. Sebagiannya lagi, membutuhkan usaha yang lebih untuk bisa hamil. Saya adalah tipe perempuan yang lebih sulit untuk hamil.
Alasannya, karena saya alami PCOS.
Saya seorang ibu berusia 28 tahun dari 1 anak perempuan yang untuk mendapatkannya butuh usaha ekstra dibanding perempuan lain. Saya cukup paham bagaimana irinya melihat teman yang baru menikah dan langsung hamil tapi harus tetap tegar menghadapi kenyataan saya sulit hamil.
Saya mengerti bagaimana perasaan ketika mendapati pertanyaan, “Kapan hamil?”, “Kok belum hamil?”, “Nunda momongan ya?” Atau sederet pertanyaan-pertanyaan lain yang bisa bikin ‘kuping panas’.
Tidak Menunda Kehamilan
Saya sendiri sama sekali tidak menunda memiliki momongan. Tapi apa daya, saya mempunyai kelebihan, kelebihan yang mengharuskan saya berusaha lebih keras untuk mendapatkan buah hati. Kelebihan tersebut karena saya perempuan dengan PCOS.
Di mana sel telur saya banyak dan kecil-kecil. Kenapa saya sebut kelebihan? Karena walaupun saya akan sulit untuk hamil tapi peluang memiliki anak kembar sangat amat memungkinkan. Pada awalnya saya tidak menyangka bahwa saya alami PCOS, karena pada awalnya menstruasi saya teratur.
Saya baru menyadari setelah tiba-tiba menstruasi saya menjadi terlambat, saya bisa mens 2-3 bulan sekali bahkan pernah 4 bulan tidak menstruasi. Saya kira saya hanya sedang stres karena pindah kantor, jadi saya abaikan saja saat itu.
Ternyata menstruasi saya tidak kunjung stabil seperti awalnya, ketakutan pun dimulai karena saya sedang merencakan pernikahan. Saya takut saya akan sulit hamil jika menstruasi saya tidak teratur, dan saya tidak ingin menunda memiliki momongan. Akhirnya ditemani calon suami saya mulai pergi memeriksakan ke dokter kandungan, karena belum menikah jadi saya USG 2D pada saat saya mens hari ke 3.
Dokter mengatakan sel telur saya jumlahnya banyak tapi belum diambil keputusan saya PCOS. Dokter pun menyarankan saya untuk terapi hormon dengan pil KB kombinasi selama 3 siklus. Awalnya saya ragu, belum menikah tapi sudah mengonsumsi pil KB.
Tapi setelah saya riset sayapun memutuskan untuk mengonsumsi pil KB kombinasi tersebut. Singkat cerita, selama mengonsumsi pil KB tersebut menstruasi saya lancar tapi setelah 3 siklus selesai, menstruasi saya mulai kembali berantakan.
Sayapun kembali ke dokter lain, dokter tersebut tidak memberikan obat hormon tetapi hanya memberikan vitamin-vitamin yang setelah saya konsumsi tetap tidak membuat menstruasi saya lancar. Akhirnya saya pasrah dan berkomitmen dengan calon suami bahwa setelah menikah nanti akan langsung program hamil saja.
Alami PCOS, Saya Tidak Menunda Lakukan Program Hamil
Satu minggu setelah menikah saya segera konsultasi dengan dokter kandungan khusus masalah kesuburan. Awalnya saya ragu apakah dokter tersebut mau menangani kasus saya, dikarenakan saya baru 1 minggu menikah.
Tapi ternyata dokter tersebut menyambut dengan baik, justru makin cepat akar masalah ketidak suburan ditemukan akan semakin baik dan cepat penanganannya sehingga program hamil tersebut lebih cepat berhasil juga. Penyebab sulit hamil bukan saja dari pihak perempuan, tetapi dari sisi pria juga bisa.
Dan program hamil sebaiknya dilakukan oleh wanita sebelum berumur 35 tahun, karena di atas umur 35 tahun kualitas sel telur sudah kurang baik. Dari sisi perempuan sendiri penyebab kurang subur di antaranya karena PCOS, endometriosis, penyumbatan saluran tuba, dan lain-lain.
Ketika saya ke dokter setelah menikah, dokter melakukan USG transvaginal dan menyatakan sel telur saya kecil-kecil dan banyak. Dokter akhirnya memberikan surat pengantar untuk melakukan rangkaian tes darah, di antaranya tes insulin puasa, glukosa puasa, tes hormon LH, FSH, AMH, prolaktin, dan tes kadar vitamin D.
Setelah hasil tes darah keluar, saya langsung kembali ke dokter dan dokter menjelaskan ternyata hormon LH saya lebih tinggi dari FSH. Singkatnya, hormon laki-laki di tubuh saya lebih dominan dibanding hormon perempuan. Sehingga saya sudah pasti mengidap PCOS, tapi hasil insulin dan glukosa puasa saya dalam batas yang normal.
Artinya saya tidak mengidap PCOS karena resistensi insulin, kebanyakan orang mengidap PCOS karena resistensi insulin sehingga membutuhkan obat diabetes atau obat gula dalam program hamil. Itulah mengapa pentingnya tes darah sebelum program hamil karena tidak selalu PCOS itu membutuhkan penanganan yang sama.
Karena saat itu saya masih pengantin baru, dokter tidak terburu-buru untuk memberikan obat hormon pembesar sel telur melainkan terapi hormon dahulu menggunakan pil KB selama 3 kali siklus. Akhirnya sayapun kembali mengonsumsi pil KB kombinasi selama 3 siklus setelah sebelumnya saya diharuskan meminum pelancar menstruasi karena saya sudah 3 bulan belum menstruasi.
Setelah 3 kali siklus pil KB saya selesai, pada saat menstruasi hari ke-2 saya kembali ke dokter untuk memeriksakan apakah kondisi sel telur saya pada saat menstruasi hari ke-2 normal, ketika sudah dinyatakan normal (sel telur kecil-kecil) barulah saya diresepkan obat hormon untuk memperbesar sel telur yang dikonsumsi saat menstruasi hari ke 2 selama 5 hari kedepan.
Barulah saat hari ke 15 setelah menstruasi hari pertama saya kembali mengecek ke dokter untuk USG apakah ada sel telur yang membesar dan siap dibuahi. Ternyata pertama kali menggunakan obat pembesar sel telur tersubut cukup berhasil dan cocok ditubuh saya.
Ada 3 buah sel telur yang ukurannya cukup untuk dibuahi. 2 di indung telung sebelah kanan, dan 1 di kiri. Dokter menanyakan apakah mau dibiarkan pecah sendiri (ovulasi) atau mau dibantu suntik hormon? Sayapun memilih disuntik hormon saja karena saya pikir supaya lebih cepat dan pasti kapan pecahnya.
Setelah suntik hormon dan menunggu jadwal mens selanjutnya sambil harap-harap cemas karena sempat terlambat 4 hari sayapun kecewa karena siklus pertama saya gagal, saya ternyata menstruasi.
Tidak membuat saya patah semangat, sayapun melanjutkan siklus ke 2 menggunakan obat pembesar sel telur yang sama hanya. Hasilnya 2 sel telur membesar, 1 di kanan dan 1 di kiri. Saya memutuskan dibiarkan pecah (ovulasi) sendiri. Hasilnya gagal lagi.
Berlanjut ke siklus ke 3, masih obat yang sama dan sel telur ada 3 yang besar. Saya dan suamipun memutuskan untuk cek analisa sperma. Hasilnya baik dan normal. Saya juga sudah mencari informasi untuk melakukan tes HSG (untuk mengetahui apakah ada saluran telur yang tersumbat sehingga menghalangi sperma bertemu sel telur).
“Saya Lelah….”
Saya yang sudah mulai lelah, sel telur selalu ada lebih dari 1 yang siap dibuahi tetapi kenapa selalu gagal.
Akhirnya karena saya sudah terlanjur membeli obat pembesar sel telur, saya bertekad bahwa jika kali ini belum berhasil juga maka saya mau istirahat dahulu, lelah fisik dan batin. Siklus ke 4 ini, sayapun kembali mengecek apakah ada sel telur yang membesar.
Hasilnya hanya ada 1 sel telur yang membesar di sebelah kanan. Sayapun pasrah, biasanya 2-3 yang membesar saja gagal apalagi sekarang cuma 1. Sayapun membiarkan sel telur saya ovulasi sendiri tanpa bantuan suntikan hormon.
Saya juga selalu menggunakan alat untuk mendeteksi masa subur/LH test. Setelah menunggu saatnya jadwal menstruasi, sayapun kembali terlambat dari jadwal. Pada saat itu keluar bercak kecoklatan, saya pikir sebentar lagi saya menstruasi.
Ternyata tidak keluar lagi, sampai saya terlambat 5 hari sayapun menghubungi dokter. Saya tidak yakin kalau saya hamil, karena terlambat menstruasi merupakan hal yang sangat biasa bagi saya. Apalagi 1 minggu yang lalu saya baru saja tes kehamilan dan hasilnya negatif.
Dokter menyarankan saya untuk coba saja tes kehamilan, akhirnya setelah pulang kerja saya beranikan diri untuk tes dan saya tidak menyangka 2 garis terang terpampang di hadapan saya.
Setelah puluhan garis 1 akhirnya saya melihat garis 2 saat itu. Saya belum percaya, jadi saya tes sampai 3 kali dan semuanya menunjukan garis 2 yang terang. Ke esokan harinya saya langsung memeriksakan diri ke dokter dan ternyata sudah ada kantong janinnya.
Bahagianya luar biasa! Akhirnya saya hamil!
Tapi, baru kantong janin yang terlihat. Janinnya belum ada. Kata dokter wajar mengingat kehamilah saya baru berjalan 5 minggu. Saya diberikan obat penguat kandungan saat itu.
Dua hari kemudian, saat di kantor tiba-tiba saya mengalami flek coklat. Jumlahnya sedikit namun tetap membuat saya panik. Mungkin karena saya kelelahan, jadi saya disarankan untuk istirahat dirumah dan kurangi aktifitas fisik.
Namun setelah saya istirahat di rumah pun, flek coklat tersebut tidak berkurang dan semakin bertambah banyak. Saya takut sekali, cemas dan sedih saat itu. Puncaknya hari Minggu flek coklat mengalir deras, akhirnya saya terpaksa ke Rumah Sakit Ibu dan Anak terdekat karena ada dokter kandungan praktik hari minggu di sana.
Setelah dicek, kandungan saya masih belum ada janinnya dan dokter mengatakan kehamilan saya 50:50 antara bisa diselamatkan atau tidak. Minggu depan saya diharuskan kontrol lagi, apabila masih belum ada janinnya harus segera dilakukan tindakan selanjutnya.
Selama 1 minggu tersebut saya jalani dengan pasrah, flek coklat masih terus keluar. Akhirnya tiba hari dimana jadwal saya harus kontrol, tapi saya tidak ke dokter yang mengatakan kehamilan saya 50:50. Saya ke dokter kandungan pilihan saya.
Saya yang sudah pasrah, rasanya ingin cepat-cepat pemeriksaan selesai. Dokter memeriksa dengan teliti dan cukup lama. Saya terkejut dan tidak mampu berkata apa-apa saat dokter mengucapkan selamat karena ternyata janinnya sudah ada dan terdengar detak jantungnya!
Saya terharu sekali karena baru kali ini saya diberikan ucapan selamat atas kehamilan saya. Dokterpun menyarankan saya untuk periksa darah, dan istirahat total selama trimester 1 kehamilan saya selesai. Tak lupa dokter memberikan resep obat penguat kandungan tambahan.
8 bulan kemudian, lahirlah putri kecil dikeluargaku dengan sehat, selamat dan lengkap tanpa kekurangan suatu apapun.
Demikian program hamil yang sudah saya lakukan, menurut saya selama program hamil sangat penting menjaga pola hidup sehat.
Alami PCOS, 4 Hal ini Saya Lukuka Agar Promil Berhasil
1. Alami PCOS, Lakukan Diet yang Tepat
Untuk PCOS yang gemuk dan resistensi insulin, sangat disarankan untuk mengurangi berat badan dan menghindari makanan/minuman manis. Saya sendiri karena tipe lean PCOS/PCOS kurus, saya tidak sampai menurunkan berat badan karena berat badan saya cukup normal. Saya hanya mengurangi karbohidrat, tidak mengkonsumsi junk food, makanan olahan, berpengawet, kalengan, makanan minuman manis dan makanan kemasan. Saya mulai hidup sehat dan hasilnya berat badan saya turun alami 5kg.
2. Olahraga
Olahraga yang disarankan oleh dokter saya olahraga ringan, dengan durasi minimal 30 menit selama minimal 3-5 kali seminggu. Saya olahraga hampir setiap hari dengan durasi 30 menit, olahraga yang saya lakukan yaitu jalan santai, bersepeda atau melakukan gerakan-gerakan senam sederhana dari youtube.
3. Jangan Tunda Lakukan Pemeriksaan ke Dokter
Saya selalu memeriksakan kondisi saya ke dokter, karena dokter yang paling tau bagaimana kondisi dan penanganan apa yang harus dilakukan
4. Rutin Konsumsi Obat
Selalu rutin mengkonsumsi obat yang diresepkan dokter, jangan sembarang mengkonsumsi obat-obatan dan selalu minum obat sesuai dengan arahan dari dokter .
Demikianlah cerita saya, banyak tantangan yang saya hadapi sebelum akhirnya saya dikaruniai seorang anak. Bagi para ibu dengan PCOS yang belum mendapatkan anak, tetap semangat dan semoga bisa segera dikaruniai seorang buah hati di kehidupan kalian.
*Ditulis oleh Merryna Salim, VIPP Member theAsianparent ID
Artikel Lain yang Ditulis VIPP Member theAsianparent ID
Menjadi Ibu Membuat Lebih Kuat & Hebat, Proses Belajar Sepanjang Masa
My Pregnancy Journey: A Bitter yet Sweet Experience
Dampingi Anak Lewati Fase Toilet Training dengan Damai, Ini yang Kulakukan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.